Jumat, 18 November 2011

Masalah Utama Bahasa Indonesia

P Ari Subagyo*
Kompas, 3 Mei 2008

”Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Melajoe”.

RUMUSAN itulah yang semula diajukan Muhammad Yamin sebagai ikrar ketiga Sumpah Pemuda. Yamin juga menyodorkan alternatif lain sebagai bahasa persatuan, yakni bahasa Jawa karena penuturnya terbanyak.

Namun, Sanusi Pane tidak sependapat. Menurut dia, bahasa persatuan bagi nusa dan bangsa Indonesia haruslah bahasa Indonesia, bukan bahasa Melayu atau bahasa Jawa.

Peristiwa itu terjadi pada hari terakhir Kerapatan Besar (Kongres) Pemuda I, 30 April-2 Mei 1926, di Batavia. Nama ”bahasa Indonesia” untuk pertama kali disebut dan diperdebatkan. Jadi, pada 2 Mei 1926 itulah bahasa Indonesia lahir.

Tanggal 2 Mei telanjur identik dengan Hari Pendidikan Nasional. Momen untuk berefleksi sekaligus menghargai jasa Ki Hadjar Dewantara, pendiri Taman Siswa dan Menteri Pendidikan pertama negeri ini, yang lahir 2 Mei 1889.

Jika keberadaan bahasa Indonesia dihitung sejak 2 Mei 1926, berarti usianya telah 82 tahun. Sudahkah bahasa Indonesia menjadi pemersatu bangsa? Apakah sebenarnya masalah utama bahasa Indonesia?

Komunitas yang terbayang

Ungkapan klasik ”bahasa menunjukkan bangsa” mengisyaratkan pentingnya bahasa sebagai salah satu identitas kebangsaan. Ditempuh berbagai upaya menyinonimkan bahasa dengan bangsa. Deutsch dalam artikel The Trend of European Nationalism: The Language Aspect (1968) mencatat perkembangan full-fledged national languages (bahasa-bahasa nasional yang berkibar penuh) di Eropa. Pada tahun 950 hanya berjumlah 6, tahun 1250 menjadi 17, lalu 30 pada abad ke-19. Pada tahun 1937 tercatat 53 dan terus meningkat hingga beberapa waktu kemudian.

Di belahan lain dunia terjadi hal serupa. Jumlah bahasa nasional bertambah seiring berdirinya negara-negara kebangsaan baru, menyusul dekolonisasi di kelima benua. Usaha menyinonimkan negara-bangsa-bahasa Indonesia merupakan bagian dari fase sejarah itu.

Bahasa persatuan menjadi penting karena—menurut Anderson (Imagined Communities: Reflections on the Origins and Spread of Nationalism, 1991)—bangsa (nation) hanya komunitas yang terbayang (imagined community). Dalam bangsa terkecil sekalipun, para warganya tidak akan pernah saling kenal, saling jumpa, dan saling cakap.

Namun, mereka tersatukan sebagai bangsa karena pikiran mereka menghidupi imajinasi tentang kesatuan. Di situlah bahasa berperan. Tidak hanya secara simbolik, tetapi terlebih secara mental, yakni membangun kesadaran bersama di benak semua warga komunitas bangsa.

Dengan segala keterbatasannya, bahasa Indonesia—yang bersumber utama bahasa Melayu—telah berhasil menjadi pengikat simbolik dan mental imagined community bernama ”bangsa Indonesia” yang penuh keragaman. Sungguh anugerah besar. Sutan Takdir Alisjahbana (1981) menyebutnya ”mukjizat abad ini”.

Sungguh cerdas dan bijaksana langkah para pendiri bangsa sebab memilih bahasa (Indonesia) sebagai penyatu ”komunitas imajiner” Indonesia. Sebuah bangsa memang dapat disatukan dengan pengikat simbolik lain, misalnya etnisitas atau agama. Namun, bahasa telah terbukti lebih netral dibandingkan dengan keduanya. Alih-alih menjadi pemersatu, etnisitas dan agama justru berpotensi memicu konflik antarwarga bangsa.

Masalah utama

Bahasa Indonesia terbukti telah berperan sebagai bahasa persatuan. Apalagi setelah UUD 1945 juga mencanangkannya sebagai bahasa resmi negara. Bahasa Indonesia makin luas digunakan dan diajarkan. Terlepas mutu pemakaiannya yang secara rerata belum baik, kedudukannya sebagai bahasa persatuan semakin kokoh.

Masalah utama bahasa Indonesia tidak menyangkut perannya sebagai bahasa persatuan, tetapi terletak pada sifatnya yang begitu terbuka. Keterbukaan itu, di satu sisi, merupakan konsekuensi logis akibat terbatasnya peristilahan bahasa Indonesia, terutama dalam bidang ilmu dan teknologi. Maklum, bangsa ini bukan sang empunya ilmu dan teknologi. Padahal, kata Julian Huxley (1957), ilmu dan teknologi ibarat the religion without revelation (agama tanpa wahyu).

Saat Poerwadarminta meluncurkan Kamus Umum Bahasa Indonesia (1953), jumlah lema tercatat 23.000-an. Pada tahun 1976, Pusat Bahasa menerbitkan kamus serupa dengan tambahan 1.000-an kata baru. Artinya, selama 23 tahun hanya bertambah 1.000-an kata.

Namun, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) bertambah luar biasa, dari 24.000-an menjadi 62.000-an kata. Berkat kerja sama dengan Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei berhasil dibuat 340.000-an istilah berbagai bidang ilmu. Pusat Bahasa juga berhasil menambah 250.000-an kata baru. Jadi, sudah ada 590.000-an kata berbagai bidang ilmu dan kata umum berjumlah 78.000-an.

Kata-kata baru itu—agar tidak terasing dari komunikasi keilmuan antarbangsa—mayoritas berupa naturalisasi. Penulisan dan/atau pengucapannya diselaraskan dengan kaidah bahasa Indonesia, tetapi sosoknya sebagai kata bahasa asing masih jelas. Tak ayal jika Alif Danya Munsyi (2003)—atau Remy Silado—menyatakan, 9 dari 10 kata bahasa Indonesia adalah asing.

Di pihak lain, keterbukaan telah memicu ketaksetiaan bangsa ini atas bahasa nasionalnya. Ketaksetiaan berwujud penggunaan bahasa campur aduk dalam iklan, nama perusahaan, pengumuman, dan acara-acara televisi yang terlalu melayani selera pasar.

Namun, para pembuat iklan, pemilik perusahaan, dan pengelola acara-acara televisi mungkin akan berkilah. Kecerobohan mereka tidak membahayakan masyarakat, kecuali hanya meresahkan para tata bahasawan normatif. Akibat tindakan para koruptor dan penjarah kekayaan negeri ini—entah berstatus anggota legislatif, gubernur, bupati, petinggi polisi, atau apa pun—jauh lebih menyengsarakan rakyat. Padahal, bahasa Indonesia mereka baik dan benar, logis dan kaya argumentasi.

Agaknya Yamin harus mengubah usulannya menjadi, ”Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa kebenaran”.

*) P Ari Subagyo, Dosen Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2008/05/opini-masalah-utama-bahasa-indonesia.html

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar