Sabtu, 21 Januari 2012

Mencari Jejak Sastra di Tanah Papua

Zulfikar Akbar
http://www.kompasiana.com/soefi

“Papua adalah masyarakat pejuang. Dan pejuang takkan biarkan diri tertinggal dan kelebihan mereka hilang.”

Pembalut kelamin pria yang disebut koteka tergenggam di tangan seorang kenalan yang baru kembali dari tanah Papua. Menyusul cerita-cerita tentang masyarakat di daerah dimaksud, yang lebih menyiratkan kesan bahwa Papua benar-benar masih sangat tertinggal. Kening saya mengernyit, benarkah tepat menyebut mereka masih tertinggal jauh dari masyarakat lain di nusantara ini?

Awalnya, saya mencoba mencari-cari angka–yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan, dlsb, karena termakan pandangan jika tanpa angka, jaman sekarang sulit untuk jelaskan sesuatu. Tapi kemudian, angka yang saya lihat tidak demikian saja membuat saya tertarik untuk menyimpulkan serupa dengan kenalan yang baru bercerita tentang Papua. Kendati, dari beberapa data yang saya temukan, khusus berhubungan dengan pendidikan atau setidaknya kemampuan baca tulis, masih ironis karena lebih dari 80% dari 12.000 jiwa—yang terbagi dalam 66 klan—masyarakat Amungme buta huruf.

Berlogika bahwa dalam kekurangan berada kekuatan. Jadi, tentu dalam kekurangan mereka dalam beraksara, masih ada hal lain yang justru tumbuh sebagai kelebihan. Dan memang, sastra lisan menjadi bagian yang menunjukkan kelebihan dimaksud.

Akhirnya, ya sudah, saya coba untuk bisa memburu berbagai informasi yang berhubungan dengan Papua. Dari sana, lepas dari ketertarikan pribadi terhadap sastra, tetapi memang kemudian saya tertarik untuk menyimak beberapa hal yang berhubungan dengan persoalan sastra di tengah masyarakat Papua. Utamanya di kalangan masyarakat suku Amungme yang dari beberapa sumber disebutkan memiliki kelekatan dengan sastra lisan, sebagai bagian sastra yang hari ini di Indonesia tidak memiliki titik perkembangan, atau bahkan cenderung nyaris terlupakan.

Angaye-angaye wagana nikaro. Morae ba­nago, bao, aa, bao. Antok anu ae anago, bao, bao. Jilki untae bawano, bao, bao. Salah satu ekspresi lisan masyarakat di sana—di kalangan suku Amungme, yang biasanya menghuni Lembah Tsinga, Noemba, Waa, dan Lembah Wea. Itu merupakan salah satu syair yang sudah demikian lama. Syair tersebut sudah ada sejak jaman nenek moyang mereka—belum terketemukan jejak kapan tepatnya syair itu mulai dikenal masyarakat di sana. Memiliki isi yang kurang lebih seputar pemujaan dan terima kasih kepada alam yang sudah melindungi mereka, berdasar pengakuan masyarakat suku Amungme (Arnold Mampioper, 2000).

Di samping, masyarakat Amungme juga akrab dengan mantra-mantra yang dirapalkan sedemikian rupa oleh tetua-tetua kampung masyarakat dimaksud. (Penelitian Elsam: 2003).

Mereka juga memiliki syair yang sangat dikenal di kalangan masyarakatnya yang berisikan petuah untuk menyatu dengan alam. Bahwa dirinya adalah alam, dan alam adalah dirinya. Diisyaratkan dalam syair “Enane taram agan iwiatongengee, Em arap nap atendak, mesin arop nap atendak, oleh arop napatendak, ib arop nan atendak. Kela arop nap atendak iatong heno! Inak juo onen diamo!” (ibid).

Tentu saja, kendati masih banyak pendukung lainnya untuk menunjukkan sisi kemelekatan masyarakat Amungme dengan sastra. Tetapi beberapa itu, sedikitnya sudah mencerminkan, memberikan gambaran yang bahwa mereka bukan masyarakat yang benar-benar tertinggal. Toh, bicara peradaban, sastra menjadi salah satu tolok ukur yang tidak bisa ditampik untuk juga bisa dijadikan bukti kemajuan mereka, yang dengan begitu mereka tetap bisa disetarakan dengan masyarakat lain di Papua dan bahkan di tengah masyarakat nusantara lainnya.

Sedangkan Papua sendiri, memiliki suku-suku yang dari beberapa catatan disebutkan mencapai jumlah 250 suku. Tentu saja, dalam sekian banyak suku dimaksud, terdapat berbagai hal yang memang menarik untuk ditelusuri. Spesifik berhubungan dengan sastra, andai ke depan sisi sastra yang tumbuh di semua suku itu bisa ditelusuri. Tidak saja khasanah sastra Indonesia akan lebih memiliki kekayaan bahan, tetapi juga bisa menjadi jembatan untuk pelestarian khasanah dimaksud.

Berbalik andai hal demikian bahkan luput menjadi perhatian, dan bahkan dari kalangan intelektual masyarakat Papua sendiri, tak pelak kekayaan itu bisa bergeser, tergerus atau bahkan hilang sama sekali. Apalagi, dari apa yang selama ini tersaji, masyarakat Papua harus diakui juga sudah lama bersentuhan dengan modernitas.

Kecemasan saya, ketika kemudian modernitas yang berarus demikian deras itu benar-benar kian deras hinggap, entah di alam pikiran dan bahkan ke sikap hidup masyarakat Papua, tanpa semacam upaya maksimal untuk menetralisir, kemungkinan semua itu hilang jelas berpeluang sekali.

Persoalan ini, menjadi perhatian saya, karena selama ini mengikuti perkembangan berbagai hal di dunia virtual, media cetak sampai dengan perbukuan. Dari yang saya ikuti tersebut, buku-buku dan sumber-sumber bacaan yang berhubungan dengan budaya Papua, hari ini tergolong kurang—setidaknya dibanding dengan karya tulis berkait yang berasal dari daerah lain di Indonesia. Bahkan, untuk blog pun yang berasal dari masyarakat Papua masih jarang bisa ditemui.

Padahal, ekspresi jiwa semisal sastra itu merupakan penegas seperti apa kelebihan dan ketinggian derajat, bahkan derajat sebuah bangsa.

Jamak kita tahu, saat sesuatu yang baru datang, jika muatan nilainya berbeda, maka kecenderungannya adalah membuat yang telah pernah ada hilang sama sekali. Semoga ini hanya ketakutan saya saja, dan ketakutan tersebut tidak benar-benar terjadi di sana. Apalagi saya percaya, Papua adalah masyarakat yang berjiwa pejuang. Dan, pejuang, saya yakini tidak pernah membiarkan diri mereka tertinggal.

ALSO PUBLISHED IN: PROTAGONI. FOLLOW: @zoelfick
[Untuk Diskusi Seputar Sastra, Gabung di: KOMUNIKASI SASTRA]

____________12 December 2011
*) Pegiat media. Tertarik pada masalah-masalah sosial, sastra, dan nilai-nilai filosofistik dalam tradisi dan budaya masyarakat nusantara. Selain juga berminat pada filosofi Zen dan Sufistik. “Tidak ada yang bisa kita tuntut untuk berubah menjadi lebih baik, kecuali diri sendiri.”

Dijumput dari: http://sosbud.kompasiana.com/2011/12/12/mencari-jejak-sastra-di-tanah-papua/

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar