Denny Mizhar*
http://sastra-indonesia.com/
Malam tadi semua orang menanti keputusan penetapan 1 Syawal 1432 H untuk peringatan hari raya Idhul Fitri. Adapun dengan hasil penetapan pemerintah bahwa 1 Syawal 1432 H pada tanggal 31 Agustus 2011 juga Organisasi keagamaan Nahdatul Ulama sama dengan pemerintah. Meskipun sudah ditetapkan masih ada penetapan lain akan jatuhnya 1 Syawal 1432 H yakni tanggal 30 Agustus 2011 hal itu dilakukan oleh Organisasi Keagamaan dan Kemasyarakatan Muhammadiyah yang jauh hari sudah memutuskannya. Saya tak hendak mempertentangkan perbedaan keputusan tersebut, bagi saya setiap keputusan punya rujukan dan dalil-dalil yang diyakini kebenarannya masing-masing, terpenting adalah bagaimana menyikapi perbedaan dengan dewasa. Meskipun saya melaksanakan hari raya tanggal 30 Agustus 2011.
Maka dengan begitu, bagi saya puasa Ramadhan telah usai. Kumandang takbir di masjid-masjid, di suarau-suarau menggema. Saling kirim pesan pendek ucapan selamat lebaran dan permohonan ma’af mengalir bagai air terjun yang menderas sampai ke bawah. Jalanan pun ramai orang-orang berarak-arakan sambil mengumandangkan gema takbir menyebut besaran Allah SWT.
Lebaran, mengingatkanku pada sebuah sajak yang ditulis oleh Sitor Sitomorang yang berjudul “Malam Lebaran”. Sajak pendek yang terinspirasi ketika Sitor Sitomorang pergi ke rumah satrawan Pramoedya Ananta Toer. Bunyi sajaknya: Bulan Di Atas Kuburan. Meskipun pendek, sajak tersebut bagi saya memiliki makna yang dalam. Kalau dilihat kesatuan sajaknya, jika malam lebaran tentu bulan masih belum terlihat. Bagaimana bisa ada bulan di atas kuburan. Dua kata yang paradoksal bulan yang menggambarkan kecantikan dan seringkali diidiomkan dengan perempuan bersanding kuburan yang memiliki makna suram, kematian. Kalau digabungkan maka kecantikan yang suram. Ada binerasi yang mencipta makna diantaranya. Atau mungkin saja ada perempuan hamil sedang berada di kuburan waktu malam lebaran, tapi entalah. Sebab saya tak hendak membahas perempuan hamil tetapi membahas judul dan isi secara teks dan menafsirnya berkaitan dengan lebaran.
Lebaran yang sejatinya adalah ritual keagamaan dalam rangka perayaan hari besar yang bernama Idhul Fitri. Tetapi pada kenyataanya di Indonesia perayaan tersebut telah berbaur dengan kebudayaan masyarakat Indonesia yakni mudik lebaran. Mudik adalah kebiasaan masyarakat untuk pulang kampung dan bertemu dengan keluarga atau kerabat dekat untuk bersilaturrahmi dan saling berma’af-ma’afan. Selain itu pesta-pesta kecil ataupun besar dipersiapkan dengan membeli baju baru, memasak makanan yang akan dimakan bersama-sama keluarga. Kesemua itu tentunya membutuhkan tidak sedikit biaya yang keluar. Inilah yang saya namakan bulan yakni kecantikan, keindahan dan kemeriahan lebaran.
Di samping kemeriahan lebaran tentu masih menyisakan beberapa probelm lebaran. Misalnya saja beberapa kawan saya sedang bekerja di luar pulau jawa, di Ibu Kota dan di beberapa daerah lainnya tidak dapat pulang. Persoalan beberapa kawan saya tidak dapat mudik dikarenakan mereka tidak punya biaya untuk pulang lebaran meskipun ada beberapa di antaranya dengan lebaran dapat meraup rezeki yang lebih banyak. Keresahan-keresahan kawan saya menarik pertanyaan akan lebaran yang banyak dinikmati dengan kemeriahan dengan berlebihan dan tidak jarang sifat konsumtifnya lebih banyak dari pada memaknai hakekat makna lebaran Idhul Fitri itu sendiri.
Saya juga berfikir tak hanya kawan saya yang tidak bisa pulang, orang-orang yang miskin tentunya tak dapat menikmati lebaran dengan meriah bahkan mungkin ada yang tidak dapat membeli baju baru atau menyediakan makanan untuk tamunya di rumahnya. Persoalan kemiskinan bangsa ini masih belum benar terselesaikan. Hal ini membuat keyakinan saya, bahwa di sebagian lain orang-orang merayakan lebaran dengan meriah dan glamor di bagian lain orang-orang merayakan lebaran dengan menahan perut lapar, memikirkan uang sekolah yang semakin mahal dan bahan pokok yang tiba-tiba mahal ketika lebaran tiba.
Jadi teks sajak Sitor mewakili gambaran yang terjadi di Malam Lebaran. Bulan di Atas Kuburan. Kemeriahan pesta lebaran dan kondisi kemiskinan yang terjadi. Maka dalam agama Islam di anjurkan untuk berzakat dan bersodaqoh. Hal tersebut upaya menjembatani pengentasan kemiskinan walaupun berulang kali lebaran, berulang kali zakat dibagikan orang miskin masih berceceran. Bisa jadi pengelolaan zakat dan sodaqoh yang kurang maksimal.
Lebaran Idhul Fitri sendiri memiliki makna penyucian diri atau kembalinya diri menjadi suci seperti kertas putih. Ramahdan adalah perjalanan spiritual yang mengandung nilai sosial dan puncak keyaninan bagi umat Islam. Harusnya di maknai dengan seksama agar tidak hanya ritual dan penjalanan budaya semata. Nilai-nilai yang memiliki demensi kesolehan individual dan makna kesolehan sosial dapat terejahwantahkan dengan baik.
Dengan begitu harusya, jika menelisik dalam makna yang ada pada Idul Fitri maka sehabisnya tak ada lagi dosa, mulai dari dosa individu ataupun dosa sosial yang mengikis nilai kemanusiaan. Sehingga kemanusiaan tetap terjaga dengan baik yang berdasar nilai ketuhanan. Tetapi nyatanya, sehabis lebaran tahun-tahun lalu masih saja kita jumpai dosa-dosa yang berhamburan di mana-mana. Aku mengaris bawai dosa sosial, sebab dosa sosial urasannya bukan hanya dengan Allah SWT saja tetapi bersingungngan dengan manusia lainnya.
Lalu kembali aku menelisik surat Al-Maun, barang siapa yang menghadik orang miskin dan anak yatim maka dia lalai dalam sholatnya. Kira-kira itu terjemahan bebas saya dari surat tersebut. Maka, jika melihat kemiskinan yang masih melanda bangsa ini saya mengambil kesimpulan: kebanyakan dari kita lalai dalam sholat. Sholat saya memberi arti adalah ritual keagamaan, bisa jadi sholat lima waktu, puasa, ataupun ibadah-ibadah yang lainnya.
Malam ini saya yang hanya bisa merenung sebab saya juga mungkin termasuk orang yang lalai dalam sholat. Tak bisa berbuat banyak pada kemiskinan yang melanda bangsa. Lalu, harus berbuat apakah di lebaran kali ini? mari merenung dan berbuat sesuatu paling tidak semisal berbuat tidak berlebihan dalam perayaan, menghindari sikak hedonistik (kesenangan sesaat), dan memberi zakat atau sodaqoh yang membuat orang tak mampu berusaha lagi dengan modal zakat/sodaqoh (menafsir ulang bentuk pemberian) yang kita berikan pada orang-orang yang lemah.
Begitulah renungan saya pada malam lebaran kali ini. Saya hanya coba memberi pemaknaan sendiri atas puisi Sitor Sitomorang tersebut dengan konteks kondisi yang aku pandang di realitas masyarakat saat ini.
Malam Lebaran, Lamongan, 1 Syawal 1432 H
Beberapa Puisi Lama, saya post ulang mengakhiri catatan renungan kali ini.
Idul Fitri
hilal memerah aku terpanah
tepat di dinding hati
lama menjelma quldi
hancurku kembali
mengeja hari lebih sunyi
pada idul fitri
menempah hati
merdeka diri
sebulan adalah perjalanan
menetapkan puisi pada bilik diri
Malang, 3 Syawal 1429 H
Prosesi Suci
Sebulan penuh menuntun hati
Mengayun diri pada pintu suci
Berhuyun-duyun berserah diri
Membaca isyarat Illahi
Selagi hari fitri menghampiri
Lantunkan do’a saling menyalami
Hilanglah dosa
pada jiwa-jiwa yang mencari
Bebaskan hitam hati
capai kemanusiaan sejati
Mengelupaslah dosa insani
Tak ada noda lagi
takdir surgawi menghampiri
Malang, Ramadhan 1430 H
Perjalanan Suci
Pada bejanah berupah cinta
hati melangkah
setapak dosa melebur
mengurai hakekat diri
Lembaran waktu
mengantar pada jantung muasal
jadilah kertas putih kembali
terhapus sudah dosa diri
Laa ilaaha ha illa Anta
Melantun dengan cinta
kembali pada-Nya
sebab hari fitri kini tiba
Malang, Ramadhan 1430 H
MALAM TAKBIRAN
1
Allahu Akbar
Allahu Akbar
Allahu Akbar
Walillahilham
Berkumandang lantunan kebesaran-Mu ya Ilahi
Aku berdo’a untuk negeri ini
Berkali-kali Kau uji tak juga jerah mengakhiri
Pada malam takbir suci
Nama-Mu mengalun di seluruh pelosok negeri
Mengobati miskin hati
Ya Rabbi, pemilik semesta ini
Tunduk aku merunduk
Memohon ampunan untuk negeri
Untuk pemimpin-pemimpin yang engkau sayangi
Tunjukkan bagaimana mengatur negeri
Biar miskin enyah dari sini
2
Allahu Akbar
Allahu Akbar
Allahu Akbar
Walillahilham
Sejagat ilmu-Mu tak habis untuk digali
Ilhamkanlah pada negeri yang aku cintai
Menumbangkan gelapnya akal budi
Agar negeri ini tak selalu dibodohi
(Bukankah ini hari fitri waktu
untuk merenungi nasib negeri
membebaskan nafsu rakus pada diri
agar kemerdekaan sejati dapat teraih)
Lamongan, 1 Syawal 1429 H
*) Pengajar di SMK MUDA (Muhammadiyah Dua) Kota Malang, Pegiat Pelangi Sastra Malang dan Anggota Teater Sampar-Indonesia Malang yang sedang Mudik ke Kampung Halaman.
SELAMAT IDUL FITRI 1 SYAWAL 1432 H- MINAL AIDZIN WAL FAIZIN MOHON MA’AF LAHIR DAN BATHIN.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar