Lily Yulianti Farid
http://oase.kompas.com/
BEBERAPA hari terakhir ini bapak terlihat berseragam sopir taksi.
“Bapak narik taksi, ya? Wah….”
Bapak tersenyum. Senang sekali tampaknya. Ia mengajakku ke ujung lorong, melihat taksi biru muda terparkir di tepi jalan.
Akhirnya, bapak bekerja lagi setelah enam bulan terakhir ia hanya duduk termenung di rumah.
Bapak menutup warung nasi yang telah dirintisnya enam tahun terakhir. Gara-garanya, enam bulan lalu, adik bungsuku meninggal di sebuah RS Paru-paru.
Tapi yang mati bukan hanya adikku. Yang dikubur keesokan harinya bukan hanya jasadnya yang malang itu. Yang menempati kuburan paling dalam adalah hidup kami sekeluarga.
Adik IW bekerja di sebuah kios ayam potong di pasar. Ia bekerja Senin sampai Jumat. Dari pagi hingga petang. Ia kadang diminta pemilik kios mendatangi peternakan di luar kota untuk mengambil ayam-ayam baru. Sesekali di akhir pekan, adik IW membantu bapak di warung. Di rumah kami tidak ada ayam atau unggas lainnya. Rumah kami sempit, tak ada halaman untuk memiliki hewan peliharaan.
Suatu hari adik IW demam dan sesak napas. Ia dibawa ke rumah sakit. Dua hari kemudian napasnya tidak lagi tersengal, tapi berhenti sama sekali. Ia mati dan masuk televisi. Di hari-hari berikutnya kulihat orang-orang meludah dan menutup hidung bila melintas di depan warung kami.
Bapak murung. Bapak menangis. Tapi kami, anak-anaknya, tidak bisa banyak membantu. Ibu, perempuan tuna rungu yang sabar dan diam, hanya bisa ikut menangis sambil mengeluarkan suara mirip lolongan. Kata adikku, lolongan ibu pertanda kesedihan yang lebih dalam dari sekadar tangis. Sedih yang paling sedih.
Warung nasi harus ditutup. Untuk apa dibuka bila yang datang hanya petugas berbaju putih dan orang-orang yang memanggul kamera, mengendus dan menyorot setiap sudut warung? Mereka bukannya memesan nasi rawon atau nasi campur.
Kepadaku, anak sulung dalam keluarga yang sehari-hari membantu berjualan, bapak pernah mengajarkan, setidaknya kami harus menjual 20 piring nasi rawon, nasi ayam, atau nasi campur, baru bisa balik modal. Di piring ke- 21 dan seterusnya barulah kami harap-harap cemas menghitung untung.
Ketika bapak menutup warung nasi itu, bukan hanya tenda kusam bertulis “Warung Nasi Dunia. Sedia Nasi Ayam, Nasi Campur, Nasi Rawon” yang terjuntai lesu, diturunkan dari dua tiang penyangga di depan warung. Kami semua ikut terkulai. Jatuh.
Untunglah sekarang bapak punya semangat baru. Beberapa hari terakhir ini, bapak yang berseragam pengemudi taksi --kemeja biru muda berlogo dua segitiga merah di sakunya dan celana biru tua -- memberikan harapan baru di rumah kami. Kesegaran semangat yang ditunjukkan di balik seragam itu, persis kesegaran sabun mandi murahan beraroma jeruk yang meruap dari tubuhnya di pagi hari.
Ibu pun tidak lagi menangis dengan suara lolongan aneh. Ibu berkali-kali menganggukkan kepala dan menaikkan jempol tinggi-tinggi: bahasa diam yang melukiskan kegembiraannya. Ibu memuji penampilan bapak.
Kami semua bersikeras melupakan episode kematian adik IW. Aku tahu bapak masih bersedih bila lewat di depan warung. Tapi kesedihan itu tidak lagi mematahkan bapak. Lagi pula untuk apa berpikir membuka kembali warung nasi bila orang terlanjur percaya bahwa nasi ayam yang dijual bapak mengandung virus fllu burung yang mematikan?
Kehidupan kami mulai kembali berjalan seperti biasa. Kedua adikku yang lain, yang terpaksa menunda rencana sekolah, tidak keberatan menunggu tahun ajaran depan.
Rumah kami bersinar lagi. Kami gembira. Meski ada aku, yang menganggur setelah warung nasi tutup.
***
KAMI sering duduk di jendela. Bagian depan rumah kami memiliki empat jendela. Untuk menghalau cuaca panas, maka kami bertiga, kakak beradik, selalu membuka jendela dan duduk di atas bingkainya sambil menatap langit. Koran bekas yang dilipat dua kami jadikan kipas.
***
KAKAK perempuanku dipinang seorang lakilaki kaya. Entah bagaimana caranya, kakakku yang dulunya hanya tenggelam di dapur warung nasi, akhirnya bertemu seorang pemuda yang tidak perlu terlalu tampan, tapi kaya raya dan baik hati. Entah bagaimana caranya si pemuda itu mampir di warung nasi kami dan memesan seporsi nasi ayam. Tentu kejadian ini harus muncul sebelum kematian adik IW. Lalu entah bagaimana caranya, kakak perempuanku yang wajahnya selalu berminyak karena sepanjang hari menggoreng ayam dan menanak nasi di dapur warung, bertemu pandang dengan lakilaki itu.
Dan simsalabim, mereka saling jatuh cinta, lalu menikah, dan memiliki anak-anak yang lucu.
Kakak perempuanku sangat baik. Di akhir pekan ia bersama suaminya yang tidak terlalu tampan tapi kaya itu, sering menjemput kami untuk diajak berbelanja ke mal. Ibu dan bapak tentu saja diajak pula, meski keduanya mengaku selalu kurang nyaman berada di tempat yang sangat luas, berhawa sejuk, wangi, penuh etalase kaca dan disesaki orang kaya.
Suami kakakku luar biasa baik hatinya. Ia bersedia menyisihkan sebagian kekayaannya untuk menyekolahkan aku ke sekolah kejuruan tata boga, dan kakakku yang satunya lagi dibiayai melanjutkan kuliah ke akademi bahasa asing.
Nasib baik memang datang lewat suami kakakku itu. Ia membiayai renovasi rumah kami, menyiapkan tabungan haji untuk bapak dan ibu, dan bahkan berjanji memberiku modal membuka toko kue bila telah menyelesaikan sekolah.
Kalaupun setelah semua keajaiban ini terjadi, lantas keluarga kami ditimpa musibah, aku pikir kehidupan kami tidak terguncang hebat. Katakanlah, meski meninggalnya adik IW yang diberitakan surat kabar dan televisi sebagai korban flu burung akhirnya membuat bapak terpaksa menutup warung nasinya, toh kami telah memiliki seorang ipar, suami kakak sulungku, yang kaya raya dan baik hati, bukan?
Kami sekeluarga tenang dan aman. Bahagia.
***
CUACA tidak lagi panas. Kami meninggalkan jendela. Saat beranjak meninggalkan jendela di ruang depan, kami melihat ibu duduk menyulam kain serbet makan. Ibu membubuhkan inisial “WD” di ujung setiap serbet makan bercorak batik itu.
“WD”, Warung Dunia. Ibulah yang bertugas membubuhi inisial itu di setiap perlengkapan makan. Mulai dari sendok, garpu piring dan kain serbet. Tapi sekarang untuk apa ibu melakukannya?
Ibu menatap kami, lalu tersenyum dan mengacungkan serbet yang baru selesai disulamnya. Dalam kebisuan, ia menggerakkan kedua telapak tangannya membentuk atap rumah, lalu saling menjauh, menciptakan gerakan terbuka.
Adikku menerjemahkannya. “Kata ibu, nanti kalau Warung Dunia dibuka lagi, ia sudah punya persiapan kain serbet yang baru.”
Ah, ibu menyulam khayalannya.
Adikku mengajakku ke sudut ruang makan. Katanya, “Siang tadi aku mengkhayalkan Kakak menikah dengan seorang lakilaki yang tidak perlu tampan tapi kaya raya dan baik hati....”
“O,ya? Aku justru mengkhayalkan bapak bekerja sebagai sopir taksi,” kataku.
Adikku yang satunya lagi berkata, “Oooh..aku sih belum sempat mengkhayalkan apa-apa hari ini. Pikiranku kosong saja mengamati awan yang tak jelas menjelma seperti apa....”
Hawa panas berangsur reda. Sore datang dengan ramah. Anak-anak dari lorong-lorong kumuh berhamburan ke jalanan, bermain di bawah cuaca yang tak lagi terik.
Di sudut rumah, bapak bersinglet lusuh. Berpeluh. Ia sibuk menyusun barang dagangan. Besok, kami membantunya mengasong, menjajakan alat tulis, air kemasan, tisu dan permen, di depan stadion olahraga. Ada seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil di sana.(*)
Tokyo, 14 Februari 2006 – Februari 2008
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 22 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar