Rabu, 06 Agustus 2008

Barat Dan Timur

Satmoko Budi Santoso

DALAMkitab risalahnya yang berjudul Orientalism yang amat monumental dan sudah diterjemahkan ke banyak bahasa di dunia itu, Edward W. Said menyebut satu term yang sungguh menarik ditelaah. Tanpa rasa canggung Edward W. Said menyebut kalimat east is a career untuk sebuah konteks pembicaraan mengenai dikotomi dunia Barat dan Timur, terlebih lagi untuk kepentingannya menelaah tentang fenomena postkolonialisme, yang memang sampai di Indonesia pun dijadikan obyek studi serius.

Dalam konteks ini, saya tak akan mempersoalkan apa pun, misalnya saja menyanggah pikiran-pikiran Edward W. Said dalam risalah tersebut. Saya sungguh tidak ingin mengungkit-ungkit masalah dikotomi, karena pembicaraan tentang Barat dan Timur sudah berpuluh-puluh kali menjadi polemik di sejumlah koran dan majalah. Dalam konteks ini, saya hanya ingin mengelaborasi tentang sisi ironisme tertentu sebagai orang Timur, dan telaah saya ini pun hanya berdasarkan common sense, karena memang saya hanya ingin berbagi rumpian.

Saya ingin mengurai sebuah ironisme yang sudah sangat akut, dengan sebuah pertanyaan yang menggelitik, kenapa Pemerintah Indonesia jarang berpihak terhadap kehidupan seni dan sastra, juga pada kebudayaan pada umumnya? Kenapa banyak seniman dan sastrawan Indonesia akhirnya malah mengabdikan pikiran dan menyandarkan masa depan keseniannya dari peran funding atau lembaga-lembaga luar negeri? Atas pertimbangan bargain apakah keputusan itu diambil? Apakah memang Pemerintah Indonesia sudah tak mungkin memberikan jaminan kelayakan atas kehidupan kesenian sehingga para seniman dan sastrawan Indo-nesia perlu mengambil langkah alternatif dengan melirik lembaga asing? Padahal, bukankah hal itu mestinya meru-pakan tanggung-jawab Pemerintah Indonesia, karena do-kumen hasil-hasil penelitian yang dilakukan para seniman dan sastrawan masuk ke “orang negeri sendiri”, dan bukan bule?

Tentu, ada banyak alasan yang membuat setiap orang memutuskan sesuatu hal,entah atas dasar nasionalisme ataupun tidak. Saya ingin berbagi ilustrasi, sebuah pengalaman riil yang mudah-mudahan menarik bagi para pembaca.
***

SUATU hari, saya di-SMS seorang kawan. Ada undangan menghadiri presentasi yang dilakukan sebuah lembaga asing. Maka, berbondong-bondonglah kami, yang entah mengapa dianggap sebagai sastrawan, menghadiri undangan presentasi itu. Sesampainya di tempat yang dimaksud, kami dihadapkan pada orang-orang bule, yang mengawali presentasi dengan menyebutkan bahwa pihaknya siap mendanai kegiatan penelitian berlatar belakang studi kebudayaan. Laporan penelitian bisa diberikan dalam bentuk fiksi, kajian ilmiah, atau apa pun.

Tentu saja, dalam kepala kami yang hadir waktu itu, kami tertantang untuk melakukan penelitian ke luar Jawa. Meneliti tradisi atau warna lokal kebudayaan Indonesia yang berserak. Nah, kemudian, hasil dari penelitian itu bisa saja kami jadikan bahan penulisan fiksi. Wow. Tantangan yang menarik! Selain bisa punya kesempatan jalan-jalan, barangkali kami akan mendapatkan sisa finansial yang lumayan. Lagi pula, bisa merancang-rancang membuat fiksi yang spektakuler dan berhasrat ingin dianggap fenomenal.

Sampai akhirnya kami sampai di rumah dan memikirkan peluang kesempatan tersebut. Apa mau dikata, tanpa langkah kesepakatan, di antara kami tak juga saling ber-SMS, ternyata masing-masing dari kami tak ada yang memenuhi tawaran tersebut. Masingmasing di antara kami mempunyai alasan yang sama untuk sedikit kerepotan membikin sebuah proposal, yang barangkali akan sangat menarik jika ditambahi dengan “langkah estetik” berupa mark up budget.

Ketika masing-masing dari kami bertemu, secara tegas alasan kami adalah sama: malas! Tanpa merinci alasan yang membuat kami malas,kami pun saling tersenyum. Apa mau dikata, jika mau bersikap idealis memang susah, karena tawaran menggiurkan bisa datang mengejutkan. Tentu saja, atas pengalaman itu kami tak perlu dianggap sebagai seorang nasionalis, juga seorang idealis, karena bisa jadi suatu ketika kami akan terjegal godaan menggiurkan yang tak ka-lah menyakitkan: seperti halnya “mr. clean” Mulyana W. Kusumah, tokoh HAM plus pro-demokrasi, dan selalu teriak soal antikorupsi, namun pada akhirnya terjebak dan sungguh kebingungan ketika dihadapkan pada godaan uang.
***

BAIKLAH. Saya hanya ingin menegaskan bahwa apa yang saya tulis ini bukanlah merupakan “kampanye gerakan moral”, untuk kembali dan hanya bersetia dengan dunia Timur. Karena, hidup di Timur memang repot, risiko miskin finansial membayangi langkah kreatif kesenimanan dan kesastrawanan. Tetapi, barangkali juga di situlah menariknya, kita mendapatkan tantangan survival yang kelewat heroik, bagaimana bertahan agar tetap steril dan menjaga integritas nasionalisme, dengan sama sekali tak terjebal kolonisasi modern, seperti presentasi yang dilakukan sebuah lembaga yang saya singgung di atas?

Sumpah mampus, saya hanya ingin berbagi pengalaman saja, dan sebagai pondasi membagi pengalaman itu, diakhir tulisan ini saya ingin berbagi pengamatan atas fenomena seorang WS Rendra.

Saya hanya tahu, WS Rendra ialah seniman dan sastrawan yang berkaliber internasional. Namun rupa-rupanya ia tidak serta-merta menggadaikan kesempatan diperhitungkan di dunia Eropa, misalnya saja dengan tinggal di luar negeri. Dalam amatan saya, pastilah hal itu bisa dilakukannya. Apa mau dikata, meskipun WS Rendra diperhitungkan dalam percaturan sastra Eropa, ia lebih memilih tinggal di Indonesia. Bahkan, kehidupan kesehariannya pun ia jalani di sebuah kampung, dengan tradisi hidup yang betul-betul back to nature: semua kebutuhan hidup sehari-hari sebagian besar diperoleh dengan berladang dan beternak.

Ah, sampai pada pembicaraan tentang WS Rendra, saya menjadi teringat kepada sebuah bukunya yang berjudul Mempertimbangkan Tradisi. Dari judul buku-nya saja pastilah orang bisa menebak idealisasi kesenian dan sastra macam apa yang sekiranya patut diperhitungkan oleh para sastrawan dan seniman Indonesia.

Sumpah mati berkali-kali, saya tidak akan menyimpulkan apa-apa dari buku itu, seperti saya sendiri tidak tahu apakah kelak pikiran saya berubah ataukah tidak dalam mempertimbangkan dikotomi perihal Barat dan Timur, yang memang tidak pernah selesai dalam pikiran saya. Ah….

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar