Jumat, 10 Februari 2012

Puisi-Puisi Amien Kamil

http://oase.kompas.com/
Percakapan Dengan Elliot

“Ia telah menjadi mummi!”

Entah apa yang ada dipikiran Isa hingga menjadikan dirinya layak dikenang bagai Fir'aun. Kabarnya sebelum singgah hadir ke dunia dan diberi nama “Elliot”, ia migrasi lewat kiriman paket patung bouroq seorang teman dari pulau dewata. Wujudnya berupa beberapa butir telur cecak yang tersembunyi pada sambungan bagian sayap, lantas menetas saat bulu-bulu angsa luruh beterbangan dari angkasa saat musim dingin menyelimuti kota Berlin.

Entah ada proses evolusi yang terjadi atau tekanan udara dalam lambung burung besi yang memboyongnya sebabkan embrio itu matang lantas menetas hingga akhirnya menghirup udara jauh dari tanah airnya, hidup langsung yatim-piatu.

Embrio lainnya juga menetas namun kawanan bayi cecak itu langsung mati. Bagi Isa, Kehadirannya menjadi kabut misteri dan rejeki yang harus disyukuri. Paling tidak, ia punya hewan piaraan sekaligus teman yang menemani kala kesepian.

Pikiran Isa menerawang ke negerinya yang jauh di seberang. Ia ingat teman-temannya; ada yang piara Iguana bernama Zilo, piara Anggora bernama Betsy atau mengadopsi Rottweiler bernama Aria juga bagai sahabat penanya yang punya Chihuahua bernama Mei Hwa.

Malam itu, wajah Isa bercahaya bagai saksikan keajaiban semesta. Disentuhnya reptil itu, dibaringkan pada kardus sepatu beralas beludru. Penuh perhatian dan kasih sayang, disuapinya cecak mungil itu dengan cairan susu dan remah roti yang telah dihaluskan.

Isa tinggal sendiri di lantai 5, flat sederhana milik seorang Rusia di kawasan Kreuzberg, dimana bermukim para imigran Turki dan Polandia. Ia selalu berusaha kerja apa saja, menyisihkan koin yang didapat untuk bayar kontrakan kontan tiap bulan. Walau kadang ia masih dapat kiriman uang dari ayahnya di kampung halaman.

Sebelumnya hampir tiap minggu ia menenteng kopor loncat kemana saja, kadang bermukim di bekas gudang atau berbagi ruang dengan tunawisma atau serdadu punk di reruntuhan gedung yang ditinggal penghuni saat kota masih terbelah. Ia punya beberapa teman namun enggan tuk menumpang. Ia tahu mereka masih berjuang dan kebanyakan selalu buang badan.

Temannya bilang, “Hidup itu adalah sekedar permainan, kalkulasi antara kecerdikan juga kelicikan”. Tapi Isa bilang, “Sobat, jadikan pengalaman sebagai pelajaran yang melahirkan kesadaran. Kita kan menyadari hidup itu penuh keindahan; desir angin, rintik hujan, pelangi juga wajah bayi. Nikmati hidupmu, jaga nurani dan berjuanglah mengejar mimpi-mimpi.”

Sejak itu, Isa melesat bagai kilat. Mengisi hari dari malam hingga pagi dengan bernyanyi dan bekerja tanpa surat resmi, bermain kucing-kucingan dengan petugas sebagai pekerja gelap, kadang jadi doorman di sebuah restoran cepat saji, asisten koki di restoran Italy atau cleaning service di sebuah galeri.

Absurd! Ada banyak persoalan yang kita tak tahu. Perkara rejeki, hidup, mati, perpisahan dan pertemuan kami pun terjadi kebetulan. Sejak itu kami berteman, kadang temu janji di Café Zapata, ngobrol ngalor ngidul soal Indonesia sambil menghirup Mai-thai dan menghisap Ganja. O, ternyata ia juga meredam rindu pada tanah kelahirannya; Surabaya.

Suatu ketika, sebelumnya kupikir ia bercanda hingga akhirnya aku terpesona. Saat ia bilang berteman dengan cecak. Mulutku menganga menyimak cerita tentang kesulitannya mencari nyamuk atau laron dan bagai Profesor Calculus eksperimen di laboratorium, ia beri reptil piaraannya Yougurt atau Vitamin E, lantas dengan kaca pembesar diteliti reaksi yang terjadi. Peristiwa itu telah terjadi saat cecak itu masih bayi hingga kalender memasuki musim semi.

“Guten Morgen, Elliot”

Setiap pagi sehabis berkubang di bathtub, mematut diri di cermin, menjerang air, mengaduk kopi, mengunyah omelette serta roti lapis mentega. Setelah merapikan seprai di ranjang, Isa senantiasa menengok reptil sahabatnya serta melakukan ritus rutin demi kelangsungan hidup Elliot.

Isa tak tahu silsilah keluarga Elliot. Sungguh beda dengan Den Sastro Djoko Damono, carik desa di kampungnya yang memelihara “Kyai Cindil” perkutut katuranggan berharga jutaan dan sangat percaya burung kesayangannya itu keturunan perkutut Songgo Ratu ; reinkarnasi putra Raja Bali jaman Majapahit yang dikejar musuh dan mati di Banyuwangi.

Harum seberbak wangi bunga 7 warna. Purnama menyembul dari balik kaca jendela. Kilaunya menerobos flat lantai 5, menerangi paras Isa yang lelap berbalut selimut batik ibunya. Entah dari mana sumbernya terdengar suara tapi tiada rupa. “Cinta kasih itu bagai bunga yang bersemai di hatimu. Pabila kau sirami, kelopaknya kan mekar dan aroma kan menyebar pada ragamu.” Suara itu bergema, gaungnya masih tersisa pada udara. “Cinta kasih itu kan menerangi hati dan ketulusannya menyelubungi jiwa dengan aura surga.”

Isa merasa seluruh cakra dalam dirinya terbuka seakan dapat cahaya. Isa terpesona, “Astaga!.” Isa terkejut sampai digaruk kepala dan tak percaya apa yang dilihatnya saat tahu bahwa Elliot, cecaknya yang bicara. Lantas perbincangan mereka mengalir lancar hingga menjelang fajar. Namun Isa pun tak tahu, kejadian itu kenyataan atau hanya impian atau rekaan pikiran yang muncul secara kebetulan dan terjadi diluar kesadaran.

Sejak kejadian itu Elliot menghilang. Hari-hari Isa terasa hampa. Seakan lagu pilu senantiasa berkumandang dalam jiwanya.

Saat ketemu di malam Sabtu, Isa kisahkan semua itu padaku. Aku menghela nafas panjang, mereka kata mencari cara menenangkan dirinya. “Tak usah galau. Biar semua terjadi dan tak usah disesali.” Kami beradu pandang, kulihat mendung di bola matanya. “Bukan tak mungkin, Ia mokhsa!” Ujarku sambil tertawa.

Bukan alarm, tapi teriakan parau Tom Waits yang jadi nada panggil telpon genggam bangunkanku dari mimpi di Minggu pagi. Dengan tersedu, Isa kabarkan berita dukacita ; Elliot telah mati dalam usia 8 bulan 11 hari. Sebab musababnya tak kutanya. Mungkin saja tergencet buku atau terperangkap dalam teko. Mungkin saja ……

Esok harinya, aku berkunjung kerumahnya. Kusaksikan Elliot telah menjadi mummy dalam bingkai kaca tertempel di dinding kamar dan di hadapannya terjuntai dari langit-langit, Bouroq terbang di udara. Saat itu, dengan menunggang kuda terbang Elliot mungkin telah ada di langit ketiga atau kelima dan bisa jadi telah ada di surga.

“Kematian adalah tidur panjang dan bukanlah akhir kehidupan melainkan kelanjutannya. Melewatinya kita menyadari indahnya kehidupan, manisnya persahabatan.”

Copenhagen, Mei 2011



Chatastrope Elegi untuk Pramudya Ananta Toer

/1/ Hari itu, udara bagai tungku. Sementara berhala kekuasaan telah lama menggantikan tuhan. Mesin jagal bak taring srigala, siap mengerkah siapapun yang beda warna siap menggilas lagi yang lain ideologi.

"Ssstttt.......... intrik berdengung, bersiul nyaring di bawah meja desas-desus berhembus Dewan Jendral kudeta. Ssssttt..........."

Hukum rimba merasuki urat nadi menjadi duri melanda negri, adu domba antar kasta jadi petaka meletus prahara! Tanda silang di pintu korban sungai berdarah hanyutkan dendam. Tiada puisi apalagi asuransi kecuali kata sandi, penentu hidup mati. Lewat corong penindasan terdengar warta: "Mereka semua sudah dikuburkan, tunggu kabar kematian berikutnya"

Laskar serdadu penindasan menunggangi kuda kematian berderak menyapu kota serta desa-desa. Perkebunan tebu jadi ladang pembantaian lumbung kematian dan beribu korban tertanam tanpa ritus penguburan apalagi nisan.

(Mayat menggunung, sepanjang Oktober 65 awan hitam membumbung di angkasa, Pancaroba sejarah, menelan ribuan korban mati sia-sia.) Hari itu, hati kita membatu terbagi dalam kubu-kubu serta keyakinan semu.

Langit mendung mengurung Nusantara pembantaian massal dimana-mana, pribumi lugu tanpa dosa diburu, dibuang ke Pulau Buru

/2/ :"Tapol" cap itu dilekatkan pada kami, menghitung hari terkurung sangkar besi dikelilingi kawat berduri. Dari kesunyian yang panjang terentang, dikucilkan tanpa pengadilan suara dibungkam kesaksian diperam dalam pikiran.

"Nyai, aku sekarang terkurung disini. Semoga di fajar mendatang, nurani mereka tak terkebiri lagi. Prahara sejarah tak kan terulang dan cukuplah sekali. Cukup sekali."

Jakarta, 8 Februari 2010

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar