Jumat, 28 April 2017

Nurel Javissyarqi, Sastrawan Pelukis Kata

Mofik el-abrar
Sebongkah berlian akan memiliki nilai jual tinggi jika ia mau keluar dari dalam tanah dan mau bersabar dalam menghadapi proses pengolahan yang membutuhkan waktu lama. Tapi jika sebongkah berlian tersebut tidak mau keluar dari perut bumi dan tidak mau merasakan kerasnya proses pengolahan, maka ia hanyalah sebongkah batu berlumpur yang tidak berharga.
Seperti halnya perumpamaan di atas, seseorang yang tidak mau berproses dan tidak mau bersungguh-sungguh dalam prosesnya tidak akan memberikan manfaat apa-apa kepada dirinya maupun lingkunganya, yang ada hanyalah ia akan dipandang rendah, diinjak-injak dan menjadi beban bagi orang disekitarnya. Hal inilah yang tidak ingin dirasakan olehseorang sastrawan Nurel Javissyarqi yang saat ditemui di Wakoka ia mengaku lebih akrab jika dipanggil cak Nurel.
Tidak jarang kita dapati tokoh-tokoh terkenal di dunia pada awalnya mereka adalah anak yang kurang pandai bahkan tidak jarang juga yang dikeluarkan dari sekolah mareka. Salah satunya adalah Thomas Alva Edision yang pernah mengalami kesulitan belajar pada masa kecilnya. Sama halnya dengan Edision, cak Nurel yang lahir dengan nama Nur Laili Rahmat pada 8 maret 1976 di Lamongan, awal mulanya adalah anak kurang pandai bahkan ia baru bisa membaca ketika sudah di bangku kelas 5 MI. Saya dulu itu bukan anak yang pintar. Kelas 5 MI saya baru bisa membaca, itu pun saya masih belum paham dengan apa yang saya baca, ujarnya.
Beberapa hal yang menyebabkan cak Nurel menyebut dirinya yang dulu sebagai anak yang bodoh bukan hanya karena kesulitanya dalam belajar, namun juga disebabkan karena kebenciannya dengan membaca dan karena ia sendiri benci jika melihat teman-teman yang meluangkan waktu mereka untuk membaca buku. Saya dulu itu tidak suka membaca buku dan saya sangat benci melihat orang yang membaca buku.”
Memasuki usia MTs labelnya bertambah, selain berlebel anak bodoh ia juga memiliki label anak nakal. Hal ini berawal ketika muncul keinginan untuk mencari jati dirinya dan hasratnya untuk menjadi terkenal. Berbeda dengan anak seusianya yang jika ingin meraih hal tersebut dengan berbuat dengan hal positif dan meraih prestasi setinggi-tingginya, ia malah memilih menjadi anak yang nakal sebagai perwujudan dari dirinya yang asli dan untuk menarik perhatian orang-orang disekitarnya. “Menginjak usia MTs saya mulai mencari jati diri, saya ingin menjadi anak yang terkenal dengan cara menjadi anak yang nakal,kenangnya.
Waktu pun berlalu dan lambat laun mulailah minatnya untuk membaca dan menulis muncul. Menginjak kelas 2 MA, kepribadiannya mulai berubah, yang awalnya ia benci membaca buku kemudian hatinya mulai tergugah dan sadar akan pentingnya membaca buku. Ia yang awalnya benci dengan orang yang membaca buku sedikit demi sedikit mulai menyukai buku. Bukan hanya mulai suka membaca buku tapi pada masa ini bakat kepenulisannya mulai muncul, terbukti dengan lahirnya 13 puisi yang ia tulis sendiri pada masa itu.
Hal yang menjadi kebanggaan bagi cak Nurel  ketika ia tidak lulus S1 tetapi sering memberikan materi tentang kepenulisan kepada mereka yang sedang menempuh maupun sudah lulus sarjana. Ketidak lulusanya dari Universitas Widya Mataram Jogja bukan tanpa sebab. Kuliah S1-nya di fakultas Ekonomi sebab paksaan dari kedua orang tuanya,karena keterpaksaan itulah ia sengaja tidak meluluskan kuliahnya dalam rangka ingin membuktikan kepada kedua orang tuanya bahwa ia bukan termasuk tipe orang yang suka dipaksa. “Saya S1 tidak lulus tapi saya bisa memberikan materi di bangku-bangku kuliah. Inikan tidak masuk akal kalau dilogika, bukan ? Jadi pada intinya ya sungguh-sungguh itu. Kita buktikan dengan karya kita bahwa kita bekerja dengan sungguh-sungguh,”  tuturnya saat di Wakoka.
Menjadi seorang penulis bukanlah keinginan awal cak Nurel. Menggambar adalah hobi yang dimiliki cak Nurel sejak kecil sehingga awal kedatanganya ke Jogja adalah agar ia dapat menjadi seorang pelukis bukan menjadi penulis. Dikarenakan mahalnya cat pada saat itulah yang mendorong dirinya untuk berfikir dan menemukan solusi. Bagaimana caranya agar ia tetap dapat mengambarkan keindahan alam tanpa membebani keuangannya maka dengan kata-katalah akhirnya ia mengambarkan keindahan alam. “Karena niatan saya itu menjadi pelukis terus tidak kesampaian atau saya ingin merekam alam itu dengan lukisan tidak mampu karena cat mahal dan kanvas juga ratusan ribu jadi saya merekam alam lewat kata-kata,” ungkapnya.
Bukan kehidupan kalau tidak ada rintangan. Rintangan demi rintangan pernah dirasakan cak Nurel semasa proses kepenulisannya. Di antara rintangan yang paling berat yang ia alami adalah pada tahun 2012, tanpa diinginkan dan tanpa dibayangkan keluarga yang selama bertahun-tahun ia bangun kandas ditengah jalan. Hal inilah yang menyebabkannya menduda dan melalang buana dari Lamongan ke Ponorogo selama 3 tahun. Untuk menjaga akalnya tetap waras hal yang dapat ia lakukan hanyalah membaca buku tanpa menghasilkan karya. Mungkin karena kebetulan atau apa mungkin sudah takdir saya itu sudah menikah dua kali. Pernikahan pertama saya pisah itu tahun 2012, terus saya mengembara di Ponorogo ini sampai 2014, saya menulis pun tidak bisa, jadi saya drop pada saat itu, saya hanya bisa membaca, itupun hanya novel, saya tidak mampu membaca buku yang lain.”
Tahun 2015, mulailah ia membangun keluarganya dan menulis kembali. Hal yang menarik dari penikahan kedua ini adalah istri keduanya tersebut mau ia nikahi walau hanya dengan maskawin puisi yang ia buat. Maskawin puisi tersebut bukan karena didasari keinginan agar penikahannya anti mainstream, tapi karena pada saat itu ia memang tidak memiliki apapun untuk dibelikan maskawin. Karena ketulusan cinta istrinyalah yang menyebabkan ia mau dipinang walau hanya dengan puisi. Alhamdulillahnya ketika saya menikah yang kedua saya tidak punya apa-apa, tapi istri saya mau saya nikahi hanya dengan maskawin puisi. Jadi alhamdulillah saya tertolong dengan puisi juga, mungkin ketika saya tidak bisa menulis puisi atau apa, saya tidak bisa nikah lagi, candanya.
Melalui goresan tinta emasnya tidak kurang dari 13 buku telah cak Nurel tulis hingga saat ini. Namun karena terhalang oleh biaya, hanya 4 judul saja yang mampu ia terbitkan, yang lainnya secara stensilan. Buku-buku tersebut beraliran sastra, antara lain adalah Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutarji Calzoum Bachri, Trilogi Kesadaran, Antologi Puisi Tunggal “Kitab Para Malaikat”, dan Antologi Puisi “Balada Takdir Terlalu Dini” . Cak Nurel sekarang sedang merampungkan sebuah karya kritik sastra yang masih dalam tahap perevisian, yang berjudul “Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia”.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar