Sabtu, 03 Januari 2009

TENTANG KEMERDEKAAN

R. Timur Budi Raja
http://aksaraapi.blogspot.com/

Masih ingat dengan lirik lagu ini:
"Tujuh belas Agustus tahun empat lima. Itulah hari kemerdekaan kita. Hari merdeka, nusa dan bangsa, hari lahirnya bangsa Indonesia,…Merdeka!….."

Dan benar. Indonesia memang telah mengajukan kedaulatannya pada hari itu, tanggal 17 Agustus 1945 yang silam kepada dunia. Seluruh rakyat Indonesia menangis. Bukan karena sedih, tapi lantaran keharuan yang dalam mengenang perjalanan sakit dan perihnya luka beratus tahun di bawah kaki penindasan bangsa asing -para penjajah-, yang datang dari belahan bumi yang lain.

Tangis keharuan yang jatuh pada saat itu, tentu saja adalah tangis keharuan yang wajar. Yang tidak mengada-ada dan bukan atas nama semacam romantisme atau kecengengan-kecengengan yang dangkal terhadap sejarah. Airmata tersebut barangkali memang musti jatuh, dan mungkin untuk sekali itu saja.

Perasaan kepemilikan akan persoalan yang sama -pada awalnya hanya bicara tentang kedaerahan, yang pada akhirnya menjadi bersifat nasional- itu, yakni ketertindasan, menyebabkan mereka mengangkat senjata untuk melawan.

Latar belakang kesamaan sejarah, nasib, wilayah, itikad dan tujuan yang pasti telah mempertemukan mereka -para pejuang, dan orang-orang yang berdiri di depan sekali mengawal bangsa dan negeri ini-. Baik di tengah-tengah medan peperangan atau pun juga pada saat berpikir keras untuk menentukan keputusan-keputusan mendesak, di antara situasi dan kondisi yang serba darurat dan genting di dalam kerangka persiapan kemerdekaan.

Tema persatuan adalah kunci dari adanya komitmen untuk menyatakan diri bersama-sama sebagai suatu bangsa, lalu membentuk dan membangun sebuah negara.

Pengalaman pada waktu itu telah memberikan sebingkai cermin dan mengajarkan, bahwa gerakan perlawanan yang bersifat kedaerahan terhadap tirani apa pun atau dinding kekuasaan suatu rezim tertentu, terbukti cuma menghasilkan kegagalan demi kegagalan semata. Oleh karena itu, diperlukan sebuah kesadaran baru dan kesepakatan bersama dalam memberi arti terhadap rasa kebersamaan, persatuan, ideologi dan gerakan-gerakan perlawanan yang dilakukan.

Persatuan? Kebersamaan? Ya, tentu saja. Karena hal-hal tersebut jelas-jelas memberi kekuatan bagi keberlangsungan hidup dalam konteks berbangsa dan bernegara.
Baiklah, itu telah berlalu. Bisa dianggap masih dekat atau, bahkan jauh sekali tertinggal di belakang. Kita dapat melipatnya, sambil sedikit ketawa dan berujar " Ah, itu sudah menjadi sejarah! ".

Di bulan Agustus tahun ini kita -bangsa Indonesia-, kembali merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan yang ke-63. Lampu-lampu merkuri dipasang dimana-mana. Kembang api warna-warni dinyalakan, membuat malam menjadi meriah. Spanduk-spanduk bertuliskan semangat kemerdekaan dan selamat ulang tahun ke-63 dipajang di sepanjang jalan-jalan protokol. Bendera merah putih dikibarkan di depan rumah, di kantor-kantor dan seluruh instansi pemerintah yang ada di kota, di desa, di dusun dan di kampung-kampung. Lagu-lagu dan mars kebangsaan terdengar riuh di setiap upacara yang dilaksanakan. Beragam aktivitas kegiatan diadakan. Aneka perlombaan dan adu kreativitas digelar. Mulai dari perlombaan yang menggunakan kekuatan fisik atau otot seperti balap karung, pacuan kuda, panjat pinang, makan kerupuk, sampai pada perlombaan yang menggunakan kemampuan pikiran.

Di setiap stasiun TV dan radio disiarkan, bagaimana presiden, wakil, seluruh menteri dan stafnya tiba-tiba menitikkan airmata pada waktu upacara sedang berlangsung.

Beberapa orang yang ikut memiliki andil pada masa perjuangan pra kemerdekaan, yakni menghalau penjajah di setiap medan peperangan yang terjadi sampai pada ketika proklamasi diperdengarkan kepada dunia, tidak mungkin melupakan begitu saja heroikme suasana pada waktu itu. Keterikatan bathin mereka dengan suasana yang mereka kenal dengan baik itu, tentu saja akan membuat mereka bergetar kembali mengingatnya. Kalau pun mereka menangis, yang jelas tidak untuk dirinya sendiri.

Bagi sebagian orang atau generasi yang bukan produk dari jaman itu hanya bisa mendengarkan "ceritanya" lewat orang tua, buku-buku bacaan, lagu-lagu perjuangan, mars kebangsaan dan mata pelajaran sejarah yang diajarkan di bangku-bangku pendidikan dasar formal yang justeru terkadang belum tentu sepenuhnya benar. Sebagian orang yang saya maksudkan di sini adalah angkatan generasi yang lahir pada jaman dimana "perang melawan ekspansi orang-orang asing" telah lewat.

Perang tersebut memang telah berlalu. Tapi perang-perang baru dalam berbagai bentuk sedang dialami bangsa kita. Perang dalam berbagai lini dan konteks aktivitas sosial sesungguhnya tengah dimulai.

Beberapa puluh tahun saja setelah peristiwa proklamasi itu, tiba- tiba kita menjadi terlalu congkak menatap keberadaan diri kita sendiri. Pada saat angkuh berdiri, kita kerap lupa bahwa bumi tempat kita berpijak sesungguhnya telah longsor dan terancam. Apa sesungguhnya yang terjadi dengan kita atau bangsa ini? Bahwa kita semakin jauh dari nilai-nilai dan tradisi, bahwa kita tidak pernah dekat dan mengenal akar budaya kita berasal. Stempel-stempel dan istilah-istilah seperti masyarakat baru, masyarakat modern, negara berkembang, masyarakat industri, era globalisasi dll. yang ditiupkan oleh "jaman baru" yang kita sebut ini telah cukup lama membuat kita terlalu penat dan terasing.

Belum lagi persoalan-persoalan umum menyangkut realitas dan perilaku kekerasan yang dilakukan negara terhadap rakyat untuk melegitimasi kekuasaan dengan berbagai alasan, ketidakadilan ekonomi, pencaplokan dan penggusuran tanah, kesenjangan pendidikan, perilaku korup dan lain-lain masih saja selalu kita rasakan dan dengar setiap waktu di negeri ini.

Diam-diam saya teringat seorang lelaki tua bekas pejuang kemerdekaan bernama Romo, yang suka meledak-ledak ketika berbicara dan bercerita tentang jamannya. Ia yang suka berpakaian seperti halnya pakaian Pak Dirman itu, hanya memiliki kebanggaan-kebanggaan yang sederhana. Romo, lelaki yang sering memakai sepeda onthel berkeliling kota itu, suka menundukkan kepala dan menangis di bawah tiang bendera. Entah mengapa.

Atau kepada Tedjo dan Sarjikun. Kawan-kawan sepermainan saya dulu di kampung, yang setamat dari bangku sekolah dasar harus kembali ke sawah karena tidak mampu meneruskan sekolah. Beberapa waktu yang lalu, mereka sempat menjadi pedagang kaki lima di Surabaya. Tapi tidak bertahan lama. Menurut Tedjo, barang-barang dagangan serta rombong kaki lima miliknya dan teman-teman seprofesinya, dihancurkan begitu saja oleh Satpol PP dan dibawa entah kemana.

Bahkan, kata Tedjo lagi, beberapa mahasiswa yang menggelar aksi demo menentang tindakan "kejahatan kolektif" semena-mena antara Pemkot dan Pengusaha setempat itu, dipukuli oleh aparat keamanan. Saya hanya dapat memandang Tedjo yang sadar terhadap hak-haknya yang sangat sederhana, sebagai bagian dari bangsa ini.

Konon negara ini memiliki undang-undang, dimana salah satu pasalnya menyatakan, bahwa negara menjamin kemerdekaan setiap penduduknya untuk memperoleh penghidupan yang layak.

Bjn-Sby, 16-17 Agustus 2003

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar