Zuarman Ahmad *
Riau Pos, 3 Nov 2013
ADA satu nama yang mengabadikan nama Ediruslan, yakni Kampus Akademi Kesenian Melayu Riau Ediruslan Pe Amanriza, di komplek Bandar Serai. Sekarang akademi itu naik statusnya menjadi Sekolah Tinggi Seni Riau (STSR) yang beralih kelola dari Yayasan Pusaka Riau ke Yayasan Sagang. Apakah nama kampus itu masih memakai nama Ediruslan? Jawabnya adalah tidak. Kenapa? Karena gedung itu sudah rata dengan tanah.
Kenapa nama Ediruslan (alm) perlu disebutkan pada tulisan ini? Pertama, selain ia seorang novelis Indonesia asal Riau; beberapa novelnya memenangkan sayembara mengarang novel oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) bersama Taufik Ikram Jamil (secara kompetitif berlomba-lomba untuk menjadi pemenang), dan kemudian novel Tusiran Suseno (alrmarhum) mengikuti jejak kedua orang ini; ia juga seorang penggiat teater di Riau, pengarang cerita-pendek dan puisi; menjadi Ketua Dewan Kesenian Riau (DKR) dan anggota DPRD Riau.
Kedua, ketika menjadi anggota DPRD inilah (karena sedikit ‘berkuku’) pikirannya bersama-sama seniman-seniman ternama Riau lainnya menggagas untuk menjadikan kawasan purna MTQ menjadi pusat kebudayaan dan kesenian Melayu Riau, dan cita-cita luhur itu diamini oleh Saleh Djasit selaku Gubernur Riau pada waktu itu. Dan, kemudian berdirilah gedung kesenian yang sekarang bernama Anjung Seni Idrus Tintin yang berdiri ‘sombong’ di tengah-tengah kawasan Bandar Serai (dulu kependekan Seni Raja Ali Haji) adalah juga gagasan Ediruslan bersama-sama seniman dan budayawan Riau lainnya. Sayang, Edi tidak dapat melihat gedung yang digagasnya itu karena keburu meninggal-dunia. Dan, kalaupun ia masih hidup pasti sangat kecewa dengan ‘perlakuan’ gedung yang diberi nama Anjung Seni Idrus Tintin itu, yang seakan-akan nampak megah dari luar – rancak di lebuh.
Kenapa pulakah halnya dengan Anjung Seni Idrus Tintin itu? Sebelum membicarakan Anjung Seni Idrus Tintin ini, elok terlebih dahulu membincangkan komplek Bandar Serai. Kenapa? Karena, sekarang, beberapa gedung di komplek Bandar Serai ini sudah almarhum –hilang– punahranah, seperti gedung Bangsal Kiambang, Gedung Ediruslan Pe Amanriza Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR), dan beberapa anjungan seperti anjungan Batam, anjungan Tanjungpinang, anjungan Kota Pekanbaru, dan Anjungan Bengkalis yang ketika itu masih memakai arsisektur mengacu ke bentuk Istana Siak. Dan karena ‘pemusnahan’nya itu tidak secara alamiah, maka patutlah ditangisi. Lain halnya kalau beberapa ikon kebudayaan dan sebagian laman tempat bermain seniman pada komplek Bandar Serai itu punah-ranah karena dimakan rayap atau termakan usia, tidaklah pantas untuk ditangisi. Peristiwa ini mungkin dapat dibidalkan seperti teori vandalism, yakni: Berharap kakap di laut, bilis di belangan dicampakkan. Berharap PON dapat membangkit marwah Riau, laman bermain kebudayaan diporakporandakan. Hasilnya? Kakap di laut tak dapat-dapat, bilis di belanga pun dihembat kucing, mmm… peeh.
Sekarang, saatnya membincangkan Anjung Seni Idrus Tintin. Apa pula pentingnya? Ada beberapa teori dan pilosofi yang menunjang pentingnya ‘’laman bermain seniman’’ ini. Sajak sajak Psappho (penyair Yunani lahir di pulau Lesbos, 570 SM) masih ada sampai sekarang meskipun bangunan-bangunan kuno Yunani sudah hancur, meskipun sebagian puisinya yang terkenal telah banyak yang hilang. Jacques Derrida dan Milan Kundera mengemukakan bahwa meskipun pengalaman akal merupakan pengalaman diri sendiri, tetapi sifatnya tetaplah relatif belaka. Karena itu kedua orang hebat ini menawarkan pemikiran-pemikiran baru sebagai ‘pengetahuan’ baru bagi dunia yang relatif itu. Seniman pencipta, sebenarnya berada dalam usaha di locus (tempat) yang disebutkan oleh Derrida dan Kundera itu. Seni yang dicipta bersama ‘pengetahuan’ baru itu sebagian besar dilahirkan di gedung seperti Anjung Seni Idrus Tintin itu. Karena itu juga gedung seperti itu dapat juga disebut sebagai ‘pusat’ kesenian yang hakiki.
‘Pusat’ kesenian seharusnya bertolak dari tawaran Derrida dan Kundera tentang pemikiran ‘pengetahuan’ baru itu, jika tidak penciptaan kesenian itu menjadi biasa-biasa saja, refetitif (pengulangan), tidak menjadi pemikiran ‘pengetahuan’ yang baru. ‘Pusat’ kesenian tidak hanya sekadar banyaknya jumlah kesenian (kuantitas), atau ramainya penampilan (event) kesenian yang diadakan maupun diraikan, akan tetapi akan menjadi tempat mata dan telinga senantiasa menuju (focus) dan sebagai bujanggi zamannya, sebagaimana halnya kabah ‘semacam’ pusat religious umat Islam, walaupun ‘hati’ secara makrifat merupakan ‘pusat’ religious yang hakiki, namun dunia kesenian adalah dunia nyata, dan bukan dunia fiktif, walaupun dasar pikiran untuk menciptakannya dimulai dari konsep ‘dunia’ fiktif imajinatif.
Pekanbaru, Riau, yang ‘diimpikan’ atau dihajati (?) sebagai ‘pusat’ kesenian Melayu di Asia Tenggara, jika dihitung dari penampilan atau pera’ian atau banyaknya seni yang diciptakan, sudahkah menjadi ‘pusat’ kesenian? Harus ada penelitian atau catatan yang menyatakan tentang hal itu, dan penelitian atau catatan pada kesenian yang berada di luar Pekanbaru, Riau, sehingga ada data yang nyata (pasti dan jelas) yang kemudian menjadi suatu kesimpulan. Jika tidak, beberapa penciptaan kesenian saja ‘seperti’ yang ditawarkan Derrida dan Kundera itu lahir, akan menjadi ‘pusat’ kesenian (tempat mata terus tertuju) yang sesungguhnya, yakni pemikiran-pemikiran ‘pengetahuan’ baru, yang kemungkinan besar ‘sekali lagi’ akan lahir di gedung seperti Anjung Seni Idrus Tintin.
Sekarang apa masalahnya? Pertama, Anjung Seni Idrus Tintin itu belum selesai pekerjaannya, terutama tidak adanya AC (Air conditioning). Sebagai ilustrasi, paling kurang ada dua gedung kesenian di Indonesia tempat seni puncak ditampilkan, yaitu Gedung Kesenian Jakarta TIM dan Sasono Langen Budoyo Taman Mini Indonesia Indah ( TMII Jakarta). Seniman yang sudah pernah ‘nampil’ di kedua gedung ini akan tahu bahwa, ketika GR dan pertunjukkan akan terasa sejuk dan nyaman, dan seyogianyalah Anjung Seni Idrus Tintin yang sekaliber dengan kedua gedung itu fasilitasnya sama (selesai pengerjaannya). Sekarang, usahkan AC itu dipikirkan akan ada (entah oleh siapalah), sound system di dalam Anjung Seni Idrus Tintin itu mulai rusak, dan kalau ditanyakan kepada semua penampil yang pernah mengadakan pertunjukkan di dalam gedung itu taklah pernah merasa puas — merutuk.
Masalah yang kedua, semenjak dibangunnya Anjung Seni Idrus Tintin itu, tidak pernah dibentuk Badan Pengelola (BP). Ada usul seorang sahabat seniman pegawai negeri, bahwa pihak pemerintah (mungkin ditunjuk seseorang untuk berkantor berserta beberapa orang stafnya di Anjung Seni Idrus Tintin) dan seorang ketua Badan Pengelola dari pihak seniman, yang juga beberapa staf bidang musik, teater, tari, sastra, lukis, untuk bersama-sama mengelola gedung ini. Tugas seseorang kepala beserta stafnya dari pihak pemerintah adalah untuk memfasilitasi (hardware), dan tugas ketua pengelola dan staf dari pihak seniman sebagai pengisi seni (software), sehingga dalam satu tahun sudah ada kalender pertunjukkan seni ‘bermutu’ yang akan tampil di Anjung Seni Idrus Tintin itu; sebagaimana pepatah ‘’Bersatu kita teguh, berserai kita runtuh’’.
Pada segala itu, sebagai renungan, Milan Kundera mengingatkan kita pada ‘tanda-tanda’ dan ‘pencarian’ bagi penciptaan kesenian: ‘’Qui se cherchent agrave; travers la memoire des vieux signes’’. Yaitu, ‘’Siapa yang mencari lebih jauh; akan menempuh ingatan-ingatan tentang tanda-tanda kuno.’’ Karena itu, marilah kita berpikir (paling kurang memikirkan) untuk mencari lebih jauh, jika tidak, kita akan menunggu kehancuran hardware dan software Anjung Seni Idrus Tintin itu, lamat, lamat-lamat. Oleh itu, wahai Ediruslan, maafkanlah, karena ketidak-berdayaan ini.
*) Zuarman Ahmad, Seniman Pemangku Negeri (SPN) Zuarman Ahmad, adalah musisi, arranger music, composer, dirigent, dosen musik STSR, penerima Anugerah Sagang 2009, dan sejumlah anugerah seni lainnya
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2013/11/anjung-seni-idrus-tintin-nasibmu-kini.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar