Kamis, 11 April 2013

Pengantar dari Korrie Layun Rampan

Korrie Layun Rampan
http://gampiran.wordpress.com/

Pertama kali saya membaca embriyo Gampiran (Rampan, 2011: 121-5) saat menyusun antologi cerita pendek Kalimantan Timur dalam Cerpen Indonesia. Buku itu diterbitkan sebagai dasar senimar sastra yang diadakan pada tanggal 7 Desember 2011 tentang pendidikan dan kreativitas sastra di Kalimantan Timur.

Rupanya Gampiran dilanjutkan dalam bentuk novel, meskipun ada beberapa perubahan pada tokoh dan latar, namun perubahan itu tidak membawa dampak pada alur dan tema. Pusat temanya pada lingkungan hidup tetap utuh dan tajam. Pengakhir novel menjadi happy ending sedang pada cerpen dilakukan pengakhiran sedih secara terbuka.
Untuk sampai kepada beberapa catatan akhir tentang novel ini, baiklah dijelaskan di sini beberapa hal elementer mengenai beberapa pengertian agar pembaca mendapat gambaran mengenai isi novel secara lebih komprehensif dan holistik.

Pertama, mengenai tokoh. Menurut Eksiklopedia Sastra Indonesia (2004: 811) tokoh ialah orang atau benda yang menjadi pelakon di dalam cerita yang kemudian menentukan unsur plot, suasana, dan tema. Itu sebabnya tokoh itu biasanya tidak tunggal, tetapi selalu didampingi beberapa tokoh lainnya yang kadang disebut tokoh antagonis, tokoh pembantu, tokoh pelengkap yang umumnya disebut tokoh bawahan. Dalam Gampiran ini dapat ditemui pada Munita, Buyan, Paman Riu, Ibu, Tuan Hisyam, Tua Mor, Monika, Seduyong, dan Wirawan

Tokoh utama novel, drama, atau cerpen disebut protagonis. Tokoh dikenal lewat tindakannya, ucapannya, perasaannya, pikirannya, tanggapannya terhadap diri sendiri. Tokoh utama adalah tokoh yang mengambil bagian dalam keseluruhan kisah, sehingga apa pun yang terjadi di dalam kesatuan kisah selalu berhubungan dengan tokoh utama. Itu sebabnya segala perubahan yang terjadi di dalam kisah akan membawa dampak perubahan sikap, tindakan, pikiran, perlakuan para pembaca terhadap pandangan hidup dari peristiwa-peristiwa yang mengubah jalan hidup tokoh utama. Hal ini dapat terlihat dari Gampiran yang akhirnya berubah menjadi manusia biasa dan menikah dengan mantan kekasih saudara kembarnya. Inilah takdir Munita.

Kedua, latar. Penempatan latar atau setting penting dalam sebuah cerita karena berhubungan dengan konsep mimesis Aristoteles tentang art imitatur naturam. Konsep ini menyebutkan bahwa karya seni meniru alam, dan, karena itu apa pun yang ditulis dan dikerjakan di dalam seni ada hubungannya dengan alam. Itu sebabnya latar itu penting karena menunjukkan suatu tempat tertentu dari terjadinya peristiwa yang dikisahkan. Tempat itu jelas dan pasti, dan tidak mungkin dipindahkan ke wilayah lain, karena latar sangat spesifik. Ia hanya ada di tempat itu. Karena itu, latar dikenal dalam dua bentuknya, yaitu: latar material yang berbentuk tempat dan waktu, dan latar sosial yang berwujud situasi sosial-ekonomi, budaya, politik dan sebagainya pada waktu cerita dikisahkan. Dalam novel ini latar dikontraskan pada tempat yang diwakilkan oleh kurun waktu sehingga melahirkan kontras-kontras tertentu dalam perubahan zaman. Kenyataan itu tampak pada awal kisah tentang Kampung Sangta dan pada masa akhirnya kampung itu dalam kisah yang diinginkan Gampiran setelah ia menjadi manusia dan menikah dengan Wirawan.

Ketiga, tema. Unsur tema sangat penting di dalam suatu karya sastra. Meskipun telah ada tokoh dan latar, tetapi tidak memiliki tema yang jelas, karya itu masih memiliki kekurangan. Tema sebagaimana dikatakan Rampan (2009: 3) adalah inti persoalan di dalam cerita, ide pokok, atau gagasan yang dituangkan sebagai dasar penulisan suatu cerita. Ide pokok itu tidak ditulis secara verbal, tetapi disamarkan di dalam sintaksis bagian-bagian cerita dengan cara menyicil. Dengan kata lain tema adalah ide dasar umum yang ditransformasikan di dalan karya untuk menopang gagasan yang dinyatakan di dalam novel, cerpen, atau drama, baik mengenai persamaan maupun perbedaan pemikiran yang ditulis dalam karya itu. Dalam Gampiran temanya jelas mengenai konsep hulu hilir sebagai cara pelestarian lingkungan.

Novel Gampiran Inni Indarpuri ini memenuhi semua syarat teknis novel yang baik. Dalam teori penulisan ada sejumlah elemen yang harus diperhatikan untuk mencapai hasil novel yang berkualitas. Dalam buku Dasar-dasar Penulisan Novel telah saya jelaskan elemen-elemen penting yang harus ada di dalam novel. Di samping tiga hal yang sudah disebutkan di atas masih ada sejumlah elemen lainnya seperti suasana, suspense, pembukaan, alinea akhir, atmosfer, sudut pandang, perwatakan, gaya, dan sebagainya. Hal-hal elementer ini dapat dibaca pada buku-buku panduan, di antaranya dalam Dasar-dasar Penulisan Cerita Pendek (1991), Apresiasi Cerita Pendek 1-2 (1990), dan Apresiasi Cerita Pendek Indonesia Mutakhir (2009) yang ditulis Korrie Layun Rampan, yang secara dasariah sama dengan teknik dan tahap-tahap penulisan novel.

Untuk memahami novel Gampiran Inni Indarpuri ini perlu juga dipahami beberapa hal dasar yang saya catat berikut ini. Pertama mengenai konsep kekosongan. Novel ini berkisah tentang kembaran manusia-buaya yang masing-masing memiliki alam sendiri-sendiri. Sebagaimana dikatakan Bramantyo dan Cheng (Sutasoma, 2010: xx) bahwa ada Jalan Tengah yang dalam Budhha merupakan saling bergantungan dalam kondisionalitas atau relativitas. Dalam hubungan tersebut, sunyata dimaknakan sebagai kekosongan, keterbukan, atau nonsubstansialitas, dan hal yang tak bisa dimusnahkan. Dalam Kakawin Sutasoma pengertian tersebut dinamakan nirasraya yang menurut L.L. Huesh Cheng bahwa segala sesuatu hal adalah kosong dari esensi yang abadi dan bahwa pencapaian kebebasan disamakan dengan sunyata itu sendiri. Hal ini tampak jelas dalam hubungan sakaw dengan kekurangan nutrisi sesajenan, dalam manifestasi yang dialami buaya jadi-jadian.

Dalam hubungan bahasa novel Gampiran menunjukkan kelancaran yang tidak membebani pembaca dengan berbagai kesulitan vocabuler dan sintaksis. Aminuddin (2008: 28) dengan mengutip Kridalaksana menyebutkan bahwa bahasa merupakan sistem lambang arbitrer yang dipergunakan untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Dalam hubungan itu, bahasa yang digunakan Inni mencerminkan bahasa fiksi yang memikat dalam hubungan individualitas dan cinta seperti ditulisnya secara romantis berikut ini.

“Ah, inikah rasanya menjadi pengantin. Semua mata memandang takjub. Kulirik sekali lagi peraduan yang keseluruhan berwarna kuning. Taburan bunga melati kian membuat semerbak pelaminan ini, dan aku menyukainya.

“Aku tersenyum. Khayalku itu sebentar lagi akan nyata. Aku akan bersanding setelah mengorbankan Monika terlebih dahulu. Aku akan mengalami apa yang seharusnya dialami wanita akil baliq di dunia ini. Sudah cukup selama delapan belas tahun aku terpisah dari dunia manusia. Hidup menyendiri dalam kesunyian.”

Dalam Sastra Nusantara atau Sastra Indo Belanda, ditemukan nama Louis Couperus (1863-1923) yang menulis novel De Stille Kracht yang di dalam Bahasa Indonesia menjadi Alam Gaib atau Keuatan Diam. Di dalam novel yang ditulis pada zaman penjajahan Belanda di Pasuruan, JawaTimur ini memperlihatkan sekian banyak kejadian ajaib yang berhubungan dengan hal-hal magis dan kekuatan supranatural. Novel ini berbicara tentang kekuasaan dan keinginan bahagia tokoh-tokohnya, namun nasib dan takdir membawa mereka kepada kenyataan lain dari hidup yang sebenarnya. Dalam Gampiran hal yang demikian tersua dengan bagus lewat narasi dan dramatisasi peristiwa. Mitos Senyulong² dan Pawang Tua Mor³ menjadi bagian yang mengandung misteri dari kerak tradisi dinamisme di alam modern. Persenyawaan alam gaib dan alam nyata mencerminkan singkretisme yang menghalalkan mite hidup bersama dari berbagai kekauatan gaib dan supranatural. Hal yang dikatakan filsuf van Peursen sebagai kelengkapan pikiran mitis bersatu dengan pikiran ontologis di dalam kesenyawaan yang melegakan.

Gampiran menunjukkan local genus yang dalam bahasa sehari-hari disebut kearifan lokal. Menurut Rahyono (2009: 7) dengan mengutip Poespowardojo yang merumuskan pemikiran Quaritch Wales bahwa kearifan lokal memperlihatkan ciri budaya tertentu dari sekelompok manusia sebagai pemilik budaya tersebut, dan berbagai pengalaman hidup yang menghasilkan ciri-ciri budaya tersebut. Dalam hubungan novel Inni Indarpuri Gampiran ini tampak kearifan lokal menjadi ciri utamanya yang menerakan kebudayaan kampung dalam hubungannya dengan perikehidupan buaya (jadi-jadian) yang mencirikan kehidupan manusia biasa. Selain itu, budaya kampung yang sebenarnya tercermin di dalam berbagai aktivitas komunal yang mencerminkan kekuatan gotong-royong dan kolektivitas di dalam keseharian manusia merdeka. Jiwa kampung dengan masyarakat kampung yang berjuang dalam pikiran jernih dan orisinal menjadi ciri kearifan lokal, di mana manusia berjuang dan berhasil berkat menjalani pengalaman hidup melewati proses belajar yang dilakukannya dari pengalaman hidup itu. Mite perjanjian antara raja buaya dan raja manusia tentang hukum pemeliharaan hulu dan hilir sungai menjadi salah satu kisah yang mencerminkan local genus dalam novel Gampiran. Hulu adalah wadah hidupnya habitat buaya dan hilir adalah kedamaian dan kesejahteraannya umat manusia. Kedua wilayah dan habitat ini tidak saling mengganggu, akan tetapi keduanya dapat hidup berdampingan tolong-menolong!(*)

Catatan:
¹ Sastrawan, pendiri dan pengelola Rumah Sastra Korrie Layun Rampan
² Mitos dan buaya yang ada di sungai-sungai di Serawak;
³ Dukun yang menggunakan kekuatan supranatural untuk mengerahkan kekuatan magis agar buaya Senyulong menggoda buaya jadi-jadian lainnya.

Kepustakaan:
Aminuddin, Drs. M.Pd.,2008, Semantik, Bandung: Sinar Baru Algensindo
Hartoko, Dick, 1979, Bianglala Sastra, Jakarta: Djambatan
Rahyono, F.X.,Kearifan Budaya Dalam Kita, Jakarta: Wedatama Widya Sastra
Rampan, Korrie Layun, 2011, Kalimantan Timur dalam Cerpen Indonesia, Samarinda-Jakarta: Pustaka Spirit
——————————-, 2009, Apresiasi Cerpen Indonesia Mutaklhir, Jakarta: bukupop
Tantular, Mpu, 2009, Kakawin Sutasoma, Jakarta: Komunitas Bambu
WS, Hasanuddin, Prof. Dr., 2004, Ensiklopedi Sastra Indonesia, Bandung: Titian Ilmu

Dijumput dari: http://gampiran.wordpress.com/2012/05/10/pengantar-dari-korrie-layun-rampan/

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar