Kamis, 03 Desember 2015

KARAKTER DAN SASTRA PROFETIK

Dharma Setyawan *
hmp.pasca.ugm.ac.id

Umar bin Khattab berpesan “Ajarilah anak-anakmu sastra, karena sastra membuat anak yang pengecut menjadi pemberani”.
Konflik dan dinamika bangsa ini terus berproses pada jalan formalnya. Harapan besar manusia-manusia di dalam Negara ini tumbuh dan berkembang dalam proses-proses yang terus membaik. Sejarah pahit negeri ini yang awalnya penuh dengan semangat kepahlawanan telah tertutupi oleh sikap nir-akhlak generasi yang semakin mengalami erosi kebaikan.
Dari pemimpin sampai rakyat sikap nir-akhlak itu menjalar dan membelenggu terpasung dalam kegelapan. Memang benar, tidak ada bangsa yang sempurna, kita yakin Indonesia sedang tumbuh dan membangun kejayannya. Kita pun yakin entitas manusia di dalamnya juga sedang mencumbui dan belajar mencintai sebuah Negara yang penuh dengan sumber daya alam ini. Kejayaan masa lalu Sriwijaya dan Majapahit setidaknya mengingatkan kita bahwa dulu orang-orang yang pernah mendiami nusantara ini pernah bersatu sampai menjamah Negara Malaysia, Singapura, Filipina, Tailand dan Negara Asia lainnya. Kita juga harus sadar bahwa kemerdekaan Indonesia adalah buah dari sikap kepahlawanan para founding fathers yang terus ingin mengembalikan kejayaaan masa lampau. Kejayaan itu sampai saat ini masih berbau wangi, mulai dari makam-makam pejuang kemerdekaan yang berjiwa profetik, peninggalan-peninggalan kerajaan masa lalu, dan lebih dari 700 suku etnik yang sering kita lupakan adanya.

Ribuan tahun ratusan suku itu hidup tanpa ada upaya saling menghegemoni kecuali pasca hadirnya penjajah eropa yang rakus sumber daya kita. Kita semakin bringas dan tidak mengenal ragam suku kita akibat ulah penjajah asing yang melakukan upaya politik adu domba “devide at ampera”. Kemudian kita saling curiga, saling pukul saling serang dan sumber daya alam ini berubah menjadi kutukan Tuhan untuk bumi yang disebut gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerto rahardjo. Kita semakin kehilangan peta kebenaran, malapetaka ini terus berlangsung tanpa kita sadari bahwa ini karena ketidakmampuan kita menjalankan amanah para pahlawan. Merdeka atau tidak merdeka, kita belum menyadari sudah berapa kekayaan kita yang terus mengalir deras ke Eropa dan mereka membangun peradaban modern disana. Hitung saja 350 tahun lamanya Belanda menjadi Negara maju atas hasil kekayaan bangsa ini yang terus dihisap dan manusia Indonesia ibarat sapi dan kerbau yang terus membajak ladangnya dan hanya berupah rumput hijau sekedar untuk makan. Bahkan menakjubkan lagi kotoran sapi dan kerbau itu masih dapat mereka fungsikan untuk memupuk tanaman lebih subur dan subur lagi.

Menolak Pengecut

Polarisasi kehidupan Negara kita perlu mencetak orang-orang kuat yang berjiwa pahlawan. Karakter Kenabian (profetik character) itu harus tumbuh kembali pasca pahlawan-pahlawan kita yang mengambil jalan keberanian untuk menentang segala bentuk imperalisme. Kita harus mencetak sosok-sosok mereka lahir entah harus berapa tahun lagi? Hari ini proses politik kita masih menimbulkan kebencian-kebencian antar kelompok. Kita mesti bertanya pada diri masing-masing untuk siapa kemerdekaan dan kepemimpinan itu ada jika tidak untuk mengayomi seluruh anak bangsa ini. Jika ada yang pesimis karena pemimpin kita sebagian berjiwa kerdil, mungkin itu benar. Jika ada yang pesimis bahwa sebagian besar pemimpin kita terlalu tunduk kepada asing mungkin itu juga benar. Namun kita juga harus optimis, bahwa proses mencari pahlawan-pahlawan itu sedang berlangsung dan berharap menemukan fatsoennya. Pahlawan-pahlwan yang pemberani itu harus kita ciptakan bersama-sama dengan terus menghargai meritokrasi kepemimpinan.

Menolak pengecut! Kata yang tepat untuk membungkam semua kekerdilan yang pernah tumbuh dibenak kita. Menolak pengecut adalah sikap mental kita untuk mengembalikan kembali Indonesia yang akan diisi oleh ribuan pemimpin berjiwa pahlawan. Bukan pemimpin elitis, apatis, hedonis, egois, dan yang mengecewakan tunduk dengan kebijakan-kebijakan asing jelas secara rasional sangat merugikan Negara ini. Monolak pengecut itu adalah bagian kebajikan yang dapat dilakukan siapapun dari tingkat rakyat sampai pemimpin. Karena sifat pengecut itu jika dibiarkan, dia akan menjadi benalu bangsa dan duri dalam daging semangat anak cucu kita. Sudah lama sejarah bangsa ini krisis kepahlawanan. Akibat pengecut itu, stok jumlah pahlawan dari 240 juta manusia Indonesia masih sangat sedikit.

Ajarkan Sastra Profetik

Ucapan Kalifah Umar di atas mengungkapkan sebuah pendidikan karakter pada anak. Indonesia perlu mengisi otak dan hati pemimpin masa depan dengan narasi-narasi sastra profetik. Selain melayani, pemimpin masa depan harus mampu mendialektikakan cita-cita bangsa ini dalam retorika dan tulisan. Dengan sastra itu, Indonesia akan membangun generasi-genarasi yang masih pengecut hari ini menjadi generasi-genarasi jujur dan pemberani. Sejak dini mereka dilatih untuk mampu mengejawantahkan narasi sastra profetik dalam bingkai perilaku kehidupan. Sastra profetik harus menghujani bumi Nusantara dari sabang sampai merauke bahkan sampai Negara-negara lainnya.

Kita harus ingat bahwa banyak pantun, puisi, sajak, gurindam, dan sastra juang lainnya telah membumi lama di seantero Nusantara. Sastra-sartra itu kini tidak terdengar lagi bahkan hilang tergantikan dengan retorika-retorika kosong bangsa asing. Betapa kita perlu sadar bahwa sastra begitu lekat dan menjadi kredo gerakan bangsa ini untuk menemukan kearifannya. Sampai hari ini sajak, pantun, gurindam, puisi dan sastra lainnya telah lama usang di perpustakaan tanpa ada ucapan lantang dari generasi-generasi kita di bangku pendidikan. Teks-teks Sastra itu sedang merindui kita semua dan masih menunggu bangsa ini untuk membacakannya lagi sebagai pemantik kebangkitan dan monolak sikap pengecut.

Mengutip Kuntowijoyo, bahwa sastra profetik adalah sastra transedental yang mempertanyakan manusia di tengah kehidupan modern yang serba birokratis, industrialis, pasar dan instrumental. Sastra profetik menghasratkan agar manusia tidak menjadi makhluk satu dimensi. Melainkan makhluk lengkap baik jasmani maupun rohani, berakar di bumi sekaligus menjangkau langit. (Wan Anwar, Kuntowijoyo, Karya dan dunianya : 2007). Maka gerakan sastra profetik adalah gerakan pendidikan karakter kebudayaan yang akan menjadi salah satu variable membangkitkan Indonesia dari keterpurukan. Sastra profetik ini akan membangun bangsa ini kembali, bahkan lebih dari kejayaan masa lampau. Sastra Profetik, menolak pengecut dan membangun keberanian!
***

*) Humas Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar