Minggu, 01 April 2012

Selamat, Saya Kira Anda Sudah Tiba di Gerbang Puisi!

TS Pinang
Kemudian.com/ http://www.facebook.com/ca.fes1

Saya kira, saya tidak perlu mendefinisikan apa itu puisi. Berbagai definisi tentang puisi banyak ditemukan dalam buku-buku teks sastra, juga dapat ditemukan dalam kamus atau ensiklopedi. Definisi bersifat membatasi dan klasifikatif. Saya kira, berbagai versi tentang apa itu puisi dapat Anda cari sendiri. Bagaimanapun, saya yakin semua peserta bengkel ini minimal memiliki bayangan atau pemahaman tentang puisi, walaupun mungkin kesulitan merumuskannya. Apapun konsep tentang apakah puisi itu, lambat laun akan kita uji dalam proses kepenyairan kita selanjutnya.

Penyair adalah orang yang menulis puisi. Selama Anda menulis puisi, Anda adalah penyair. Sepanjang Anda menganggap yang Anda tulis adalah puisi, maka Anda adalah penyair, minimal menurut versi Anda sendiri. Saya kira pemahaman ini cukup untuk memulai perjalanan kita yang, yakinlah, akan sangat panjang dan melelahkan.

Sebelum memutuskan untuk melakoni jalan panjang ini, sebaiknya kita mulai dengan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri untuk meyakinkan apakah kita memang “terpanggil” ataukah sekadar keinginan temporer karena ikut-ikutan atau hanya ingin terkenal. Saini KM menyebutkan setidaknya empat syarat untuk menjalani laku kepenyairan: motivasi yang benar, kesediaan untuk bekerja keras, kesediaan untuk gagal, dan kesediaan untuk tidak dihargai (Saini KM, Puisi dan Beberapa Masalahnya, Penerbit ITB, 1993). Saya kira, keempat pilar tersebut dapat menjadi pegangan bagi seorang calon penyair untuk membantunya mengurangi keraguan dan kebingungan dalam berpuisi.

Berpuisi saya kira adalah perjalanan jelajah ke rimba pengalaman-pengalaman baru seorang diri. Pengalaman-pengalaman (batin) itu kita rekam dengan bahasa. Bahasa adalah alat atau medium dalam seni puisi ini, sebagaimana kanvas dan cat bagi pelukis. Seringkali, pengalaman-pengalaman itu begitu abstrak dan ‘asing’ sehingga sulit untuk dibahasakan. Di sinilah letak pergulatan seorang penyair: menggali kemungkinan-kemungkinan pengungkapan pengalaman-pengalaman ‘puitik’ itu melalui bahasa, atau meminjam istilah Saini KM “bergulat dan menundukkan bahasa”. Pergulatan ini tidak selalu berhasil, dan bahasa tidak selalu dapat mengungkapkan suatu pengalaman secara utuh.

Saya kira, penyair selalu berada atau dihadapkan pada situasi ambang, perbatasan, transisi, ambigu, antara dunia batin di dalam diri dan realitas di luar dirinya. Penyair bermain di wilayah ambang ini. Puisi lalu menjadi semacam terjemahan penyair dari dunia batin yang gaib itu ke dalam bahasa verbal. Akibatnya, bahasa puisi menjadi terkesan ‘aneh’ dan berbeda dari prosa yang menggunakan bahasa cakap biasa. Kata-kata seringkali tidak mampu mengungkapkan alam batin penyair secara utuh, sehingga diperlukan upaya-upaya untuk membuat kata-kata itu selain menyarankan makna yang lain, ‘baru’, atau yang lebih luas, juga menimbulkan efek lain akibat bunyi, ritme, atau pencitraan yang ‘mendekati’ pengalaman batin itu. Karena itu, selain bentuk fisiknya yang bisa dilihat langsung pada teks kata-katanya, puisi juga membawa “aura” atau efek lain yang lebih subtil, lebih halus dan nonfisik.

Tubuh, Jiwa, dan Ruh

Saya kira sebuah sajak setidaknya memiliki tiga anasir penting, yaitu tubuh, jiwa, dan ruh (atau dua anasir penting jika jiwa dan ruh dianggap sama). Tubuh atau bentuk puisi adalah unsur-unsur fisik yang membentuknya, seperti ritme/ketukan, bunyi, kata-kata (diksi, metafora), baris, bait, tipografi atau apapun yang kita anggap sebagai bagian “luar” sebuah sajak. Jiwa atau isi adalah unsur-unsur yang diwakili oleh tubuh, yang dapat kita rasakan seperti tema/makna, emosi, atau resepsi pembaca setelah berkomunikasi dengan tubuh sajak. Sedangkan ruh lebih berupa hikmah atau wisdom yang ditimbulkan pada pembaca sajak tersebut, bersifat abstrak dan pribadi.

Contoh paling jelas tentang tubuh sajak dapat dilihat pada bentuk-bentuk puisi lama yang memiliki pola-pola yang mengikat unsur-unsur pembentuk tubuh sajak secara ketat, seperti jumlah sukukata dalam setiap baris, jumlah baris setiap bait, atau bunyi akhir setiap baris. Beberapa bentuk puisi lama bahkan menetapkan tema/isi tertentu untuk bentuk tertentu. Dalam puisi modern yang lebih bebas dan longgar, pola-pola ini menjadi kabur dan lentur. Unsur-unsur pembentuk tubuh sajak hadir secara lebih bebas tanpa diikat oleh aturan-aturan persajakan lagi. Meski demikian, kebebasan bentuk pada puisi mutakhir tidak begitu saja menghilangkan jejak-jejak pola puisi lama. Kadang-kadang, disadari atau tidak, seorang penyair masih memunculkan pola-pola yang teratur dalam sajak-sajaknya yang langsung mengingatkan kita pada bentuk-bentuk pantun, syair, atau sajak-sajak tradisional lainnya.

Bahasa, Kosakata, Diksi, Metafora/perlambang, Bunyi

Penyair bergulat dengan bahasa, dengan kata-kata. Sebagai medium berkarya, konsekuensi logisnya adalah menguasai medium tersebut. Ketika menulis puisi berbahasa Indonesia, maka pemahaman yang cukup tentang tatabahasa Indonesia adalah sebuah keharusan. Bagaimana kita bisa memainkan sebuah lagu dengan saksofon kalau kita tidak menguasai alat musik tersebut? Memang ada yang disebut licentia poetica atau poetic license (kebebasan puitik), yaitu “hak” penyair untuk “menyalahi” atau melanggar aturan-aturan tatabahasa. Namun, bagaimana bisa “melanggar” kalau tidak tahu batas-batasnya?

Guna memperluas kemungkinan-kemungkinan kreatif dalam berpuisi, seorang penyair mau tidak mau harus memperkaya dirinya dengan kosakata sebanyak-banyaknya. Ia perlu memperluas minat bacaanya, memperkaya pengalaman bahasanya baik melalui bidang-bidang lain di luar disiplin sastra maupun melalui studi bahasa-bahasa lain di luar bahasa ibu baik itu bahasa daerah maupun asing. Kekayaan kosakata ini akan memudahkan penyair memilih kata yang telak, menciptakan idiom yang segar, memudahkannya dalam menerjemahkan pengalaman batin yang abstrak ke dalam bahasa. Kekayaan kosakata menentukan diksi, kemampuan penyair memilih kata yang pas, baik dari segi makna kata maupun bunyi. Kekayaan kosakata juga membantu penyair menghindari metafora yang cliché.

Tema, Sumber Inspirasi

Puisi bersumber dari realitas kehidupan. Karena itu apapun bisa menjadi tema. Karenanya, bagi penyair (pengalaman menjalani) kehidupan itu sendiri adalah sumber inspirasi yang tak pernah habis. Namun demikian, meski bersumber dari realitas kehidupan, puisi tidak sama dengan catatan jurnal atau reportase/berita yang hanya mencatat/melaporkan peristiwa. Sebuah peristiwa atau pengalaman yang masih segar memerlukan perlakuan-perlakuan tertentu agar dapat dituliskan menjadi puisi, dan tidak jatuh menjadi sekadar catatan harian atau curhat.

Sebuah peristiwa harus diendapkan, disimpan, ‘dilupakan’ terlebih dahulu agar kita dapat menciptakan ‘jarak’ dari peristiwa tersebut. Dengan kata lain, peristiwa itu kita peram terlebih dahulu hingga menjadi “kenangan”. Jarak di sini tidak selalu berarti kurun waktu tertentu pascaperistiwa, tetapi lebih dimaksudkan sebagai jarak subjektif. Penyair yang sudah berpengalaman cukup biasanya mampu menciptakan jarak dari peristiwa tersebut bahkan saat ia masih berada dalam peristiwa itu. Saat seorang penyair menuliskan sebuah sajak dalam waktu singkat atau spontan, ia sebenarnya sedang memanggil kembali kenangan-kenangan dari rak bawah sadarnya. Ketika seorang penyair menulis sajak tentang cinta atau patah hati, dia tidak (hanya) mengacu pada satu peristiwa tunggal, walaupun dalam menulis sajak tersebut ia didorong oleh sebuah peristiwa. Dengan kata lain, ia mengolah sebuah peristiwa dengan (kenangan atas) peristiwa-peristiwa lain yang menghasilkan hikmah atau kesadaran baru. Pembaca pun tidak merasa hanya jadi ember curhat si penyair, tetapi ‘diajak’ bersama-sama berkontemplasi tentang situasi tersebut. Pembaca ikut terlibat dalam sajak tersebut. Pembaca tidak hanya ‘menonton’ si penyair menangis lewat sajak tersebut, tetapi bersama-sama ‘menuliskan’ kenangan.

Tantangan-tantangan

Baiklah. Katakanlah kita sepakat bahwa Anda semua sudah berada di gerbang puisi. Bayangkanlah di balik gerbang itu adalah jalan panjang yang penuh tantangan dan jebakan, sekaligus penuh pesona dan pukau yang memabukkan. Diperlukan keberanian yang cukup, stamina yang cukup, diperlukan semangat yang cukup untuk selalu belajar dari pengalaman sepanjang perjalanan itu. Perkembangan teknologi komunikasi dan multimedia telah dan akan membuka peluang-peluang kreatif yang baru. Kosakata baru banyak hadir dalam bahasa kita sehari-hari dan itu berarti bertambah pula kemungkinan-kemungkinan pengucapan dalam puisi kita. Batasan-batasan tentang estetika puisi juga akan berkembang. Singkatnya, puisi akan tetap hidup dan tumbuh seiring tumbuhnya peradaban manusia, dan sepanjang pertumbuhan itu selalu muncul tantangan-tantangan baru.

Kepenyairan adalah pergulatan terus-menerus untuk menaklukkan tantangan-tantangan itu. Anda mungkin (tidak) akan sampai ke puncak puisi, tapi paling tidak Anda telah berani mencoba, berani mengambil tantangan itu, dan itu tidak akan pernah sia-sia.

Disampaikan pada bengkel kerja “Semua Bisa Menulis” Perkosakata 2008 komunitas Kemudian.com, Ahad Wage, 6 April 2008 di Perpumda Jakarta.

Dijumput dari: http://www.facebook.com/notes/catatan-fesbuk/ts-pinang-selamat-saya-kira-anda-sudah-tiba-di-gerbang-puisi/396169663745238

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar