Ahmad Zaini *
http://sastra-indonesia.com/
Sayup terdengar hembusan angin malam. Gemerisiknya menimbulkan bunyi irama mendesah di tengah keheningan malam. Aku tersadar dari kantuk di malam itu. Mata penat kubuka perlahan menatap sekeliling yang hanya terlihat temaram lampu yang menyala tak sempurna. Tanganku merayap menggapai dinding yang catnya mulai mengelupas. Kasap pasir yang tak berselimut semen membuat telapak tangan sedikit tergores.
Ah, malam. Engkau telah menggelapkan pandangan. Mataku tak mampu menerobos tebal gelapmu yang pekat. Namun mata hatiku masih berusaha menembus kegelapan dengan ketajaman insting. Pendengaranku merajut suara yang timbul tenggelam di tengah gemerisik gesekan dedaun pohon. Hatiku tergugah. Kaki yang semula terbujur, bergerak menyangga tubuh yang lemas. Suara rintihan. Ya, suara rintihan di balik tirai malam.
Hatiku semakin penasaran. Aku mencari tahu suara-suara rintihan yang selalu hadir di tengah malam itu. Jika diperhatikan suara itu, seperti seorang gadis yang merintih kesakitan. Tapi kalau diperhatikan lagi terkadang menyerupai gadis yang sedang mendesah menikmati kehangatan malam. Dengan pandangan mata hati, kucoba menelusuri suara rintihan yang terkadang menyayat juga terkadang menggairahkan.
“Wih, merinding!” ucapku.
“Aku harus berani menyibak rintihan misteri di tengah malam. Aku akan mencari tahu sendiri tentang arah suara itu,” kataku meyakinkan diriku sendiri.
Pada pertengahan malam, saat sinar purnama mengguyur bumi. Aku sengaja tak memejamkan mata. Aku begadang hingga aku berhasil mengetahui suara rintihan itu. Tepat di tengah suasana hening, aku mengarahkan pendengaran ke suara di sekeliling rumahku. Tiba-tiba muncullah suara rintihan dari gedis yang tersembunyi di balik tirai malam. Kupertajam pendengaranku dengan menghentikan napas yang sempat terengah karena tegang. Kuperhatikan ternyata suara rintihan itu tak jauh dari tempat aku berdiri.
Suara itu mendayu-dayu seakan meminta pertolongan. Aku berhasrat ingin menolongnya, tapi wujud dari suara itu tak tampak. Aku belum berhasil menyibak kegelapan yang menyembunyikan suara tersebut. Jemari tanganku kucakarkan pada pekat malam namun tetap saja tak mampu membongkar mesteri yang membuatku penasaran dalam seminggu ini.
”Ayolah…, tampakkan wujudmu! Aku akan menolongmu,” bisikku pelan.
Mata hatiku sejenak kehilangan rintihan tatkala kucing jantan melompati pagar di depanku. Sontak saja bulu kudukku berdiri. Tubuhku merinding disertai rasa gemetar oleh seramnya malam.
”Tolong, aku! Tolong, aku!” rintih suara dari balik gelap malam.
Rintihan itu sekejap hilang lantas muncul suara dua lelaki yang saling mengumpat. Mereka rupanya dua lelaki yang sedang memperebutkan cinta dari gadis yang selalu merintih.
“Tapi di manakah mereka?” tanyaku penasaran.
Kuberjalan menyelinapi rerimbunan bunga taman. Batang-batangya kuterjang hingga bunga indahnya terkoyak oleh sapuan kakiku.
“Masak di dunia ini hanya ada satu wanita saja. Setiap malam mereka berkelahi memperebutkan cinta gadis yang aku sendiri belum tahu wajahnya,” gumamku dalam hati.
Dari suara rintihan yang kudengar, pastilah gadis itu cantik jelita. Aku mendengar dari desah napasnya yang memancarkan aroma kecantikan dan menebar birahi yang luar biasa. Aku sendiri sempat terangsang oleh rintih kesakitan yang mencuat dari balik tirai malam. Akan tetapi, rasa itu segera kuusir dengan rasa iba dan bersegera ingin menolongnya.
“Mas, tolonglah aku!” suara mendayu merembeti gelombang alam.
Aku tersentak mendengar suara itu. Langkah kakiku mendadak berhenti lantas kujulurkan tanganku menembus batas antara diriku dan dirinya. Aku melihat bayang-bayang semu yang menggeliat membutuhkan pertolonganku. Rambut panjangnya teracak-acak oleh cakaran-cakaran jemari dua lelaki yang memperebutkannya. Aku tatap setiap gerik dari mereka. Bayangan gadis itu semakin kabur dan dalam waktu sekejap bayangannya menghilang bersama kabut pagi.
“Aduh, gagal lagi!” kataku kesal.
Matahari pagi muncul kemudian mengusir embun-embun yang merangkul rerumputan semalam suntuk. Embun-embun itu juga merasa ketakutan seperti yang kualami pertama kali. Sinarnya menerpa mataku yang sayu. Pedih rasanya sinar matahari di siang itu. Kedua telapak tanganku mengayomi kedua mataku yang tampak memerah. Perlahan-lahan mataku menyipit lalu aku terbuai dalam tidur siang.
Badanku terasa pegal-pegal semua. Seluruh tubuhku terasa remuk dihantam angin malam. Tanganku kesemutan tak mampu menyangga secangkir teh hangat sisa semalam. Lantas aku biarkan secangkir teh itu duduk sendiri di atas meja marmerku.
Di siang bolong rintihan gadis itu muncul mengundangku. Ia seakan membutuhkan pertolonganku. Di tengah rintihan, terdengar pula suara bak-buk, bak-buk, bak-buk. Rupa-rupanya kedua lelaki itu berhantam berebut cinta yang bersemayam di balik rintihan gadis itu.
”Di mana kau?” teriakku padanya. Namun suara itu menghilang lagi ditelan angin siang.
Gelisah hatiku memikirkannya. Aku ingin menolongnya tapi tak tahu bagaimana caranya? Aku hingga saat ini hanya mendengar suara rintihnya yang terbang bersama angin yang melintasi telingaku. Aku tak tahu rupanya, juga tak tahu namanya. Mana mungkin aku bisa menolongnya?
“Tolong, Mas! Aku haus…!” rintihan itu muncul lagi.
“Iya, di mana kau? Aku akan membawakan secangkir teh yang sudah kupersiapkan sejak semalam. Maukah kau datang lalu memperkenalkan dirimu ke kepadaku? Jika kau mau datang aku akan mengentaskanmu dari penderitaan yang kau alami. Ulurkan tanganmu….!” teriakku sendirian.
”Ini kujulurkan tanganku. Sambut dan dekaplah diriku!” katanya mendesah. Kedua tangan kujulurkan lewat celah-celah rerimbunan semak. Namun itu hanya fatamorgana. Aku tak pernah bisa menyentuh tangannya. Tak pernah aku membelai rambutnya. Tak pernah aku memeluk tubuhnya. Semua yang kulakukan seakan hanya menyentuh, membelai, dan memeluk udara hampa.
Aku terkesima saat melihat kanan-kiriku sepi tak ada orang yang bersimpati. Aku semakin menderita oleh sayatan rintih gadis yang bersembunyi di balik tirai. Mataku memerah karena hampir seminggu aku tak tidur malam. Suara-suara itu yang selalu membangunkan aku dari tidurku.
Pada lembaran koran terdapat sebuah berita. Dalam halaman utama tertulis, ”Suami Cemburu, Cakar Sang Maru”. Aku teringat oleh peristiwa yang selama ini membayangi hidupku. Apakah yang mereka alami seperti kejadian yang tertulis dalam koran ini? Dari setiap bayangan yang kulihat, ada dua lelaki yang sedang berkelahi. Mereka semakin garang jika mendengar rintihan gadis yang menggeliat di sampingnya. Bau anyir darah selalu menusuk hidung bercampur dengan aroma wangi gadis itu. Rasa mual membuncah ingin keluar muntah. Pening kepalaku samakin menjepit seakan mau menghancurkan kepala yang keras ini.
Lambat laun rintihan itu memenuhi otakku. Setiap malam aku teringat rintihan yang mengharu biru kalbu. Ketika siang datang bersama sang raja, dalam lamunanku hanya liukan gadis itu yang bermain di kelopak mataku. Aku semakin heran pada diriku sendiri. Aku belum mengenalnya. Aku belum pernah berjumpa dengannya, namun getaran dalam hatiku terukir oleh bayang-bayang wajahnya.
”Apakah aku sudah gila? Tidak. Tidak! Aku tidak gila,” tanyaku lantas kujawab sendiri.
Rentihan itu muncul yang kesekian kalinya. Aku dibuat sibuk olehnya hingga pekerjaan rutinku terbengkalai oleh bayangannya. Aku ingin mengusir rasa ini dari otakku, namun semakin kupaksa pergi, dia semakin menggila bermain dalam ingatanku.
”Aku menyerah. Aku pasrah. Tak kuasa pikiranku menjangkau sesuatu yang sangat mustahil menurut ukuran akal sehat. Bagaimana mungkin aku jatuh cinta kepadanya? Itu kan hanya bayangan!” kataku pasrah bercampur penasaran.
Sejengkal demi jengkal langkah, aku merambat meninggalkan tempat yang penuh dengan onak. Aku akan pergi mencari realita. Aku ingin yang nyata. Dalam hati yang suci, aku dituntun menelusuri jalan hari dengan harapan semoga Tuhan membuka mata hati yang terbelenggu oleh tirai selama ini. Bayang-bayang gadis yang selama ini mengusik hariku, siapa tahu akan muncul kemudian menyambut diriku dengan uluran tangannya yang lembut dan putih berseri.
Bau anyir darah menyeruak memenuhi udara di tengah perjalananku. Tetes-tetes merah memenuhi jalan setapak yang kulalui. Kedua lelaki itu tersungkur bersimbah darah cemburu. Seorang gadis berderai air mata berlari meninggalkan kedua lelaki yang telah menjemput ajalnya sendiri. Ia berlari menuju ke arahku kini. Ia menjulurkan tangannya lalu kusambut dengan mesra.
__________________________
*Dilahirkan di Lamongan, 7 Mei 1976. Karya-karyanya pernah dimuat di Tabloid Telunjuk, majalah sastra Indupati (Kostela), majalah MPA (Depag Jatim) dan Radar Bojonegoro. Beberapa puisinya terkumpul dalam Antologi Puisi Bersama seperti Bulan Merayap (DKL,2004), Lanskap Telunjuk (DKL, 2004), Khianat Waktu, Antologi Penyair Jawa Timur (DKL, 2006), Absurditas Rindu (Sastra Nesia Lamongan, 2006). Selain menulis, juga sebagai pembina di SMA Raudlatul Muta’allimin Babat. Penulis beralamt di Wanar Pucuk Lamongan. Email: ilazen@yahoo.co.id.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar