Sabtu, 04 Agustus 2012

Tema Beragam, Penuh Kejutan Metafora


Judul : Dongeng Anjing Api
Penulis : Sindu Putra
Tebal : viii + 121 halaman
Penerbit : Arti Foundation
Peresensi: Wayan Sunarta
Bali Post, 14 Des 2008

Buku Dongeng Anjing Api ini memuat 100 sajak pilihan Sindu Putra yang terbagi menjadi dua bagian -- Periode Bali (1994-2000) dan Periode Lombok (2001-2007). Lima puluh sajak dalam Periode Bali dikerjakan Sindu di Bali saat dia belum menikah. Sedangkan 50 sajak Periode Lombok dikerjakan Sindu ketika dia sudah menikah dan menetap di Lombok. Menurut Sindu, pembagian ini didasari oleh waktu, tempat dan situasi-kondisi.

Membaca sajak-sajak Sindu, orang akan bertemu dengan sejumlah kata yang secara umum dianggap kurang bernilai puisi. Namun penyair kelahiran Sanur, 31 Juli 1968 ini dengan leluasa dan tanpa beban menggunakan kata-kata itu. Tidak mudah memang memasukkan kata-kata berbau modern ke dalam puisi sebab memerlukan pergulatan batin dalam memilih kata dan keterampilan berbahasa tingkat tinggi. Artinya, penyair sudah tidak ada persoalan lagi dengan bahasa dan cara ungkap.

Sajak-sajak penyair yang bernama lengkap Ida Bagus Sindu Putra ini menjelajahi berbagai kemungkinan kata dan metafora. Sindu termasuk penyair yang terus gelisah untuk beternak sajak dalam dirinya, membiakkan anak-anak sajak dengan berbagai rupanya. Selalu saja terdapat kejutan-kejutan metafora yang dibangun dari keliaran imajinasi dan penjelajahannya terhadap kata.

Tema-tema yang digarap Sindu juga sangat luas dan beragam, seperti masalah dan kritik ekologi/lingkungan, kritik sosial, kritik budaya, ketuhanan, kehilangan, percintaan, pencarian jati diri, folklore, mitologi, perubahan akibat modernisasi. Terkadang dalam sebuah sajak Sindu, orang menemukan lebih dari satu pokok persoalan, atau sebuah tema yang membias ke berbagai arah layaknya cahaya yang ditembakkan ke dalam prisma. Misalnya persoalan ekologi campur aduk dengan mitologi dan perubahan akibat modernisasi.

Persoalan lingkungan (ekologi), misalnya, terangkai dalam baris-baris sajak "Tempat Pengalengan Ikan" (hal.53): ke dalam akuarium kayu ini/ perahu alumuniumku berlabuh/ melewati pesta sungkawa/ bunga-bunga jahe yang tumbuh/ dalam rumah kaca/ membelit lubang telinga. Kengerian akan kehancuran alam semakin jelas terlihat pada baris berikutnya: hujan asam tumbuh dalam televisi/ menekuk punggungku/ warna garis api dan lekuk ozon/ di garis edar satelit bumi/ menganga/ mulut kakus menerima setubuh semesta/ kucium bau tubuhmu. bau platina...

Sindu cukup rajin menggarap sajak bertema kritik lingkungan yang seringkali dikaitkan dengan persoalan modernisasi. Kalau ditelisik lebih jauh, persoalan ekologi muncul hampir di sebagian besar sajak Sindu, menjelma metafora dan berkelindan dengan berbagai persoalan lainnya. Kegamangannya menghadapi modernisasi yang merambah Bali, misalnya terlukis pada sajak "Tanah Lot" (hal.56): dengan upacara air mata/ aku migrasi dari pulau diri// dengan perahu beku/ karam dalam diri/ aku berlayar/ melewati monumen keabadian/ kondominium lilin setinggi pohon karet.

Cerita Rakyat
Folklore atau cerita rakyat juga menjadi perhatian Sindu. Sebuah cerita rakyat Bali yang terlupakan, Men Brayut, diangkat oleh Sindu menjadi sajak yang menarik dan sarat renungan sosial. Perhatikanlah petikan baris pembuka sajak "Ibu Kita Men Brayut" (hal.64): ibu kita men Brayut ibu sejati/ dari payudaramu ibu yatim piatu menyusu/ jadilah aku salah satu anakmu... Judul sajak ini diparodikan dari lagu Ibu Kita Kartini.

Sindu cukup piawai mengolah dongeng ke dalam sajaknya. Bahkan tampak kecenderungan sajak-sajak Sindu adalah mendongeng, dengan berbagai imajinasi liar dari negeri antah berantah bercampur aduk dengan serakan kata-kata dan metafora dari dunia modern. Misalnya, dalam sajak "Ritus Tantri" (hal.72), Sindu mengaitkan atau memparodikan dongeng Tantri dengan raja penderita insomnia dan impotensi, bahkan raja yang paranoid.

Dalam sajak "Dongeng Kini Manusia Bali", Sindu malah memelesetkan namanya menjadi artupudnis (kebalikan sinduputra), seakan nama tokoh dari mitologi Yunani kuno. Perhatikan pembuka baris sajak ini: di puncak bukit akropolis/ dengan lumut edelweis/ tatah namaku: artupudnis. Kalau membaca keseluruhan sajak ini, agaknya susah menemukan kaitan antara judul dan isinya.

Sajak-sajak Sindu bukanlah akhir dari zaman liris yang menurut Nirwan Dewanto telah hancur, menjadi puing dan telah berada di ambang senjakala. Justru sajak-sajak Sindu memperkaya lirisme dengan berbagai variannya. Sindu mampu memadukan, mengaduk dan meramu kata-kata dari berbagai bidang ilmu sehingga sajak-sajaknya terkesan unik dan mengagetkan bagi banyak kalangan yang masih tertib dengan lirisme.

Idiom-idiom dokter hewan, dunia peternakan, pertanian, modernisasi, merasuk ke dalam sajak-sajaknya. Orang sering heran, bagaimana bisa Sindu dengan berani mencantumkan kata-kata yang secara umum tidak puitis ke dalam sajaknya. Seperti kata televisi, kondominium, impotensi, dan lain sebagianya. Namun justru di sinilah kehebatan Sindu yang tidak terlalu silau dengan kata-kata, idiom-idiom, metafora-metafora yang secara umum disepakati bernilai sastra dan mampu membangun kerangka kuat sebuah sajak.

Sebagai penyair, Sindu tidak hanya asyik dengan dunia batinnya sendiri. Ia mengamati, merasakan, berempati, bersimpati pada berbagai kejadian, dan dengan cermat menuangkan ke dalam sajak-sajaknya. Hanya saja, terkadang Sindu terlalu hanyut dengan kegelapan dan keruwetan metafora sehingga beberapa sajaknya menjadi keruh. Karena salah satu tantangan penyair adalah justru menggapai kejernihan dalam pergulatannya dengan puisi.

Kata-kata atau metafora-metafora yang dibangun Sindu seringkali berbenturan atau berjumpalitan dalam sajak-sajaknya. Mungkin, bagi Sindu, menulis puisi bukan untuk menjadi penyair ("Menulis Puisi", hal.58). Mungkin, Sindu hanya ingin bermain, seperti ucapnya dalam bait sajak "Aku Bermain" (hal.48): Melenguh menjadi sapi/ melolong sebagai serigala// mengenakan topeng kertas/ menjadi burung orok-orok.

Kelebihan Sindu sebagai penyair adalah kemampuannya untuk berenang dan bermain dalam samudera kata-kata dan imajinasi liar, sehingga melahirkan sajak-sajak yang terkesan unik. Kalau perjuangan penyair adalah menemukan metafora yang segar, maka Sindu sudah melakukannya.
 ***

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar