Senin, 28 Januari 2013

Bukan Cinta Biasa: Sarongge Mengembara ke Negeri Suram

Hang Kafrawi *
Riau Pos, 20 Jan 2013

PERISTIWA dalam karya sastra merupakan peristiwa yang diunggah dari peristiwa yang terjadi di kehidupan manusia (realita). Walaupun demikian, peristiwa dalam karya sastra dirangkai dengan imajinasi pengarang; menambah, mengurang, sehingga karya sastra tersebut memunculkan keterkejutan; keasikan untuk terus menelusuri peristiwa-peristiwa yang dibentangkan di dalam karya sastra tersebut.
Memang pada mula munculnya teori mimesis yang diperakasai Plato, meletakkan karya sastra sebagai tiruan yang tidak bermanfaat. Plato menjelaskan bahwa karya sastra (karya seni) hanya menyajikan suatu ilusi (khayalan) tentang kenyataan dan tetap jauh dari kebenaran. Aristoteles mencoba meluruskan pendapat Plato dan mengatakan bahwa mimesis tidak semata-mata menjiplak kenyataan, melainkan merupakan sebuah proses kreatif menyuguhkan kenyataan lebih memiliki pandangan yang khas, sehingga menikmati karya seni (membaca karya sastra), manusia dapat mengenal dirinya lebih dekat lagi.

Karya sastra (karya seni) seperti cermin yang memperlihatkan wajah kita. Kita dapat mengamati seluruh wajah, sehingga kita benar-benar mengenalinya. Dalam proses mengenali diri inilah, kita mampu mengarifi wajah kita; mana yang harus didandan dan mana tidak perlu didandan. Pantulan dari cermin inilah menggugah rasa sekaligus membangkitkan semangat untuk berjuang mengarungi kehidupan.

Berangkat dari pandangan Aristoteles, saya mencoba melayari perasaan dan pikiran menelusuri novel Sarongge karya Tosca Santoso. Dengan membaca novel ini, ada banyak peristiwa yang saya tidak ketahui menyembul seperti ‘kobaran api’, membakar rasa keprihatinan terhadap bangsa ini, terutama tentang hutan dan perjuangan anak manusia untuk menyelamatkannya.

Hutan menjadi ‘bahan’ utama dalam novel Sarongge ini. Bicara tentang hutan, berbagai masalah menyurak bagaikan semburan air bah yang tertahan cukup lama. Deskriminasi, kesewenang-wenangan, kekerasan, intimidasi, kekuasaan, kasih-sayang, cinta, keharmonisan, kepedulian, perjuangan, menjadi perekat cerita novel Sarongge ini. Novel setebal 357 halaman ini, membawa kita ke pelosok-pelosok hutan yang ada di nusantara ini dengan berbagai permasalahannya, dan kita juga disuguhi dengan ‘melodi cinta’ sepasang anak manusia yang menggetarkan jiwa.

Paristiwa hutan dan permasalahannya, dibentang cukup lengkap. Tosca Santoso memahami betul masalah ini. Ini tidak terlepas dari profesi Tosca sebagai wartawan dan juga pencinta alam. Inilah yang menguntungkan bagi seorang sastrawan sekaligus wartawan, ia memiliki kepekaan terhadap kejadian sekitarnya dengan data yang lengkap, sehingga karya sastra yang diciptakannya pun memuat data-data yang lengkap dan penuh rasa.

Menelusuri (membaca) novel Sarongge dari awal sampai akhir, memang memplotannya biasa-biasa saja. Pembaca tidak dipusingkan dengan plot yang rumit. Plot novel ini mengalir seperti air, dari perjumpaan tokoh perempuan (Karen) dengan tokoh lelaki (Husin) sampai mereka berumah tangga dan dikaruniai dua anak. Sebagai pembaca yang berkehendak agar hubungan dua anak manusia ini normal, dikacaukan oleh pengarang dengan menciptakan jarak diantara keduanya. Karen sebagai aktivis pembela lingkungan hidup, sesuka hati meninggalkan Husin sendirian. Di sinilah kejelian Tosca membangun ketegangan emosi pembaca. ‘Kenormalan’ hubungan sepasang kekasih ‘ditabrak’ sehingga pembaca ingin mengikuti terus kelanjutan ceritanya.

Di tengah keinginan pembaca menyatukan sepasang kekasih inilah, permasalahan-permasalahan hutan yang tidak pernah ada ujungnya dibentangkan, sehingga pembaca pun ‘berkemah’ pada peristiwa perjuangan aktivis pembela alam. Perjuagan dengan keberanian membuka mata pembaca, bahwa hutan-hutan di negeri ini harus diselamatkan dari keserakahan pemilik modal. Di sinilah masalahnya, pemerintah kita tidak berpihak kepada rakyat.

Sarongge adalah suatu kampung yang terletak di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Di sinilah bermula kisah yang ditulis oleh Tosca Santoso. Pertemuan antara tokoh Karen dan Husin, teman sewaktu kuliah di IPB, membuka peristiwa-peristiwa yang menakjubkan. Peristiwa yang membuat pembaca menarik nafas panjang disebabkan pengorbanan dan perjuangan antara dua tokoh sentral ini.

Husin pemuda kampung Sarongge, setamat kuliah mengabdikan diri di kampungnya. Ia bertekat dengan ilmu dimilikinya membantu masyarakat yang hidup dalam kemiskinan, agar lebih baik lagi. Husin pun membuka kebun dan memberi contoh dengan mempraktikkan langsung ilmunya. Sesuatu yang jarang terjadi di zaman sekarang ini. Tokoh Husin memerlihatkan bahwa perjuangan bisa dilakukan dengan menjadi petani di kampung dan mampu membuka peluang-peluang bagi petani lainnya.

Karen, tokoh perempuan aktivis lingkungan hidup, tidak pernah lelah memperjuangkan keberadaan hutan yang semakin dikesampingkan. Menyelamatkan hutan dari keserakahan pemiliki modal merupakan jalan hidup Karen. Karen tidak pernah mengenal kata menyerah, ia terus mengembara dari satu daerah ke daerah lain di negeri ini untuk membela hak rakyat atas hutan mereka.

Pengembaraan Karen inilah membawa ia berjumpa kembali dengan Husin di Sarongge, kampung yang dijadikan program penanaman hutan kembali oleh kelompok Green Radio. Pertemuan ini memunculkan benih cinta dalam diri Husin. Rupanya Karen juga memiliki perasaan yang sama, tetapi sebagai aktivis lingkungan hidup, Karen harus membagi rasa cintanya kepada Husin dengan cinta terhadap hutan. Terjadilah percintaan jarak jauh, karena Karen tidak bisa menetap di suatu tempat. Dimana ada masalah mengenai hutan, disitulah Karen berada.

Percintaan ini manarik. Hal ini disebabkan di antara rasa rindu kedua anak manusia ini, terjalin pemikiran-pemikiran rasa cinta terhadap bumi ini. Karen dengan hutannya menjelaskan kepada Husin melalui pesan facebook atau SMS, mengenai keberadaan hutan di negeri ini yang terabaikan. Kepentingan ekonomi menjadi alasan pemerintah yang ditunggangi pemiliki modal menggarap hutan dengan sesuka hati. Kesewenang-wenangan ini melahirkan konflik antara pemerintah atau pemilik modal dengan rakyat. Peristiwa-peristiwa konflik inilah yang selalu dikabarkan oleh Karen kepada kekasihnya, Husin.

Husin sebagai pemuda kampung yang sudah bertekat menjadi petani di kampungnya, senantiasa mendukung apa yang dilakukan Karen. Walaupun memendam rindu yang paling dalam disebabkan jarak, namun Husin dengan tegar menyemangati Karen. Bagi Husin aktivitas yang dilakukan Karen merupakan perwujudan cinta mereka sebagai anak bangsa yang rela mengorbankan apa, termasuk cinta mereka.

Jalinan cinta antara Husin dan Karen, seperti hutan dan tanah; saling mengisi, saling membutuhkan. Kehendak cinta menjadi kekuatan mengarungi kehidupan ini. Karen dengan tegar melakukan perlawanan untuk menjaga kelestarian hutan, tersebab Husin selalu menyemangatinya. Sementara Husin semakin kokoh berdiri sebagai petani dengan penemuan-penemuan terbarunya untuk memanjakan Karen.

Husin menjadi ‘rumah’ bagi Karen, sementara Karen menjadi cahaya bagi Husin. Untuk itulah, Husin tidak pernah menghalangi apa yang dilakukan oleh Karen dengan aktivitas membela hutan, walau terkadang sepi menyelimutinya. Ditinggal pergi, menunggu kepulangan Karen dari suatu tempat, menjadi sesuatu yang biasa bagi Husin. Husin sadar bahwa di antara cinta mereka, ada cinta untuk negeri ini.

Kesabaran Husin ditinggal pergi dan menunggu Karen terus berlangsung disaat mereka berumah tangga dan dikaruniai 2 orang anak. Husin sudah terbiasa menunggu, sementara Karen tidak bisa tinggal diam melihat hutan di negeri ini terancam punah. Menyelamatkan hutan bagai Karen adalah menyelamatkan kehidupan di muka bumi ini, dan sama juga seperti menyelamatkan keluarganya.

Penantian Husin akhirnya terhempas, ketika mendapat kabar bahwa Karen pergi selama-lamanya. Karen meninggal dunia di hutan Papua setelah timah panas tentara bersarang di tubuhnya. Perih memang, namun Husin masih tetap tegar. Kematian Karen membela keberadaan hutan adalah demi keberlangsungan kehidupan dunia ini.

Pemerintah Tak Berpihak pada Rakyat
Hutan merupakan paru-paru dunia, namun paru-paru dunia ini diabaikan keberadaannya tersebab kerakusan yang merajalela. Novel Sarongge memperlihatkan bahwa bagaimana kerakusan manusia penyebab punahnya hutan di negeri ini. Berdalih menyejahterakan rakyat dengan ekonomi, rakyat yang dikorbankan.

Dari novel ini, pembaca akan memahami bagaimana kepentingan pengusaha yang disokong penguasa, membabat hutan yang ada di negeri ini. Hak rakyat, hukum-hukum adat mengenai hutan, selalu dikangkangi. Penguasa dalam hal ini pemerintah, tidak berpihak kepada rakyat. Pemerintah dengan semena-mena, tanpa ada berpikir panjang, mengeluarkan izin untuk penguasa mengelola hutan. Dengan konsep ekonomi, tentu saja pengusaha hutan tidak mau rugi, namun membabat hutan sesuka hati untuk keuntungan yang tiada peri.

Rupanya di negera kita cintai ini, hutan di masing-masing daerah, menjadi sumber kekayaan yang luar biasa. Untuk memperoleh kekayaan yang melimpah ruah, keberadaan masyarakat terabaikan. Demi ambisi penguasa, hutan selalu menjadi sasaran mewujudkan mimpi penguasa yang ditunggangi pengusaha. Terjadilah konflik-konflik yang mengiris hati di negeri yang kita cintai ini.

Dari tokoh Karen yang tergabung dalam Ksatria Pelangi, di novel Sarongge ini, pembaca dikabarkan permasalahan-permsalahan hutan yang tidak pernah selesai. Perjuangan rakyat yang mendapat halangan pihak keamanan, baik polisi maupun tentara yang mendapat perintah menjaga keamanan kepentingan pengusaha hutan oleh pemerintah, dan pada akhirnya rakyat selalu dikalahkan.

Novel ini menceritakan kepada kita, bahwa perjuangan untuk menjaga hutan di negeri ini selalu mendapat halangan yang berat. ‘’Mungkin orang serakah, karena takut miskin’’ tulis Husin melalu sms ke Karen. Keserakahanlah punca sehingga keberadaan hutan terancam, dan yang menjadikan, rakyat membela keberadaan hutan selalu dikorbankan oleh keserakahan. Novel ini juga menjelaskan bahwa perjuangan rakyat untuk membela hutan mereka, bukan ada kepentingan lain, selain kepentingan hidup mereka.

Karen memperlihatkan bahwa ia berjuang tanpa henti bukan untuk kepentingannya pribadi, tetapi untuk kepentingan orang banyak. Karen rela meninggalkan orang yang ia cintai, demi kehidupan di muka bumi ini. Namun pemerintah menganggap mereka yang membela kehidupan orang banyak ini, sebagai pengkhianat dan harus dimusnahkan. Kematian Karen menyiratkan bahwa untuk membela orang banyak, kematian tidak pernah ditakutkan.

Novel ini juga mengajak kita mengembara ke daerah-daerah konflik disebabkan hutan, antara pembela hutan dengan pemilik keserakahan. Rupanya negeri ini memang negeri suram dengan menelantarkan kepentingan orang banyak demi segelintar orang yang memiliki kantong tebal. Mereka bisa membeli apa saja, termasuk membeli hutan. Adakah Karen-karen lain yang akan muncul? Novel Sarongge ini membangkitkan semangat kita mencintai hutan, walaupun berhadapan dengan kekuasaan.

*) Hang Kafrawi, Ketua Jurusan Sastra Indoensia, Fakultas Ilmu Budaya, Unilak dan juga mengajar di STSR. Selain sastra, Hang Kafrawi juga berkecimpung di dunia teater, sekarang ia menjadi Ketua Teater MATAN.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar