Jumat, 14 Oktober 2011

Surat Berdarah Untuk Presiden: Mengantarkan Lea ke Ubud Writting

Pipiet Senja
http://www.kompasiana.com/www.pipitsenja.multiply.com

Prolog

Ini ada surat dari Lea, nama penanya; Jaladara, salah satu penulis pada buku Surat Berdarah Untuk Presiden, diterbitkan oleh Jendela, Grup Zikrul Hakim, Jakarta.

Dia malu-malu mengirimkannya, meskipun baru saja menyelesaikan kuliahnya pada St. Marry, Hong Kong. Karya-karyanya memang luar biasa, bahasanya apik, siapapun takkan pernah mengira bahwa anak yang satu ini penggiat literasi dan seni sastra di kalangan BMI Hong Kong.
Beberapa kali saya membincang karyanya di program Bilik Sastra VOI RRI.

Yang patut diacungi jempol adalah aktivitasnya, tepatnya dedikasinya terhadap perkembangan sastra dan mencerdaskan kaum BMI di negeri beton, sehingga Lea mendirikan ABATASA; sebuah perpustakaan yang digratiskan, populer di kalangan perantau Indonesia.

Hmm, dalam beberapa hari ke depan, saya akan terbang kembali ke negerinya si Jacky Chan. Sebelum itu, inilah saya dukung dan rekomendasikan karyanya ke berbagai media, termasuk kompasiana; sebuah jejaring sosial yang menjadi favorit pula di kalangan BMI Hong Kong dan Macau dan Taiwan.

Bravo, Lea, ananda sayang, aku bangga dan turut sukacita dengan keberhasilanmu.
Semoga ke depan akan berlahiran para penulis handal lainnya di kalangan BMI.
Doaku selalu untuk kaliam, wahai, para perempuan tangguh!
***

Barangkali yang terlintas di benak sebagian besar masyarakat Indonesia ketika mendengar tentang TKW/TKI atau Buruh Migran Indonesia, maka berita tentang penganiayaan, penindasan, pemerkosaan, pelecehan dan ketidakadilan lainnya yang dilakukan oleh majikan di luar negeri. Apalagi media-media massa di tanah air secara sadar ataupun tidak, sengaja ataupun tidak, ikut menanamkan stigma para pahawan devisa tersebut dengan hal-hal negatif. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa realitas semacam itu banyak terjadi, dan masih menjadi persoalan ketenagakerjaan yang sampai detik ini belum bisa terselesaikan dengan baik oleh pemerintah.

Tidak banyak yang mengetahui, bahwa dari tangan-tangan tangguh para buruh Migran telah lahir banyak karya sastra sebagai ungkapan ekspresi dan kesaksian mereka atas realitas yang terjadi baik di dalam dirinya ataupun di luar dirinya (masyarakat sosial). Gejolak perasaan, kekecewaan, kemarahan, harapan, mimpi-mimpi , dan ideal-ideal kehidupan menjadi bahan baku yang tak pernah habis di eksplorasi oleh para pengarang yang berasal dari buruh migran tersebut.

Perlu diketahui, bahwa setidaknya, ada lebih dari 60 judul buku yang telah lahir dari olah rasa dan kredibilitas para Buruh Migran Indonesia (BMI) terutama di Hong Kong. Iklim penulisan dan geliat komunitas sastra dan seni di Hong Kong sangan marak dan kondusif dalam melahirkan pengarang-pengarang muda dan berbakat. Mereka menulis puisi, cerpen, sastra, naskah drama, scenario, cerita pengalaman hidup, dan bahkan novel.

Hakekat dari genre sastra buruh migran bukan sekedar teks yang ditulis oleh buruh migran dan tidak selalu berputar di sekitar penderitaan menjadi buruh migran; rasa rindu terhadap kampung halaman; dan persoalan klasik perburuhan lainnya.

Sastra buruh migran kurang lebih sama dengan sastra pada umumnya. Menjadi lebih istimewa karena sastra buruh migran ditulis oleh mereka yang pada dasarnya tidak memiliki latar belakang keilmuan dan kesusastraan yang memadai, namun dengan penuh semangat berusaha berkarya lewat ragam estetika , kreatifitas dan imajinasi yang ada, sebagai sebuah kesaksian dan tafsiran atas realitas kehidupan sehari-hari yang dihadapi.

Sayangnya, perkembangan dan semangat bersastra di kalangan BMI ini masih dipandang sebelah mata dan belum mendapatkan apresiasi yang selayaknya. Barangkali karena cap Buruh Migran itulah yang membuat banyak kritikus sastra mencibir akan kualitas teks-teks yang dihasilkan. Padahal, bila hendak jujur, suara-suara dari BMI tersebut tidak ada bedanya dengan suara-suara para pengarang besar yang berbicara tentang perburuhan lewat karya-karya mereka.

Suara BMI lebih jujur, berbicara tentang realitas sosial dalam hubungannya yang tidak seimbang dengan birokrasi, kekuasaan dan capital. Tanpa terkontaminasi oleh kubu politik atau ditumpangi oleh kepentingan kelompok tertentu. Dari suara BMI tersebut, kita juga bisa membaca bagaimana menjadi Indonesia dari sudut pandang mereka yang berada di luar Indonesia.

UWRF 2011, Nandurin Karang Awak

Beberapa bulan lalu, saya membaca sebuah informasi mengenai seleksi karya-karya untuk Ubud Writers and Readers Festival lewat sebuah jejarang sosial. Dengan semangat seorang pemula, saya menghubungi penerbit buku-buku saya di Indonesia dan meminta tolong seorang editor untuk membantu saya memilihkan tulisan dan buku mana saja yang layak dikirimkan ke seleksi ini. Meski jujur saat mengirimkannya saya tidak berharap muluk ataupun menargetkan harus lolos. Toh bagi seorang penulis seperti saya, tugas saya adalah menulis. Urusan apresiasi dan “kehormatan” lainnya saya serahkan sepenuhnya kepada khalayak pembaca.

Setelah berhasil mengirimkan karya ke UWRF, saya mencoba melupakannya. Meski saya selalu memohon kepada Tuhan di dalam doa-doa saya, semoga Dia memberikan saya arah masa depan kepenulisan yang lebih baik. Dan memang Tuhan Maha Mendengar.

Setelah menunggu lebih dari satu bulan, akhirnya saya mendapat konfirmasi lewat surat elektronik bahwa saya termasuk salah satu dari 15 penulis yang diundang mengikuti even sastra tingkat Internasional yang cukup bergengsi ini. Dari catatan kuratorial saya menemukan sebuah kalimat yang membuat saya optimis, setidaknya menjadi pemicu semangat untuk konsisten dan trus balajar untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di masa depan.

“Para penulis terpilih ini beserta karya-karya mereka tidak hanya mencerminkan pencapaian kualitas kesusastraan yang tinggi, namun juga merefleksikan kekayaan daya ucap, bahasa, estetika, serta budaya dari berbagai daerah di nusantara.”

Ubud Writers & Readers Festival merupakan sebuah festival sastra tingkat internasional yang melibatkan para penulis, pembaca, penerbit nasional dan internasional; media lokal, nasional, dan internasional; organisasi seni, sastra dan budaya; budayawan, sastrawan dan seniman; pemerhati dan kritikus sastra; sekolah dan universitas dalam dan luar negeri; duta besar dari berbagai Negara juga masyarakat umum.

Festival ini dilaksanakan setiap tahun sebagai salah satu program dari aktivitas Yayasan Mudra Swari Saraswati yang bergerak di bidang sastra, seni dan budaya. Ubud Writers & Readers Festival telah mendapatkan predikat sebagai “One of the World’s Great Book Festival oleh Conde Nast Travel and Leisure, “Among the Top Six Literary Festival in the World’s” oleh Harper’s Bazzar, serta The Best Art Event 2006 oleh The Beat Magazine.

UWRF 2011 merupakan festival tahunan yang ke-8 dengan Tema “Nandurin Karang Awak” diinspirasi oleh salah satu kalimat dalam gaguritan Salampah Laku, puisi panjang tradisional yang ditulis oleh Kawi-Wiku (pendeta-sastrawan) Ida Pedanda Made Sidemen.

Dalam geguritan itu Ida Pedanda Made Sidemen menyatakan, ”…idep beline
mangkin, makinkin mayasa lacur, tong ngelah karang sawah, karang awake tandurin…” (kehendak kakanda sekarang, mulai melakukan tapa kesederhanaan, tidak memiliki tanah sawah, maka tubuh diri-lah yang ditanami) Mengolah diri sendiri sebagaimana mengolah sawah—menyebarkan benih kebajikan, memotong rumput-rumput keinginan, serta memanen dengan
seksama agar hanya biji budi terbaik yang dihasilkan—-merupakan konsep filosofis penting dalam tataran spiritual Bali.

Dalam tataran keseharian, pernyataan Ida Pedanda Made Sidemen mencerminkan rasa optimis dari kelompok manusia yang tidak memiliki tanah—baik karena kemiskinan, pilihan maupun karena pengasingan—namun masih memiliki keyakinan pada kemampuan dan potensi diri pribadi mereka masing-masing. Ida Pedanda Made Sidemen diakui sebagai salah satu Kawi-Wiku terbesar sepanjang sejarah Bali. Beliau menulis sejumlah karya sastra, seperti Siwagama, Kakawin Candra Bhairawa, Kakawin Cayadijaya, Kakawin Kalpha Sanghara, Kidung Pisacarana, dan Kidung Rangsang. Selain menulis karya sastra serta melayani umat dengan memimpin upacara keagamaan, Ida Pedanda Made Sidemen juga dikenal sebagai ahli arsitektur tradisional yang mumpuni. Beliau meninggal pada 10 September 1984 dalam usia 126 tahun.

Semangat Nandurin Karang Awak inilah yang kemudian saya adopsi dan saya sebarkan kepada kawan-kawan BMI Hong Kong. Supaya mereka memiliki kesadaran diri untuk menemukan dan menggali potensi yang mereka miliki untuk menggapai masa depan yang lebih baik. Potensi itu sendiri tak melulu dibidang tulis-menulis, bisa saja berwirausaha dan masih banyak jenis usaha lainnya yang bisa digeluti oleh kawan-kawan BMI.

Sebagai Duta Sastra Buruh Migran, saya dilibatkan dalam berbagai acara yang dihelat oleh UWRF 2011. Pada tahun ini UWRF menghadirkan lebih dari 130 penulis dari lebih dari 28 negara. Festival ini juga mempersembahkan sekitar 168 acara dalam 6 hari dengan mengambil lebih dari 57 tempat acara. Jujur, saya sendiri cukup nervous saat didaulat untuk menjadi pembicara dalam beberapa panel diskusi dan worshop yang pesertanya berasal dari berbagai belahan dunia. Dalam sebuah panel bahkan saya di satu mejakan dengan empat orang penulis dunia yang masing-masing berasal dari Eropa, Australia, Amerika dan satu lagi adalah penulis asal Indonesia yang telah tujuh tahun menetap di Canada. Sedangkan saya? Saya datang hanya dengan segudang semangat untuk belajar.

Saya bukan seorang yang memahami sastra dengan baik. Saya juga bukan seorang kritikus sastra yang bisa membagikan ilmu kepada peserta workshop tentang bagaimana menilai kualiatas sebuah karya. Saya hanya seorang penulis yang tengah balajar merangkak. Saya hanya bisa berbicara tentang bagaimana saya, dan kawan-kawan BMI Hong Kong berkarya di bawah segala tekanan dan keterbatasan.

Saya hanya bisa menyampaikan tentang kegelisahan-kegelisahan dan kawan-kawan sebagai penulis, yang berusaha menjadikan tulisan itu sebagai alat untuk memperjuangkan hak-hak dan kemerdekaan kami sebagai manusia, sebagai pekerja yang tak ingin diperlakukan seperti robot tanpa memberikan kami kesempatan untuk beristirahat dan berkembang.

Seperti harapan dari kawan-kawan BMI yang menghadiri dialog “Perempuan Pengarang dan Sastra Migran” yang saya adakan pada hari Minggu (18/9) di Markas Besar FLP HK yang dihadiri oleh lebih dari 30 peserta. Mereka memiliki harapan dan cita-cita yang sama. Terciptanya sebuah lingkungan dan kondisi yang kondusif untuk berkarya dan bekerja. Dan untuk mencapai semua itu, perlu perjuangan yang serentak dari semua elemen yang terlibat dalam skema penempatan BMI di luar negeri. Baik itu pemerintah Indonesia, pemerintah Hong Kong, KJRI, organisasi-organisasi BMI, LSM, agensi dan BMI itu sendiri. Mari satukan misi, eratkan perjuangan menuju cita-cita bersama.

Akhirnya saya memohon doa kepada seluruh kawan-kawan seperjuangan di Hong Kong semoga proses belajar saya di sana berjalan dengan baik. Semoga kelak saya diberi kesempatan untuk membagikan semua ilmu yang telah saya didapat kepada kawan-kawan semua. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada SUARA yang konsisten menyuarakan perjuangan kami, kepada KJRI HK atas segala dukungan dan apresiasinya.

Tak lupa kepada keluarga besar saya di St.Mary’s University, Bank Mandiri, Dompet Dhuafa , IMWU, Abatasa, KFC serta FLP HK dan tentunya seluruh kawan-kawan yang berada di Hong Kong. Dengan semangat Nandurin Karang Awak, semoga semakin banyak kawan-kawan BMI yang mendeka dalam berkarya dan bekerja. Kayau! (Jaladara, penulis cerpen: Surat Berdarah Untuk Presiden)

21 September 2011
Dijumput dari: http://media.kompasiana.com/buku/2011/09/21/surat-berdarah-untuk-presiden-mengantarkan-lea-ke-ubud-writting/

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar