Jumat, 08 Desember 2017

Matinya Budaya Baca dan Malangnya Karya Sastra Modern

Alunk Estohank *
mpusastra.blogspot.co.id

Kita bagaikan sebuah kapal kosong, tak memiliki arah dan tujuan. Kita berjalan dan meraba-raba bagaikan orang buta. (David Michel Levin: 1988).

Di era globalisasi ekonomi dan informasi ini, karya sastra seperti apa yang dikatakan Michel Levin di atas. Bagaikan sebuah kapal kosong yang tak memiliki arah dan tujuan. Para penyair tepatnya para penulis puisi, berbicara tentang kotak-kotak yang ada dalam dirinya sendiri. mereka enggan keluar dari belenggu imajinasi, untuk sekedar melihat persoalan-persoalan sosial di masyarakat. Sehingga yang terjadi adalah mereka menghasilkan sebuah karya sastra yang indah kata-katanya bahkan lebih indah dari lamunan anak-anak muda.

Disadari atau tidak, karya sastra saat ini lebih mementingkan bentuk ketimbang isi, sehingga para penulis khususnya pemula, mencoba menulis puisi sebagus mungkin dan seindah mungkin, hanya untuk mendapatkan sebuah apresiasi dari para penyair tua atau dari para redaktur koran. Bahkan yang lebih parah lagi hanya untuk menahbiskan dirinya agar diakui oleh publik kalau mereka adalah penyair.

Marilah kita pikir ulang, untuk apa jadi penyair jika hanya mempunyai tujuan seperti itu. Apakah setelah kita menjadi penyair kita akan kaya raya atau minimal orang-orang menghormati kita? Tidak, semua itu hanyalah bayang-bayang semu belaka, yang menentukan adalah karya kita, bisakah kita membuat pembaca berkobar semangatnya seperti yang telah di lakukan WS Rendra atau Widji Thukul. Atau paling tidak puisi yang kita tulis tidak melulu menagis dan bersedih.

Memang, era globalisasi ekonomi dan informasi, menawarkan berbagai keterbukaan dan kebebasan, ekonomi bebas, komonikasi bebas, seks bebas dan imajinasi para penyair pun bebas berkeliaran kemana-mana, sehingga mereka bebas menulis apa saja yang mereka mau, entah itu persoalan pribadi atau golongan. Tidak tahu apakah yang mereka tulis bermanfaat atau tidak, yang penting bagi mereka adalah menulis dan di muat di berbagai koran lokal atau nasional.

Bukan hanya itu namun permasalahan yang terjadi sekarang adalah para penulis lebih banyak menulis dari pada membaca. Maka tidak heran jika karya yang dihasilkan adalah karya abal-abal, tidak mempunyai pengaruh terhadap pembacanya. Bahkan bisa kita lihat bagaimana karya itu bertahan, bisakah puisi-puisi yang dihasilkan para penulis saat ini bertahan lama hingga beberapa tahun kedepan, jika ada maka karya tersebut merupakan pengecualian, namun apakah karya seperti itu memang ada pada zaman sekarang? Pertanyaan ini musti kita jawab bersama dengan membaca karya sastra yang lahir belakangan.  

Fenomena ini bukan fiktif belaka, membaca dan menulis adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Jika kita mau menjadi penulis yang baik maka kita harus menjadi pembaca yang baik pula. Sebenarnya kalau kita mau membaca sejarah intelektual, maka bangsa Yunanilah jawabannya. Sebab orang-orang Yunani percaya kalau untuk memahami alphabet, mereka harus bisa membaca dan menulis, sehingga gagasan-gagasan akan muncul dan dari situ mereka akan memasuki dunia intelektual.

Atau kalau kita mau berkaca, maka lihatlah Marx, bagaimana sejarah hidup Marx hingga dia menjadi orang besar dan melahirkan karya besar pula. Konon sosok berjenggot lebat ini mempunyai agenda tersendiri dalam setiap harinya: agenda membaca buku. Sekitar   bangun jam tujuh dengan kebiasaan minum kopi pahit, setelah itu tanpa basa-basi ia kemudian langsung masuk ke ruang belajar, menutup pintu dan duduk memegang buku. Setiap hari Marx melakukan hal semacam itu, tak peduli hidupnya menoton, karena membaca adalah ibadah baginya. Dalam hidupnya Marx tak terkonsep oleh waktu, ia membaca buku siang dan malam, itulah Marx. Mengenal Marx termasuk mengenal buku, membaca Marx adalah membaca buku yang melimpah ruah pengetahuannya. 

Oleh sebab itu, satu-satunya memahami keadaan para penulis sekarang adalah dengan realitas, di mana fakta lapangan dapat ditangkap rasio sebagai kebenaran. Para penulis saat ini bisa dibilang penulis yang buta dan pikun terhadap buku, ironisnya mereka tidak bisa bersembunyi dengan keapatisannya terhadap buku. Mereka menjadi sangat pragmatis dengan memasuki dunia tulis menulis atau yang akrab di sebut dunia jurnalistik itu. Mereka memandang tulis menulis hanya untuk mendapatkan tepuk tangan dari masyarakat dan pengakuan bahwa mereka adalah penyair, cerpenis, esais dan kolomnis. Ini fakta, semua para generasi muda yang memasuki dunia tulis menulis adalah demi sebuah nama, demi sebuah pengakuan. Bukan untuk ilmu pengetahuan, bukan untuk kemanusian apalagi untuk mengenal buku.

Almarhum cendikiawan Wiratmo Soekito seringkali mengatakan dalam diskusi-diskusi kebudayaan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Menurut beliau membaca buku apalagi hafal setiap kutipan, halaman, penerbit, hingga kredit bukunya adalah kebaikan. Namun, semua itu seperti tak berjejak pada generasi berikut, yaitu generasi hari ini. generasi barisan manusia muda yang rapi dan canggih, dengan daya teknologis yang super:facebook, twitter, whatsApp, line, messenger, BBM, skype, instagram, wechat, dll. Bukan dengan buku lagi aktifitas mereka, bukan lagi ilmu pengetahuan di bagian depan ingatan mereka tapi bayang-bayang semu akan karya yang fenomenal dan tepuk tangan yang meriah dari publik.

Maka tak jarang kita saksikan setiap tahun berap buku yang terbit dan berapa puisi yang terantologikan namun adakah yang membekas di kepala kita? Kalau Nirwan Dewanto mengatakan: saya mengenang buku satra yang terbit karena menghargai tanah kelahiran saya. Sebenarnya secara tidak langsung Nirwan Dewanto ingin mengatakan tak ada yang patut dikenang untuk terbitan buku kesusastraan mutakhir kita. Jika benar demikian, sungguh fenomena ini sangat mengerikan.

*) Alunk Estohank (Alunk S Tohank atau Nurul Anam), Esais tinggal di Yogyakarta. Sekarang aktif di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY).

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar