Minggu, 28 Agustus 2011

Luka Pak Pram

Wawan Eko Yulianto
http://www.suarapembaruan.com/

Kami memanggilnya, Pak Pram. Orang tua yang punya banyak koleksi luka. Dia tak pernah ragu menceritakan asal-usul dan detail luka-lukanya. Ukuran, bentuk, dan warna luka-luka itu sangat beragam. Ada yang selebar telur, ada yang memanjang sepanjang rokok, ada yang tipis seperti sapu lidi.

Ia pandai bercerita. Cerita apa saja yang entah mengapa selalu ditingkahi Pak Pram dengan menunjukkan lukanya. Meskipun ceritanya tentang Malin Kundang, ia bisa membumbuinya dengan menunjukkan lukanya. Kalau sudah begitu, temanku Misdi adalah orang yang paling takjub.

"Kalian tahu bagaimana Sinbad ditawan dan dipaksa memberitahu di mana ia simpan harta karun temuannya?" kata Pak Pram mengawali cerita.

"Dia dipaksa mengaku dengan disundut rokok di dadanya. Seperti inilah jadinya. Ya, persis seperti inilah hasilnya setelah Sinbad disiksa. Waktu itu Sinbad berlayar bersama...." Begitulah Pak Pram bercerita.

Pada banyak cerita lain dia juga menggunakan cara serupa. Dengan begitu, kami para penggemar ceritanya dibuat melongo. Kami benar-benar yakin dunia dalam cerita itu ada. Karena itu kami selalu menunggu cerita-ceritanya.

*

Terakhir kali aku mendengar cerita Pak Pram sekitar sepuluh tahun lalu. Kala itu aku baru lulus SMP. "Pak Pram mau cerita. Ayo!" Misdi berteriak mengajakku. Aku berlari mengikuti Misdi. Aku dan Misdi berlari kecil menerjang jalanan kampung yang berdebu dan panas. Aku tak bersandal. Tak apalah. Jalan di kampung kami adalah jalan yang tertutup pasir-batu. Di beberapa tempat ada batu yang meringis dan siap menggigit kakiku kapan saja. Tapi hal itu tak menyurutkan niatku berlari kecil ke pos siskamling.

Sesampai di sana, sudah ada sekitar delapan anak lain, teman-teman sebayaku. Di dalam pos dari bambu itu, ada Pak Pram. Beliau tampak tua. Memang, sejak aku kenal beliau beberapa tahun sebelumnya, beliau sudah tampak tua. Pak Pram duduk bersandar di dinding pos tepat di bawah papan penunjuk notasi kentongan.

Ada tiga teman duduk di samping Pak Pram. Yang lainnya di luar pos siskamling yang sempit itu. Ada yang duduk di bibir pos dan ada pula yang berdiri di depan. Karena tak kebagian tempat, aku berdiri tepat di bawah kentongan.

Kali itu, Pak Pram bercerita tentang Baratayuda. Anak-anak sebayaku waktu itu jarang ada yang suka wayang kulit kendati kami tinggal di desa. Di antara teman-temanku, paling-paling cuma Wawan yang pernah nonton wayang kulit sampai semalam suntuk. Itu pun ia tak tahu jelas isi ceritanya. Tapi itu lebih baik daripada teman-teman lainnya yang paling-paling cuma sekadar mendengar kisah pewayangan dari bapak atau paman. Tapi, karena kali ini yang bercerita Pak Pram, kami sudah siap terpukau oleh kisah wayang itu.

Pak Pram mulai bercerita. Tentu- nya, cerita itu didukung gambaran nyata berupa bekas-bekas luka. Di tengah-tengah kisah Baratayuda, Pak Pram membalik badan dan membuka bajunya. Dia tunjukkan luka-luka tipis memanjang seperti sapu lidi di punggungnya. Banyak sekali bekas-bekas memanjang itu. Itu jenis luka yang baru pertama kali kami lihat.

"Saat panah Srikandi menghajar Bisma, Bisma langsung sekarat. Saat itu, dia meminta kepada para Kurawa agar diberikan alas tidur untuk menjemput ajal. Dia minta tumpukan panah dan pedang para prajurit. Bukannya nyaman, dia malah mendapatkan luka-luka baru karena mata pedang-pedang dan anak panah itu. Tapi, dia malah puas dengan itu karena dia adalah ksatria sejati. Pantang bagi ksatria menikmati ajal sambil bersantai di kursi atau kasur yang nyaman."

Misdi melongo, tak bisa lagi mengatupkan mulut. Aku pun takjub dan larut ke dalam kisah perang akbar yang terjadi di padang Kurusetra itu. Aku bisa rasakan panasnya padang gersang Kurusetra yang mungkin tak terlalu berbeda dengan panasnya kampungku. Aku juga bisa bayangkan kuda-kuda berderap menarik keretanya dan menghamburkan debu. Dan terutama aku bisa membayangkan luka-luka perang demi melihat luka-luka Pak Pram.

Sungguh, inilah dia orang yang paling dahsyat menghidupkan cerita.

Cerita itu berlangsung selama dua jam. "Sudah sore. Insya Allah, besok jika aku masih di kampung ini, aku akan ceritakan kisah lain." Pak Pram mulai mengancingkan bajunya, menyimpan kembali luka-lukanya.

Kami pun bertanya-tanya, cerita apa lagi yang akan dikisahkan dan luka mana lagi yang akan ia tunjukkan.

Ketika akan bubar, kebetulan sekali ada penjual es sirup lewat. Misdi segera merogoh saku dan mendapati uang seratus rupiah. "Sebentar Pak Pram, minum dulu."

"Lho, tak usah repot-repot, Mis."

"Tidak repot kok, Pak," kata Misdi sambil menyorongkan es sirup yang dibelinya. Isinya cuma air putih dan sirup manis warna merah.

Pak Pram dengan malu-malu mengambil gelas itu dan menenggak isinya. Kami semua memperhatikan buah jakunnya naik turun. Ada bekas luka melintang di lehernya. Cerita apa yang bisa dikisahkan dengan bekas luka di leher itu?

*

Pak Pram masih tiga hari di kampung kami. Aku tidak tahu pasti dari mana asal Pak Pram. Di Kampung ini, ia hanya tinggal untuk mengunjungi putranya, Awang, seorang penjahit. Jahitan Awang terkenal sangat bagus tapi anehnya tidak laris.

Pak Pram biasa datang ke kampung kami dua bulan sekali. Setiap kali beliau pulang itulah kami mendapatkan cerita.

Belakangan aku sedikit tahu mengenai siapa Pak Pram dari bapak. Bapakku yang waktu itu adalah seorang ketua RT. Setiap kali Pak Pram datang menginap di kampung kami, Awang selalu minta izin ke bapak.

"Namanya bukan Pram, nama aslinya Wagimin, orang Ngawi," kata bapakku.

Bapak bercerita bahwa Pak Pram-ku atau Pak Wagimin adalah bekas tawanan politik yang pernah dibuang ke Pulau Buru. Di sanalah dia mendapatkan luka-luka yang membuat takjub anak-anak yang mendengarkan ceritanya. Baru lima tahun yang sebelumnya dia dipulangkan dari Pulau Buru.

Karena bekas tahanan politik itulah maka nasib usaha Awang, kata bapakku, tak begitu laris. "Nama Pram itu ia peroleh dari seorang temannya di Pulau Buru," kata bapakku.

Aku semakin penasaran ingin mengetahui Pak Pram lebih jauh. Aku berencana menanyakan banyak hal kepada Pak Pram pada keesokan harinya.

Sayang, aku tak lagi bisa bertemu Pak Pram. Keesokan harinya aku sudah harus pergi ke ibu kota kabupaten untuk mengurus masuk SMA Negeri yang paling baik. Aku tinggal di rumah pamanku. Begitulah seterusnya hingga lulus SMA aku tak pernah lagi bertemu juru cerita itu. Selanjutnya, aku kuliah di Malang dan pulang sebulan sekali. Aku semakin tak berkesempatan mendengar cerita Pak Pram. Saat kuliah aku mengenal nama Pramoedya Ananta Toer. Inikah nama yang dipakai Pak Pram?

*

Kini Pak Pram sudah menetap di kampung kami. Dia tinggal bersama penjahit Awang. Penjahit Awang pun sudah semakin ramai. Sayang, Pak Pram kini sudah tak kuat lagi bercerita.

Lebaran tahun lalu, aku dan Misdi mengunjungi Pak Pram. Kami memancing-mancing beliau untuk bercerita. Tetapi segalanya sudah semakin sukar. Mendengar kami saja beliau kesulitan, apalagi bercerita dengan runtut dan jelas.

Setahuku, Lebaran itu Misdi menunjukkan ketertarikannya yang semakin besar untuk bisa bercerita. Dia berseloroh, "Sayang sekali aku tidak punya luka untuk dipamerkan."

"Hus, pamali, nanti kualat," kataku. Misdi kemudian tertawa sambil mengelus jenggotnya yang ia biarkan lebat.

*

Hari Senin kemarin Pak Pram mengadakan syukuran, selamatan. Usianya sudah 80 tahun. Aku menyempatkan diri menghadiri selamatan itu setelah mendapat telepon dari bapak sehari sebelumnya. Aku berharap bertemu Misdi. Tapi sayang dia tak datang. Kabar burung menyebutkan Misdi terlibat jaringan teroris. Ada juga yang bilang ia sudah ditangkap dan dipaksa untuk mengaku. Jika benar begitu, mungkin inilah saatnya Misdi mendapatkan luka-lukanya untuk membantu bercerita. Masya Allah. Aku hanya berdoa, semoga semua orang mendapatkan yang terbaik, kalau perlu tanpa ada luka.***

bengkel imajiNASI, 2006
Diambil dari: http://www.sriti.com/story_view.php?key=2126

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar