Suryanto Sastroatmodjo
http://sastra-indonesia.com/
1.
Seorang sahabat, baru-baru ini mengenalkan suatu istilah baru :Workaholisme. Apa pulakah itu? Teman kita menjelaskan yang dimaksudkan adalah “keranjingan kerja”, atau tegasnya kita dikendalikan oleh dorongan nafsu kerja, di mana keseimbangan sikap-kerja itu membuat orang jadi tanpa-daya. Dikatakan, kerja adalah merupakan kebutuhan pokok bagi manusia.
Dengan bekerja, kita memang dapat memperoleh berbagai manfaat, seperti : imbalan materi, rasa berguna dan kesempatan pergaulan yang relatif luas. Gejala normal demikian tak usah dimasalahkan, tentunya. Yang jadi soal, jika penderitaan keranjingan kerja ini, melepas kesibukan saja merupakan siksaan, dan dia tak bisa menghentikan kegiatan kerjanya. Kalau dipaksa mengaso, warkohalisme akan merasakan stress, depresi, dan sampai tidak bisa tidur (insomnia), karena, kerja baginya adalah obsesi yang berada di luar kontrol diri, seraya menyebut gejala ini, saya malahan teringat akan kaum perempuan, kaum “para empu” (mereka yang mumpuni, allround), yang sedari subuh hingga jauh malam masih terbelenggu oleh sibuknya kerja. Kadang, bukan soal tanggungjawab dalam bekerja itu yang dipersoalkan, melainkan jelmaan dari kerja yang mengejar serta memaksakan kehendaknya, sehingga si perempuan hanya bakal merasa berguna, jika dia melakukan kerja rutin dan ajeg, sebagai sarana untuk bisa dihargai dan dianggap manusia layak bagi sesamanya. Dengan kata lain : melaga empu, buat memperagakan Si Aku!
2.
Juga, ketika dunia tengah berfikir tentang usaha mencampakkan pikiran yang membebani ketenangan rumahtangga, diperoleh kesan, bahwa kaum wanita misalnya, telah lebih memilih adanya persoalan-persoalan berat ketimbang tanpa persoalan sama sekali. Hal begini justru nampak, waktu kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan sekitar penghidupan yang diemban dan dihayati kaum ibu—yang banyak kali membuatnya pusing menyangganya. Misalnya, karena anggaran rumahtangga yang terbatas, dan bagaimana dia berusaha untuk mengatasi hubungan antara dirinya dengan keluarga teman-teman suaminya, dan bagaimana dia harus bersikap sebagai ibu bagi karyawan, misalnya. Lantas, dalam mengatasi hambatan-hambatan ini, wanita kemudian mencoba mengalihkan perhatiannya dengan sesuatu yang kadang di luar lingkaran : yang pokok”, umpamanya : mengangkat anak miskin, giat rekreasi, bahkan giat berbelanja, giat dolan-dolan ke rumah tetangga, danlainlain. Kalau dia merasa buntu dan sumpeg di rumah, dapatkah kegiatan di luar rumahtangga itu membuat pikirannya bening kembali? Dalam hal ini, wanita kadang belum sanggup menanggulangi kemelut-kemelut seperti ini secara serentak, apalagi berurutan. Maka dicoba mencari jalan pintas. Kalau tak mampu bersikap terhadapkekasih suaminya, atau tak mampu menyiasati situasi instansional, maka sering dicari terowongan yang sempit, yang membuat tubuhnya tersenggol dan terjepit. Kewanitaannya ikutbicara, tapi dengan nada dasar yang “tidak pas” (terlalu tinggi, terlalu rendah)…
3.
Bagian yang lepas dari kehidupan anak manusia, justru adalah padarealita begini : kita datang bersama, baik lelaki maupun perempuan—dan karena itu, kitapun punya tugas untuk merembug serta menyelesaikan segalanya bersama-sama, hingga rampung. Mungkinkah kita belum menemukan cara terbaik untuk berdialog antara kaum pria dengan kaum wanita? Maksudku, dalam forum yang masing-masing pihak bisa saling menjaga jarak (lantaran panggilan kodratinya yang memang berbeda satu sama lain). Namun juga terikat kebersamaan—bahwa satu sama laim memikul tanggungjawab penyelamatan generasi, pelesetarian cita-cita juang yang suci. Dalam pentas kerjasama dwitunggal seperti ini, belantara hayati harus dipandang belantara penebaran cinta kasih nan universal—lantaran tiada bagian yang tersisa dan tercicir dari program-program “persetubuhan” hati nurani dan nalar-juang yang luhur. Setiap janji atau sakramen perkawinan, maupun pertemuan dua arus yang menuju kepada keabadian harapan yang diimpikan, agaknya harus dipandang sebagai sumbangan bagi makin kokohnya akar-budaya kita semua. Soalnya, pandangan yang nyata dari tiap kelompok yang menyadari rasa kesatuannya itu, tak bisa dipandang kecil. Senantiasa akan bisa kita kaji rentetan peristiwanya yang mengangkat kaum Ibu sebagai pahlawati yang berjangkauan jauh, lagipula bukan hanya secara alamiah dihadapkan kepada prosesi sambung-nyawa di tubuh bangsa, melainkan juga sebagau pekerja kehidupan lumtah, yang melakukan persetujuan dengan hari depan, lewat sikap intelektualnya.
4.
Menggunakan sebuah prinsip, wahai pembaca, sungguh merupakan lampah yang memerlukan keberanian. Karena di dalamnya bukan saja nampak, bagaimana kita membersihkan ruang dan peluang yang terdapat selingkungan hidup, sedemikian rupa, sehingga masyarakat yang kita rebut, adalah benar-benar masyarakat yang “macak”, kendatipun dia bersifat majemuk. Dalamprakteknya, manusia menghadapi batasan dan keterbatasan yang sangat melukai batinnya—dan dengan menyebut tantangan begini, kita bisa menyimpulkan tolak-tarik yang kuat antara diri sendiri yang tetap berkeprihatinan dan serangkum-himpun pribai-pribadi yang optimis menampung gelegar guntur. Hanya dengan keseimbangan seperti ini, dapat diharapkan terciptanya seorang pencahari guyub yang konsekuen.
5.
Fitrah yang nampak sekali disadari oleh kawula muda, sejauh ini sebenarnya adalah dalam kaitan pihak yang menggenapkan perencanaan yang berasal dari muasal kebajikan. Karena kita seringkali menimbang-nimbang kemungkinan denntang tembang-tembang manis, dan seraya memperhatikan rengkuhan dari orang-orang terdekat, dapatlah senantiasa terdekap “karuh, lenguh, keluh dan rikuh”, yang dalam kesehari-harian ternyata sarat di pundak kita, menekan serta menghimpit dan melemaskan tenaga kita. Pantas kita renungkan, bagaimna seorang manusia dewasa harus bisa mempertanggungjawabkan kepada sejumlah reyal tergenggam di tangan (dengan cucur peluh yang bagaimana)—dan bukan lantaran ongkang-ogkang yang mengandalkan rezeki nan kesasar. Zaman kini justru lebih mengutamakan imbalan dan fungsi kerja, dalam arti semurni-murninya, sehingga tiada yang bersifat penghamburan umur dan tenaga. Malahan terdapat proteksi terhadap kerja insani sebegitu rupa, hingga setiap individu berhak mengajukan rekayasa-rekayasa yang menentukan. Rekayasa yang mendorong tatanilai berlabuh.
6.
Garis besarnya, kehidupan pada gelommbang ketiga peradaban niscaya akan lebih menimbang secara cermat luapan emosi sejauh yang dapat ditopang oleh daya-gertak nurani. Dengan demikian, maka pemikiran yang utuh akan lebih dimuliakan orang. Hidup menjadi suatu pertaruhan yang benar-benar seru dan amat menentukan, manakala rekadaya yang muncul dari usia-usia muda diberi kesempatan bertumbuh-kembang menunjang kemekaran gagasan kaum yang berangkat tua, terutama kaum yang mapan, yang ada di harungan pembudayaan sekarang. Orang-orang itu adalah kreator-kreator yang tak kan bisa dicongkel begitu saja, karena peran sertanya adalah dominan dalam perkembangan lokal dan regional kemarin dan hari ini. Pergeseran tentu saja ada dan dibiarkan, namun demikian haruslah masih dalam batasan sehat dan normal, pencipta, pendulang dan penggali adalah mutiara barisan depan. Tapi para peronce dan penata butir-butir mutu-manikan itu, yang meneruskan mars tanpa henti ini, dan pada gilirannya mengurai senandung!
7.
Kembali pada obsesi kaum wanita kita, yang acapkali dewasa membuktikan bahwa dirinya berguna bagi keluarganya, bagi orangtuanya, bagi lingkungan sosialnya, hanya bila mampu bekerja. Saya cemas, kalau-kalau pikiran yang menyebabkan Workaholisme di kalangan kaum yang terpilih (ingat: perempuan para-empu-an), bukan selamanya timbul dari dasar kejujuran pribadi. Pula bukan lantaran dorongan emansipasi yang menggebu, yang menyebabkan Si Ana, Si Ani, dan Si Latifah itu begitu larut mendenyutkan ilmu. Ya, kita banyak mendengar tentang politikus wanita, polisi wanita, profesor wanita, hingga pangkat setinggi-tingginya. Jikalau kesempatan buat merauh profesi tertinggi dikompromikan dengan kebanggaan berkarya-berkreasi, barulah sebuah nama berhak dikibarkan. Tapi selama di balik pintu jiwa terdapat sebentik kecemburuan seksual, bahkan terdorong untuk mengungguli kaum lelaki, maka siapa tahu, tiba-tiba Pangeran Antah Berantah kembali memasukkannya sebagau “perhiasan sekar madu” sebagaimana lagu hiburan pernah melantunkannya?
* Tanggungjawab posting atas PuJa [PUstaka puJAngga]
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar