Kamis, 07 Desember 2017

Jawa Timur Butuh Kurator Kesenian

Ribut Wijoto
beritajatim.com 03 Mei 2017  

Diakui atau tidak, prestasi kesenian Jawa Timur masih kalah dibanding DIY, Jawa Barat, maupun Bali. Kalah dalam hal produktivitas, kualitas, maupun iklim yang dibangun. Entah di bidang tari, teater, film, musik, maupun seni rupa. Jawa Timur seakan hanya bisa sukses di wilayah ekonomi (baca: industri) namun terpuruk di bidang kesenian.

Menyikapi problem tersebut, Jawa Timur butuh terobosan baru. Butuh penciptaan sistem berkesenian yang baru. Tujuannya agar kehidupan berkesenian menjadi lebih terstruktur, terukur, dan target-targetnya jelas. Artinya, kalangan seniman tidak perlu takut dengan istilah “struktur”.

Sebab kadangkala, ada pemahaman yang salah terhadap istilah tersebut. Sehingga, para seniman kerap menghindari kinerja yang terstruktur. Padahal, di bebeberapa lembaga kesenian, kerja terstruktur adalah suatu kemutlakan. Lihat saja di Teater Koma, galeri-galeri, atau sanggar yang mapan. Kesemua kerja mereka terstruktur. Berproses dengan target terukur.

Tapi memang, mengharapkan pekerja seni untuk mengubah tradisi berkeseniannya teramat sulit. Komunitas-komunitas kesenian maupun pelaku seni yang “telanjur berkesenian” dengan “cara mereka” tidak bisa diharapkan berubah dengan sendirinya. Intinya, perlu ada terobosan baru. Butuh pengkondisian.

Pada titik pengkondisian tersebut, Jawa Timur membutuhkan lembaga yang bisa menjamin kualitas standar dan keberlangsungan produk kesenian. Kurator. Mengapa harus kurator? Lembaga ini dibutuhkan karena beberapa latar belakang persoalan kesenian di Jawa Timur.

Pertama, latar belakang dana. Hampir semua produksi kesenian saat ini membutuhkan biaya. Dana kesenian diperoleh melalui sponsor, bantuan pribadi, dan subsidi produksi dari pemerintah. Tetapi, sungguh, persoalan ini amat rumit.

Jumlah sponsor sedikit dan sebaliknya jumlah pekerja seni amat bejibun. Sehingga, sponsor harus melakukan seleksi. Memilih beberapa pekerja seni dari sekian banyak pekerja seni. Pada prakteknya, sponsor memilih pekerja seni yang dibiayai seperti memasukkan tangan dalam karung. Istilah kasarnya adalah “membabi buta”.

Pihak sponsor kesulitan memilih pekerja seni yang layak dibiayai karena di Jawa Timur bidang kritik seni tidak berjalan. Mana pekerja seni yang memiliki standar kualitas tinggi. Mana pekerja seni yang seakan mirip “dukun tiban”. Semuanya tidak jelas. Akhirnya, sponsor hanya bisa berspekulasi. Memberi uang dengan harapan karya yang sajikan berkualitas tinggi.

Lebih sering lagi, sponsor memberi biaya kepada pekerja seni atas dasar kedekatan personal. Dan paling sering, perusahaan di Jawa Timur menahan dananya karena tidak percaya dengan para pekerja seni. Maka, peran kurator kesenian dibutuhkan.

Kedua, keberlangsungan proses produksi. Sponsor sebenarnya membutuhkan jaminan bahwa produksi yang dibiayainya jelas-jelas tidak berhenti di tengah jalan. Semisal, Teater Gapus Surabaya memiliki konsep yang kuat terhadap garapan drama. Tema, perspektif, dan artistik yang diusung telah matang. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan banyak. Pementasan direncanakan keliling Indonesia. Otomatis, dana yang dibutuhkan juga besar. Taruhlah butuh dana Rp 200 juta.

Sponsor bisa saja tertarik dengan tawaran Teater Gapus. Tapi persoalannya, pihak sponsor tidak mampu menutup semua biaya operasional. Bila hanya 20 atau 30 persen, sponsor masih mampu. Tapi, sekali lagi, mengeluarkan dana 20 persen dari biaya produksi juga susah. Mengapa.

Persoalannya, sponsor perlu jaminan bahwa produksi tersebut akan berjalan sampai tuntas. Tidak macet di tengah jalan dengan alasan dana produksi kurang. Atau, produksi tetap berjalan tetapi tidak maksimal karena menggunakan dana seadanya.

Pemerintah juga mengalami kesulitan yang sama dengan sponsor. Sulit memilih pekerja seni yang layak untuk dibiayai. Takut juga bila produksi seni yang telanjur dibiayai akan berhenti di tengah jalan. Sementara, untuk membiaya secara penuh, pemerintah tentu tidak mampu. Maka, peran kurator kesenian dibutuhkan.

Kurator kesenian yang dimaksud di sini harus dibentuk oleh pemerintah. Tugasnya memberi masukan kepada pemerintah perihal produksi seni yang layak dibiayai. Layak diberi subsidi produksi.

Lantas bagaimana kerja kurator. Tugas kurator adalah memilih pekerja seni atau garapan seni yang layak dibiayai. Semisal dalam satu tahun, kurator memilih lima penggarapan drama yang memiliki konsep kuat.

Kelima penggarapan tersebut tidak perlu total biayanya ditanggung oleh pemerintah. Pihak pemerintah cukup menanggung masing-masing 40 persen biaya produksi. Sisa 60 persen diserahkan ke pekerja seni untuk mencarinya ke sponsor.

Menyambut tawaran dari pekerja seni hasil pilihan kurator, pihak sponsor tentu tidak perlu pikir panjang untuk menerima. Hal itu terjadi karena kualitas produksi telah dijamin oleh kurator. Selain itu, sebesar 40 persen biaya produksi telah ditanggung pemerintah.

Kemungkinan produksi seni tersebut gagal atau meleset dari target bisa diminimalisir. Apalagi, selama penggarapan berlangsung, kurator harus terus memantau sekaligus memberi masukan-masukan.

Bila sistem kuratorial ini dijalankan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, kemunculan produksi drama berkualitas sangat bisa diharapkan. Hal yang sama juga terjadi di bidang seni tari, film, maupun seni musik.

Terlebih, dengan adanya sistem kuratorial yang jelas, para pekerja seni juga akan berlomba-lomba membikin konsep yang kuat dengan target kualitas yang maksimal. Tujuannya agar masuk dalam pilihan kurator. Situasi kompetitif inilah yang menciptakan iklim berkesenian yang kondusif.

Lantas apakah pemerintah perlu membentuk lembaga baru untuk tim kuratorial. Sebenarnya, di Jawa Timur, lembaga tersebut sudah ada. Dewan Kesenian Jawa Timur (DK-Jatim). Kinerja lembaga ini bisa lebih maksimal bila diberi tugas kuratorial. Toh, DK-Jatim telah memiliki kelengkapan struktur. Memiliki komite teater, seni rupa, tari, film, sastra, dan komite musik. Mereka juga terdiri dari orang-orang terpilih.

Sebaiknya, memang, di tingkat provinsi tugas kuratorial diserahkan kepada para komite DK-Jatim. Sementara di tingkat kabupaten atau kota, tugas kuratorial diserahkan kepada komite di Dewan Kesenian Kabupaten/ Kota.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar