Sutejo *
Karya Darma, 30 Nov 1994
Berlakunya kurikulum bahasa Indonesia 1994 dalam dunia pendidikan
kita secara teoritis akan menuansakan warna baru dalam pengajarannya. Di
samping alokasi waktu yang lebih besar dibandingkan dengan kurikulum
sebelumnya, juga ditingkatkannya aspek reproduksi sastra yang menekankan
pada kemampuan dan bakat siswa untuk melahirkan karya sastra.
Kalau selama ini sering disinggung oleh banyak pihak bahwasannya
pengajaran sastra telah mengalami kegagalan, maka kita sebagai pengajar
sastra akan merasa ikut bertanggung jawab atas terhapusnya suara sumbang
berkaitan dengan isu pengajaran sastra yang demikian. Sebagaimana
bidang seni yang lain, tentunya aspek reproduksi sastra sebenarnya tidak
berbeda dengan reproduksi seni yang lain. Kalau menggambar bisa
diajarkan kepada siswa yang menekankan pada kemampuan melukis, dan bukan
pengetahuan tentang seni lukisnya, maka pengajaran sastra pun mestinya
juga harus mengarah pada orientasi yang demikian. Dan gejala ke arah
demikian tampaknya sudah ada, yakni dengan berlakunya kurikulum Bahasa
Indonesia (BI) 1994.
Isyarat kurikulum
Kurikulum 1994 Bahasa Indonesia dalam hal pengajaran sastra sudah
mendiktum akan pentingnya pengajaran reproduksi sastra. Hal demikian
tampak pada kelas satu, dua dan tiga, yang tentunya berbeda dengan
kurikulum 1984. Adapun aspek pembelajaran reproduksi sastra seperti yang
diisyaratkan kurikulum 1994 itu dapat dikemukakan sebagai berikut pada
cawu 2 kelas I, siswa dituntut mampu menulis puisi, cerita pendek, atau
drama, dan mempublikasikannya di majalah dinding, majalah sekolah, atau
media massa.
Pada cawu I kelas II, siswa juga dituntut sampai membuat puisi,
cerita pendek atau drama, dan mempublikasikannya. Berikutnya siswa harus
membuat tanggapan terhadap karya sastra. Sedangkan pada cawu 3 kelas
II, aspek reproduksi juga dibelajarkan secara lebih spesifik, yakni (i)
siswa diharapkan mampu menulis karya sastra yang berkaitan dengan
keindahan alam, (ii) mampu menuliskan pengalaman yang paling menarik
dalam bentuk drama, dan (iii) mampu membahas drama yang telah disusun
dan memperbaiki berdasarkan hasil pembahasan.
Pada kelas III cawu 1 siswa juga dibelajarkan untuk mampu menyusun
resensi sebuah novel karya pengarang Indonesia. Untuk program bahasa di
kelas III, siswa dalam hal aspek reproduksi ini juga dituntut untuk (i)
menyusun kritik terhadap karya sastra baik prosa, puisi, drama, dan
film, dan (ii) menyusun esai terhadap karya sastra baik prosa, puisi,
drama dan film.
Isyarat kurikulum BI demikian menuntut pengajar sastra secara
teoritis-logis mampu secara reproduktif menghasilkan karya sastra. Maka,
tak ada jalan lain kecuali membekali diri bagi pengajar sastra dengan
kemampuan reproduksi karya, bukan saja sebagai selama ini terjadi, yang
hanya mengajarkan teori sastra, sejarah sastra, dan sedikit pelatihan
apresiasi.
Problema dan alternatif
Kalau kurikulum 1994 sudah memberikan rambu reproduksi sastra yang
demikian leluasa maka permasalahan yang segera tampak adalah
bagaimanakah pengajar sastra mampu menerjemahkan rambu-rambu itu dalam
aplikasi pengajarannya? Sudahkah pengajar sastra kita mempunyai
kemampuan reproduksi sastra? Tampaknya kita harus membuka diri dan
memasang cermin lebar-lebar untuk mendapatkan bayangan sejujurnya
tentang realitanya.
Pengajar sastra (dalam hal ini guru BI) kalau mau jujur tidaklah
semuanya berkompetensi terhadap sastra. Oleh sebab itu, pengajarannya
tak lebih hanya bercerita tentang teori dan sejarah sastra.
Pengajarannya hanya bercerita tentang sinopsis cerpen, sinopsis novel,
tanpa pengenalan secara langsung terhadap karya sastra secara utuh.
Demikian juga tentang puisi pengajarannya masih sepenggal-penggal, tanpa
melibatkan siswa dalam proses kreatif-rekreatif sehingga tidaklah
memberikan pengalaman batin yang dalam. Sebaliknya, hanya pengulangan
sejarah sastra yang kian hari tambah menjemukan.
Sastra mestinya dapat secara reproduktif aktif dibinakan kepada siswa
didik. Sebagaimana pengajaran seni lukis dan seni tari. Karenanya,
sudah waktunya ada semacam upaya peningkatan mutu kualitas pengajaran
sastra untuk mengembangkan semaksimal mungkin reproduksi sastra sehingga
minimal akan memberikan bekal sastra yang akan sangat berguna dalam
kehidupan siswa didik.
Sebagaimana respon berlakunya kurikulum 1994 maka alternatif pengajaran sastra dapat dikemukakan sebagai berikut: Pertama, pengajar
sastra dipersyaratkan mampu secara aktif terlibat langsung dalam
melahirkan karya sastra (minimal karya fiksi imajinatif). Dengan begitu,
akan dapat mengenali, mengarahkan, dan membimbing siswa didiknya untuk
mereproduksi karya. Bagaimana mungkin kalau pengajar sastra tidak
mempunyai pengalaman langsung, kreatif imajinatif, untuk mengajarkan
kepada anak didiknya, menggelutinya secara langsung. Lembaran-lembaran
budaya dan sastra yang hampir tiap pekan terpublikasikan di berbagai
media massa dapat dimanfaatkan sebagai tempat mengasah dan mempertajam
kemampuan reproduksinya.
Kedua, pengajar sastra hendaknya mampu memanfaatkan
pengakuan “proses kreatif” para penyair kita, yang banyak ditemukan
dalam berbagai wawancara dan dialog di berbagai media massa, atau yang
sudah terkumpulkan dalam tiga buku Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang,
yang dieditori Pamusuk Eneste. Pengalaman proses kreatif para penyair
demikian penting artinya bagi siswa didik untuk menumbuhkan aspek
reproduksi sastranya. Meskipun, pengalaman proses kreatif itu sendiri
sangat khas dan individual sifatnya, namun setidaknya secara umum kita
dapat mengambil mutiara hikmah yang ada pada mereka.
Sebagai contoh: proses kreatif Arswendo Atmowiloto yang pada
awal-awal kepenulisannya diilhami dengan kisah dan keinginan batinnya
untuk mendapatkan seorang gadis idamannya. Kemudian dia gubah sebuah
cerita pendek dan dimuat dalam media massa. Ditunjukkan pada sang gadis,
sayang gadis idamannya tidak percaya kalau itu karya Arswendo. Kemudian
dia menulis lagi, dan menulis lagi. Sayang tulisan berikutnya tidak
dimuat. Sementara, gadis yang diburunya sudah tergaet cowok lain yang
bervespa. Dalam buku Proses Kreatif I, dia menuliskan pengakuan begini: Seandainya saya putus asa ketika itu barangkali saya tidak akan menjadi penulis.
Ketiga, pengajar sastra juga harus mampu menawarkan
buku-buku yang berkaitan langsung dengan kegiatan reproduksi, yakni
buku-buku bimbingan menulis. Buku-buku semisal Mengarang itu Gampang-nya Arswendo Atmowiloto, Menggebrak Dunia Mengarang-nya Eka Budianta (1992), ataupun Yuk, Nulis Cerpen Yuk (1994, cet. ke-2)
dari Muhammad Diponegoro patut kiranya diperkenalkan kepada siswa didik
untuk memberikan bimbingan praktis dalam mengembangkan aspek reproduksi
sastra.
Keempat, pengajar sastra harus mampu memanfaatkan motto para
penyair. Putu Wijaya misalnya menyebutnya mengarang itu berjuang. Budi
Darma menyebutnya dengan mengarang itu berpikir dan berfilsafat, atau
juga Arswendo yang menyebutnya bahwa mengarang itu gampang. Dalam
konteks langkah ini, siswa didik akan diajak mengenal dan menggeluti
proses kreatif mereka dengan teknik “Menggareng dan Mempetruk”. Gareng
biasanya dalam cerita wayang terkenal dengan kemampuan memberikan
motivasi sementara Petruk suka menakut-nakuti. Keadaan demikian,
tentunya akan menawarkan keseimbangan kejiwaan dalam mengembangkan
kemampuan reproduksi sastra pada diri siswa didik.
Kelima, perlunya pelatihan reproduksi siswa sehingga anak
akan memetik langsung hikmah pengembaraan jiwanya untuk memberikan
pengalaman yang baik. Melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan uji coba
kreativitas, dan kegiatan lain yang membimbing kedewasaan reproduksi
untuk mencapai pengembangan potensi kepenulisannya secara maksimal.
Dari alternatif di atas barangkali akan dapat membantu pengajar
sastra dalam menerjemahkan “aspek reproduksi sastra” sebagaimana yang
diisyaratkan dalam kurikulum 1994 di mana hakikatnya siswa didik
dituntut mampu menulis (memproduksi) puisi, cerpen, maupun drama dan
mempublikasikannya.
*) Sutejo atau S. Tedjo Kusumo penulis adalah pengasuh Sanggar Wahana
RKPD Suara Ponorogo dan Staf Pengajar di lingkungan Kopertis Wilayah
VII Surabaya.
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2012/11/reproduksi-sastra-dalam-kurikulum-1994/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar