Senin, 27 Februari 2012

KIDUNG IMANENSI RUMI DI BALIK JUBAH MUSA

Imamuddin SA *
http://sastra-indonesia.com/

Untuk tiap-tiap umat itu ada rasulnya (QS. Yunus, ayat 47). Berdasarkan ayat tersebut, dalam tiap umat manusia pasti memiliki seorang rasul di setiap zamanya. Rasul tersebut diutus tuhan hanya untuk menyampaikan ajaran kebenaran tentang esensi Tuhan yang telah diselewengkan dan bahkan diingkari oleh suatu umat. Ia mengajak sekaligus mengarahkan mereka yang berada dalam kesesatan agar kembali pada jalan yang benar serta memperoleh keselamatan di dunia dan akhirat. Hal tersebut ia lakukan dengan meneladankan sifat dan sikap yang terpancar melalui perkataan maupun perbuatan.

Ajaran-ajaran yang dibawakan oleh seorang rasul bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran-ajaran tersebut diterimanya sebagai wahyu dari Tuhan. Adapun proses penurunan wahyu itu dilakukan dalam situasi, tempat, maupun bentuk yang berfariasi. Hal ini menunjukan bahwa eksistensi wahyu berdasakan pada eksistensi Tuhan, sehingga seseorang tidak dapat mengetahui, apalagi menentukan, kapan wahyu akan diberikan.

Dalam sebuah kisah diceritakan, bahwa saat Musa AS bersama keluarganya hendak kembali ke mesir, ia melihat sinar api yang menyala-nyala di atas bukit Thursina. Melihat hal semacam itu, Musa AS kemudian mengharap kepada keluarganya untuk tenang dan berdiam diri di tempat tersebut. Ia kemudian berlari menghampiri sumber api tersebut. Tatkala ia telah sampai di sumber api itu, terdengarlah seruan kepadanya yang bersumber dari kobaran api yang menyala-nyala. Kisah ini terdapat dalam surat Thaha ayat 9-13.

Kisah tersebut di atas dilukiskan Rumi secara indah dan mempunyai kandungan makna yang lebih menyentuh sekaligus mendalam. Rumi seolah-olah mengingatkan dan memberikan gambaran secara khusus kepada orang-orang akan esensi tuhan yang sejati.

……Ingatlah kisah musa dalam semak yang terbakar, semak berkata: “Aku adalah air telaga Kautsar, lepaslah terompahmu, mari!”
“Janganlah takut pada api karena aku adalah air dan madu dalam api:”…… (Jalaluddin Rumi, Diwan Syam-i Tabriz)

Kisah ini mengandung esensi yang sama dengan surat Thaha ayat 11-14. Peristiwa itu termasuk peristiwa penurunan wahyu yang pertama kepada Musa AS. Di tempat itu, ia memperoleh wahyu ketauhidan, yaitu tentang keimanan kepada Tuhan yang berorientasi pada keesaan-Nya.

Saat itu, Tuhan memanggil-manggil Musa AS dan menyatakan diri dengan ungkapan: Aku ini tuhanmu. Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (QS. Thaha, ayat:12 dan 14). Hal ini digambarkan Rumi, bahwa suara tersebut bersumber dari semak yang terbakar. Dalam ungkapan Rumi, pernyatana diri tuhan lebih disublimkan lagi. Ia mengungkapkanya dengan gaya bahasa metafora dengan pernyataan: Aku adalah air telaga Kautsar.

Kisah ini bukanlah sebuah pernyataan yang menyatakan wujud Tuhan yang sebenarnya. Tuhan bukan berbentuk semak, api, maupun yang lainya, sebab wujud Tuhan adalah sempurna yang tidak menyerupai suatu apapun. Sebagaimana Ibnu Sina menegaskan bahwa Tuhan itu tidak bersekutu dengan benda-benda apapun, karena benda yang lain termasuk sesuatu yang boleh ada dan boleh tidak, dan merupakan hasil ciptaan dari Tuhan. Dzat Tuhan berbeda dengan dzat-dzat yang lainya, Dzat Tuhan tidak ada batasnya sehingga Ia tidak ada yang menyamai-Nya. Begitu juga Ibnu Arabi menambahkan, bahwa tidak ada yang menyamai Dia dalam penciptaan-Nya. Esensi-Nya tidak dapat ditangkap oleh kita, sehingga kita tidak dapat membandingkan Dia dengan objek-objek terlihat, dan tidak pula tindakan-tindakan-Nya itu menyerupai kita. Pesona ini hanyalah sarana penurunan wahyu. Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, bahwa wahyu diturunkan dalam situasi, tempat, maupun bentuk yang berfariasi, dan suasana yang semacam ini merupakan kejadian penurunan wahyu kepada Musa AS.

Kata Aku dalam ungkapan: Aku adalah air telaga Kautsar, merupakan bentuk ungkapan tuhan yang menggunakan perantara atau medium semak yang terbakar. Air adalah sumber kehidupan yang menghidupi segala-galanya. Air bagi Thales adalah pangkal, pokok dan dasar segala-galanya. Telaga Kautsar adalah telaga yang berada di surga yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang mensyukuri nikmat Allah dengan cara beribadah dan berkorban kepad-Nya, sedangkan surga adalah tempat yang indah yang dipenuhi dengan kenikmatan-kenikmatan.

Dari gambaran tersebut, maka ketauhidan yang tecermin adalah: Tuhan (Allah) adalah sumber, pangkal, serta pokok kehidupan yang mutlak Dialah yang memberi kehidupan, keindahan, serta kenikmatan-kenikmatan. Dialah tujuan hidup dan kehidupan bagi manusia, yang tidak harus didekati dengan perasaan taku terhadap sesuatu apapun sebab Dia adalah pemegang segalanya yang penuh dengan keindahan dan kenikmatan.

“……………….., lepaslah terompahmu, mari!”
“Janganlah takut pada api karena aku adalah air dan madu dalam api: ……” (Jalaluddin Rumi, Diwan Syam-i Tabriz).

Sejak awal, penggambaran kembali kisah Musa AS dalam puisi tersebut dengan maksud memberikan doktrin ketauhidan kepada tiap-tiap orang. Setiap orang yang telah yakin akan esensi dan eksistensi Tuhan, seyogyanya menanggalkan perasaan takut terhadap segala sesuatu yang berada di luar keberadaan Tuhan yang sanggup menghalang-halangi proses menuju kepada-Nya. Hal tersebut disebabkan oleh hakekat Tuhan yang kuasa atas segala sesuatu termasuk kehidupan, panas, dan pembicaraan pada api yang terpancar dari kisah Musa AS.

Ketika seseorang telah yakin akan ke-kuasa-an Tuhan, mengapa dia harus takut terhadap sesuatu yang lain yang mesih berada dalam ruanglingkup kuasa-Nya? Tuhan bahkan sanggup menjadikan panas api menjadi dingin sebagaimana kisah Ibrahim AS saat dilemparkan Namrud dan pengikut-pengikutnya ke dalam tungku api yang besar. Ibrahim AS justru memperoleh tahta dan kedudukan yang mulia di sisi Tuhan dan di antara sesamanya. Ia memperoleh keselamatan sekaligus kesejahteraan dari-Nya.

……”Kesejahteran pasti saatnya datang padamu, tahta ini bagimu, selamatlah!” ……(Jalaluddin Rumi, Diwan Syam-i Tabriz).

Ungkapan di atas tidak mengarah pada kisah Ibrahim AS, melainkan lanjutan dari kisah Musa AS. Ungkapan tesebut memiliki kronologis yang sama dengan kisah Ibrahim AS, yaitu apabila seorang manusia sanggup melepas segala kebendaan serta yakin bahwa segalanya berada dalam kekuasaan Tuhan, maka ia akan memperoleh keselamatan, kesejahteraan dan martabat tinggi disisi Tuhan dan di antara sesamanya.

Rujukan serta lanjutan kisah tersebut dinyatakan bahwa setelah Musa AS sanggup menanggalkan rasa takutnya terhadap kobaran semak yang sanggup berbicara, ia memperoleh kesejahteraan, martabat tertinggi dan keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Kesejahteraan hidupnya tercermin melalui penurunan wahyu dan penganugrahan mu’kizat yang diberikan kepadanya yang berupa tongkat yang bisa berubah menjadi ular dan tangan yang bisa memancarkan sinar putih yang cemerlang saat dikepitkan ke ketiaknya. Martabat tertinggi tercermin dari proses pengangkatannya sebagai nabi dan rasul. Adapun keselamtanya berupa keselamatan di dunia dan akhirat. Keselamatan di dunia berupa kemenangan dari bala tentara Fir’aun yang menyerangnya.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa doktrin keimanan yang tercermin dalam sub pembahasan ini adalah: Tuhan (Allah) adalah sumber, pangkal, serta pokok kehidupan yang mutlak Dialah yang memberi kehidupan, keindahan, serta kenikmatan-kenikmatan. Dialah tujuan hidup dan kehidupan bagi manusia, yang tidak harus didekati dengan perasaan takut terhadap sesuatu apapun sebab Dia adalah pemegang dan kuasa atas segalanya yang penuh dengan keindahan dan kenikmatan. Jika hal tersebut telah melekat erat dalam hati seseoarang, ia akan memperoleh keselamatan, kesejahteraan dan martabat tinggi di sisi tuhan dan di antara sesamanya.

==========
*) Imamuddin SA, lahir di desa Kendal-Kemlagi, Karanggeneng, Lamongan, JaTim. 13 Maret 1986, nama aslinya Imam Syaiful Aziz. Aktif mengikuti diskusi di Forum Sastra Lamongan [FSL], Candrakirana Kostela, Sanggar Seni Simurg. Sempat sebagai sekretaris redaksi pada Jurnal Sastra Timur Jauh, serta Jurnal Kebudayaan The Sandour. Karya-karyanya terpublikasi di Majalah Gelanggang, Gerbang Masa, Tabloid Telunjuk, Jurnal Kebudayaan The Sandour, dll. Karyanya terantologi di Lanskap Telunjuk, Absurditas Rindu, Khianat Waktu, dan Memori Biru. Antologi tunggalnya: Esensi Bayang-Bayang (PUstaka puJAngga), Sembah Rindu Sang Kekasih (PUstaka puJAngga).

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar