Wawan Eko Yulianto
http://www.suarapembaruan.com/
Kami memanggilnya, Pak Pram. Orang tua yang punya banyak koleksi luka. Dia tak pernah ragu menceritakan asal-usul dan detail luka-lukanya. Ukuran, bentuk, dan warna luka-luka itu sangat beragam. Ada yang selebar telur, ada yang memanjang sepanjang rokok, ada yang tipis seperti sapu lidi.
Ia pandai bercerita. Cerita apa saja yang entah mengapa selalu ditingkahi Pak Pram dengan menunjukkan lukanya. Meskipun ceritanya tentang Malin Kundang, ia bisa membumbuinya dengan menunjukkan lukanya. Kalau sudah begitu, temanku Misdi adalah orang yang paling takjub.
"Kalian tahu bagaimana Sinbad ditawan dan dipaksa memberitahu di mana ia simpan harta karun temuannya?" kata Pak Pram mengawali cerita.
"Dia dipaksa mengaku dengan disundut rokok di dadanya. Seperti inilah jadinya. Ya, persis seperti inilah hasilnya setelah Sinbad disiksa. Waktu itu Sinbad berlayar bersama...." Begitulah Pak Pram bercerita.
Pada banyak cerita lain dia juga menggunakan cara serupa. Dengan begitu, kami para penggemar ceritanya dibuat melongo. Kami benar-benar yakin dunia dalam cerita itu ada. Karena itu kami selalu menunggu cerita-ceritanya.
*
Terakhir kali aku mendengar cerita Pak Pram sekitar sepuluh tahun lalu. Kala itu aku baru lulus SMP. "Pak Pram mau cerita. Ayo!" Misdi berteriak mengajakku. Aku berlari mengikuti Misdi. Aku dan Misdi berlari kecil menerjang jalanan kampung yang berdebu dan panas. Aku tak bersandal. Tak apalah. Jalan di kampung kami adalah jalan yang tertutup pasir-batu. Di beberapa tempat ada batu yang meringis dan siap menggigit kakiku kapan saja. Tapi hal itu tak menyurutkan niatku berlari kecil ke pos siskamling.
Sesampai di sana, sudah ada sekitar delapan anak lain, teman-teman sebayaku. Di dalam pos dari bambu itu, ada Pak Pram. Beliau tampak tua. Memang, sejak aku kenal beliau beberapa tahun sebelumnya, beliau sudah tampak tua. Pak Pram duduk bersandar di dinding pos tepat di bawah papan penunjuk notasi kentongan.
Ada tiga teman duduk di samping Pak Pram. Yang lainnya di luar pos siskamling yang sempit itu. Ada yang duduk di bibir pos dan ada pula yang berdiri di depan. Karena tak kebagian tempat, aku berdiri tepat di bawah kentongan.
Kali itu, Pak Pram bercerita tentang Baratayuda. Anak-anak sebayaku waktu itu jarang ada yang suka wayang kulit kendati kami tinggal di desa. Di antara teman-temanku, paling-paling cuma Wawan yang pernah nonton wayang kulit sampai semalam suntuk. Itu pun ia tak tahu jelas isi ceritanya. Tapi itu lebih baik daripada teman-teman lainnya yang paling-paling cuma sekadar mendengar kisah pewayangan dari bapak atau paman. Tapi, karena kali ini yang bercerita Pak Pram, kami sudah siap terpukau oleh kisah wayang itu.
Pak Pram mulai bercerita. Tentu- nya, cerita itu didukung gambaran nyata berupa bekas-bekas luka. Di tengah-tengah kisah Baratayuda, Pak Pram membalik badan dan membuka bajunya. Dia tunjukkan luka-luka tipis memanjang seperti sapu lidi di punggungnya. Banyak sekali bekas-bekas memanjang itu. Itu jenis luka yang baru pertama kali kami lihat.
"Saat panah Srikandi menghajar Bisma, Bisma langsung sekarat. Saat itu, dia meminta kepada para Kurawa agar diberikan alas tidur untuk menjemput ajal. Dia minta tumpukan panah dan pedang para prajurit. Bukannya nyaman, dia malah mendapatkan luka-luka baru karena mata pedang-pedang dan anak panah itu. Tapi, dia malah puas dengan itu karena dia adalah ksatria sejati. Pantang bagi ksatria menikmati ajal sambil bersantai di kursi atau kasur yang nyaman."
Misdi melongo, tak bisa lagi mengatupkan mulut. Aku pun takjub dan larut ke dalam kisah perang akbar yang terjadi di padang Kurusetra itu. Aku bisa rasakan panasnya padang gersang Kurusetra yang mungkin tak terlalu berbeda dengan panasnya kampungku. Aku juga bisa bayangkan kuda-kuda berderap menarik keretanya dan menghamburkan debu. Dan terutama aku bisa membayangkan luka-luka perang demi melihat luka-luka Pak Pram.
Sungguh, inilah dia orang yang paling dahsyat menghidupkan cerita.
Cerita itu berlangsung selama dua jam. "Sudah sore. Insya Allah, besok jika aku masih di kampung ini, aku akan ceritakan kisah lain." Pak Pram mulai mengancingkan bajunya, menyimpan kembali luka-lukanya.
Kami pun bertanya-tanya, cerita apa lagi yang akan dikisahkan dan luka mana lagi yang akan ia tunjukkan.
Ketika akan bubar, kebetulan sekali ada penjual es sirup lewat. Misdi segera merogoh saku dan mendapati uang seratus rupiah. "Sebentar Pak Pram, minum dulu."
"Lho, tak usah repot-repot, Mis."
"Tidak repot kok, Pak," kata Misdi sambil menyorongkan es sirup yang dibelinya. Isinya cuma air putih dan sirup manis warna merah.
Pak Pram dengan malu-malu mengambil gelas itu dan menenggak isinya. Kami semua memperhatikan buah jakunnya naik turun. Ada bekas luka melintang di lehernya. Cerita apa yang bisa dikisahkan dengan bekas luka di leher itu?
*
Pak Pram masih tiga hari di kampung kami. Aku tidak tahu pasti dari mana asal Pak Pram. Di Kampung ini, ia hanya tinggal untuk mengunjungi putranya, Awang, seorang penjahit. Jahitan Awang terkenal sangat bagus tapi anehnya tidak laris.
Pak Pram biasa datang ke kampung kami dua bulan sekali. Setiap kali beliau pulang itulah kami mendapatkan cerita.
Belakangan aku sedikit tahu mengenai siapa Pak Pram dari bapak. Bapakku yang waktu itu adalah seorang ketua RT. Setiap kali Pak Pram datang menginap di kampung kami, Awang selalu minta izin ke bapak.
"Namanya bukan Pram, nama aslinya Wagimin, orang Ngawi," kata bapakku.
Bapak bercerita bahwa Pak Pram-ku atau Pak Wagimin adalah bekas tawanan politik yang pernah dibuang ke Pulau Buru. Di sanalah dia mendapatkan luka-luka yang membuat takjub anak-anak yang mendengarkan ceritanya. Baru lima tahun yang sebelumnya dia dipulangkan dari Pulau Buru.
Karena bekas tahanan politik itulah maka nasib usaha Awang, kata bapakku, tak begitu laris. "Nama Pram itu ia peroleh dari seorang temannya di Pulau Buru," kata bapakku.
Aku semakin penasaran ingin mengetahui Pak Pram lebih jauh. Aku berencana menanyakan banyak hal kepada Pak Pram pada keesokan harinya.
Sayang, aku tak lagi bisa bertemu Pak Pram. Keesokan harinya aku sudah harus pergi ke ibu kota kabupaten untuk mengurus masuk SMA Negeri yang paling baik. Aku tinggal di rumah pamanku. Begitulah seterusnya hingga lulus SMA aku tak pernah lagi bertemu juru cerita itu. Selanjutnya, aku kuliah di Malang dan pulang sebulan sekali. Aku semakin tak berkesempatan mendengar cerita Pak Pram. Saat kuliah aku mengenal nama Pramoedya Ananta Toer. Inikah nama yang dipakai Pak Pram?
*
Kini Pak Pram sudah menetap di kampung kami. Dia tinggal bersama penjahit Awang. Penjahit Awang pun sudah semakin ramai. Sayang, Pak Pram kini sudah tak kuat lagi bercerita.
Lebaran tahun lalu, aku dan Misdi mengunjungi Pak Pram. Kami memancing-mancing beliau untuk bercerita. Tetapi segalanya sudah semakin sukar. Mendengar kami saja beliau kesulitan, apalagi bercerita dengan runtut dan jelas.
Setahuku, Lebaran itu Misdi menunjukkan ketertarikannya yang semakin besar untuk bisa bercerita. Dia berseloroh, "Sayang sekali aku tidak punya luka untuk dipamerkan."
"Hus, pamali, nanti kualat," kataku. Misdi kemudian tertawa sambil mengelus jenggotnya yang ia biarkan lebat.
*
Hari Senin kemarin Pak Pram mengadakan syukuran, selamatan. Usianya sudah 80 tahun. Aku menyempatkan diri menghadiri selamatan itu setelah mendapat telepon dari bapak sehari sebelumnya. Aku berharap bertemu Misdi. Tapi sayang dia tak datang. Kabar burung menyebutkan Misdi terlibat jaringan teroris. Ada juga yang bilang ia sudah ditangkap dan dipaksa untuk mengaku. Jika benar begitu, mungkin inilah saatnya Misdi mendapatkan luka-lukanya untuk membantu bercerita. Masya Allah. Aku hanya berdoa, semoga semua orang mendapatkan yang terbaik, kalau perlu tanpa ada luka.***
bengkel imajiNASI, 2006
Diambil dari: http://www.sriti.com/story_view.php?key=2126
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 28 Agustus 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar