Nasional.kompas.com
Tepuk
tangan peserta konperensi berkali-kali menyela presentasi yang disampaikan Eka
Budianta, seorang penulis kawakan Indonesia saat menjadi pembicara di
konferensi internasional tentang Kahlil Gibran di hotel Le-Bristol, Beirut,
Libanon, Sabtu (7/11) malam.
Para
peserta menyambut baik dan terkesan dengan presentasi yang disampaikan delegasi
Indonesia, terutama setelah mengetahui popularitas Kahlil Gibran dan penerimaan
masyarakat Indonesia yang begitu besar terhadap sang tokoh.
Kahlil
Gibran adalah seorang tokoh sastra, filsuf, penyair, dan budayawan asal
Libanon. Hasil karya Gibran telah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa dunia.
Selain memiliki popularitas dan pengaruh di masyarakat Arab, Kahlil Gibran
memiliki posisi istimewa di masyarakat Libanon, karena menjadi inspirasi bagi
terbentuknya persatuan dan kesatuan Libanon sebagai sebuah bangsa.
Di
Indonesia, Eka Budianta mengungkapkan, Gibran dikagumi. "Terlihat dari
kegemaran para orang tua menamai anak dengan Kahlil Gibran, meng-‘quote’
beberapa kata Kahlil Gibran pada saat pembukaan atau penutupan pidato dan
kebiasaan mencantumkan puisi-puisi Gibran di undangan pernikahan, ucapan
belasungkawa, dan lain-lain," kata Eka Budianta seperti dilansir sirang
pers Kedubes RI di Libanon yang diterima Kompas.com, Senin (9/11). Karya Kahlil
Gibran
pertama diperkenalkan di Indonesia pada zaman Belanda, tahun 1920-an, dan mulai
diterjemahkan ke Bahasa Indonesia pada tahun 1949. “Saat ini, 24 buku karya
Kahlil Gibran telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia”, lanjut Eka Budianta.
Pada
konperensi yang dihadiri oleh Menteri Negara Libanon Nasib Lahoud bersama
puluhan akademisi dan budayawan Libanon lainnya, terungkap bahwa masyarakat
Indonesia memiliki pandangan berbeda tentang Kahlil Gibran. Beberapa pendapat
menilai Kahlil Gibran adalah pahlawan kemanusiaan yang berjiwa patriot dan
menjadi penggerak reformasi sosial; serta sukses melukiskan dirinya sebagai pecinta sejati.
Di
lain pihak, menurut Eka, “sebagian masyarakat Indonesia juga menilai bahwa
Kahlil Gibran adalah seorang Kristen Arab yang dikagumi oleh Muslim. Gibran
juga seorang pujangga timur yang berpengaruh dalam kesusasteraan Barat, dan
Gibran merupakan pujangga Kristen yang terilhami oleh Quran dan menyuarakan
ajaran Islam”.
Di
sela-sela konferensi, Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dan Gibran
National Committee (GNC), sepakat menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) sebagai
langkah awal kedua organisasi ‘menginstitusionalisasikan’ jalinan kerjasama di
bidang pelestarian dan perlindungan barang-barang peninggalan budaya.
MoU
yang ditandatangani Ketua BPPI Dr Setyanto dan Presiden GNC Mr. Antoine Khoury
TAWK itu memuat beberapa substansi kerjasama yang akan dikembangkan oleh kedua
pihak, antara lain pertukaran informasi dan pengetahuan tentang manajemen
pengelolaan barang-barang peninggalan budaya; dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia kedua organisasi.
Dubes
RI di Beirut, Bagas Hapsoro yang ikut menyaksikan penandatangan MoU tersebut
menyatakan, penandatanganan ini merupakan momen bersejarah bagi kedua
organisasi untuk memulai kerjasama kebudayaan di masa depan.
Dubes
menggarisbawahi, “Meskipun GNC fokus pada pelestarian hasil karya Kahlil
Gibran, tapi kedua organisasi dapat memaksimalkan kerjasama ini, karena
keduanya bergelut pada upaya pelestarian dan perlindungan benda-benda warisan
budaya dan sejarah.”
Saat
ini dilaporkan terdapat 4.000 anggota masyarakat Indonesia yang bergabung dalam
Kahlil Gibran Lovers Club. Menurut Dubes RI, informasi ini ikut membantu
terbina dan meningkatnya kedekatan hubungan emosional masyarakat kedua bangsa.
Karena, bagi Libanon, masyarakat Indonesia telah berbagi kecintaan dan
penghormatan terhadap Kahlil Gibran, seorang tokoh dan anak bangsa yang
dibanggakan oleh rakyat Libanon. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar