Selasa, 19 Juli 2011

Problematik Sastra Buruh

S Yoga
http://www.suarakarya-online.com/

Pada tanggal 30 April dan 1 Mei lalu -- dalam rangka memperingati Hari Buruh -- telah diadakan Festival Sastra Buruh di Blitar. Berkait dengan itu penggiat sastra dan budaya Bagus Putu Parto sangat sibuk. Sebagai pembicara, ditampilkan Beni Setia, Bonari Nabonenar dan Kuswinarto. Beberapa pengarang buruh (migran) yang hadir di antaranya Saiful Bakri (Mojokerto), Arsusi, Endang Pratiwi dan Etik Juwita (Blitar), Lik Kismawati (Sidoarjo), Denok Rokhmatika dan Rini Widyawati (Malang), Eni Kusuma (Banyuwangi), Jumari Hs dan Yudhi MS (Kudus), Maria Bo Niok (Wonosobo) dan Safitri Budiarti (Cilacap). Rata-rata dari mereka pernah bekerja di Hong Kong, sebagai buruh, tentu saja.

Sedangkan beberapa buku yang sempat dihasilkan oleh para buruh (migran) di antaranya, Catatan Harian Seorang Pramuwisma (Rini Widyawati), Penari Naga Kecil (Tarini Sorrita), Majikanku Empu Sendok (Denok K Rokhmatika), Nyanyian Imigran (Lik Kismawati,dkk), Perempuan Negeri Beton (Wina Karnie), Hong Kong Namaku Peri Cinta (Wina Karnie,dkk).

Defenisi sastra buruh pun bisa diperdebatkan panjang lebar. Apakah yang dimaksud sastra buruh adalah karya sastra yang ditulis ketika ia menjadi buruh. Bagaimana kalau ia sudah tidak jadi buruh namun menulis sastra buruh, dan hal ini banyak dilakukan oleh mereka. Atau bahkan seorang yang tidak pernah jadi buruh namun konsen terhadap nasib buruh. Misal puisi Dongeng Marsinah-nya Sapardi Djoko Darmono, yang begitu indah dan tak mengurangi ironi atau tragedi kemanusiaan seorang buruh arloji. Dan beberapa pengarang lain yang suka menulis perihal nasib buruh.

Bahkan sastra (bertema) buruh di luar negeri banyak digerakkan oleh para pengarang yang bukan buruh, misal Anton Chekov yang terkenal dengan cerpennya Matinya Seorang Buruh Kecil. Emile Zola dengan novel Germinal yang mengisahkan kehidupan para pekerja pabrik dan ketertindasan struktur oleh para borjuis di Eropa.

Maxim Gorki yang kebetulan semenjak usia 12 tahun juga bekerja menjadi buruh apa saja, terkenal dengan sastra realisme sosialnya, yang banyak menyoroti kehidupan buruh pabrik, Tales of Italy, yang di Indonesia diterjemahkan menjadi Pemogokan. Charles Dickens yang terkenal dengan novel Oliver Twist, yang mengangkat tema pekerja (buruh) anak. Karya-karya mereka ini menjadi klasik karena memang ceritanya menyentuh tanpa harus menggurui. Sastra tidak secara langsung menjadi alat perjuangan buruh, namun kesan yang ada dalam kisah itu mampu membangkitkan persoalan kemanusiaan akan kondisi kaum buruh.

Sedangkan sastra buruh kita yang kebetulan ditulis oleh buruh (kalau hal ini memang yang disepakati akan definisi sastra buruh). Secara umum masih menampakkan "propaganda" atau alat perjuangan langsung. Agar dibaca oleh para pejabat atau instansi terkait berkaitan dengan perburuhan. Sehingga didapatkan dari hasil membaca ini sikap yang bijaksana oleh para pejabat. Kalau memang itu tujuan utama, kenapa tidak demonstrasi atau pembangkangan sosial. Yang efekivitasnya segera dapat terlihat. Bahkan oleh hal-hal yang berbau demonstrasi saja para pejabat tidak tergerak hatinya akan perbaikan nasib buruh. Boro-boro diminta membaca karya sastra buruh agar hatinya terketuk.

Di sinilah persoalan utama yang harus kita cari akar persoalan sastra buruh yang sebenarnya. Sehingga capaian artistik yang dapat berumur panjang, langgeng menjadi sesuatu yang wajar untuk dijadikan pilihan. Tidak reaktif dan implusif.

Kita tahu meski genre sastra itu bermacam-macam jenisnya, namun standar karya sastra dari dulu hingga sekarang akan itu-itu saja. Bahkan Budi Darma dengan nada yang sinis pernah menyatakan Tidak diperlukan Sastra Madya, di mana estetika sastra adalah hal utama dari sebuah karya sastra apa pun macam bentuknya.

Perihal sastra buruh sendiri sebenarnya tidak terlepas dari seorang penyair yang hingga kini tidak diketahui keberadaannya, yakni Wiji Tukul (Solo), salah satu kumpulan puisinya yang terkenal adalah Mencari Tanah Lapang. Ia seorang buruh yang konsisten, berani dan jujur dalam puisi-puisinya, meski pun dia juga menyadari bahwa puisi buatnya adalah sebagai alat perjuangan bagi nasib buruh. Namun ia tidak begitu saja mau diperbudak oleh kata-kata yang telanjang. Dalam puisi-puisinya masih sangat terlihat irama, rima, ritme, ironi dan metafora yang mengena. Saya kira ialah yang mula-mula memperkenalkan sastra buruh dengan pembacaan puisi di pabrik-pabrik, kampus, kampung dan keluar masuk kota dan desa di tahun 1990-an.

Pada tahun 1995-an, di Tangerang pun muncul Wowok Hesti Prabowo (yang kemudian dinobatkan sebagai Presiden Penyair Buruh) dengan Roda-Roda Budaya, Institut Puisi Tangerang, Budaya Buruh Tangerang dan Teater Buruh, yang sengaja ia bentuk. Dengan komunitas-komunitas yang menyebar, diharapkan persoalan buruh dapat terekam lewat karya sastra dan teater, selain pemberdayaan buruh dalam setiap diskusi-diskusinya. Komunitas ini kemudian menerbitkan kumpulan puisi Rumah Retak, Trotoar dan Buruh Menggugat. Dari jaringan sastra buruh yang dikembangkan Wowok ini rupanya menyebar ke wilayah-wilayah di luar Tangerang.

Di Kudus pun muncul nama Jumari Hs dan Yudhi MS (pabrik Djarum), yang estetika puisi-puisinya cukup baik. Dari generasi ini selain nama-nama tersebut masih ada beberapa nama yang karya-karyanya cukup disegani di jagad sastra, misal Dingul Rilesta, Aris Kurniawan, Husnul Khuluqi, Mahdiduri. Bahkan Husnul Khuluqi meski hingga kini masih menjadi buruh, puisi-puisinya menjadi kekayaan tersendiri dalam khazanah sastra Indonesia. Puisinya tidak hanya menyuarakan nasib buruh namun memiliki estetika sastra yang baik.

Sedangkan gegap-gempita sastra buruh migran yang mulai tumbuh pada tahun 2000-an, adalah generasi sastra buruh internet. Karena dari mereka banyak yang berkomunikasi dan menyebarkan karya-karyanya atau berdiskusi lewat internet, sebelum kemudian dibukukan. Generasi sastra buruh migran inilah yang sekarang mendapat tempat dalam isu berbagai ketimpangan pada buruh migran yang kian hari kian marak. Salah seorang penggerak dari sastra buruh migran adalah Bonari Nabonenar.

Namun demikian melihat dari karya sastra yang dihasilkan, umumnya masih pada persoalan-persoalan besar, sehingga cenderung memperalat bahasa untuk sebuah pesan yang ingin mereka perjuangkan. Mereka umumnya menulis prosa, karena banyak dihuni oleh penulis-penulis wanita. Kadang kita melihat estetikanya dengan karya-karya yang dibuat bukan buruh migran, hasilnya sama saja, hanya temanya yang mefokus ke persoalan perburuhan.

Tentu saja kita berharap, dikemudian hari, akan muncul penulis-penulis yang tidak hanya mengejar pesan namun kesan yang mendalam akan kisah-kisah kecil yang menarik, tragik dan ironi. Sehingga kita bisa mendapatkan penulis-penulis bertema buruh sekuat Emile Zola, Maxim Gorki, Charles Dickens dan Anton Chekov yang penuh satir, dengan realisme sosial yang tidak hanya menyenangkan saja maupun sekedar sebagai alat propaganda.

Memang susah untuk mencari landasan filosofis dari gerakan sastra buruh, ketika capaian artistiknya (bentuk) masih sama dengan karya sastra lainnya, kecuali pada perbedaan temanya saja. Karena itu sastra buruh migran cenderung menjadi sebuah gerakan. Dan bila kita cermati dari orang-orang yang terlibat di dalam sastra buruh migran ini.

Kita bisa mendapatkan nama-nama yang sama ketika mencuat gerakan Revitalisasi Sastra Pedalaman (RSP) di tahun 1990-an. Yang dengan garang menentang pemusatan sastra (karya, penulis dan redaktur) yang hanya berputar-putar di Jakarta. Ketika itu ada nama-nama Kusprihyanto Namma, Beno Siang Pamungkas, Bonari Nabobenar, Bagus Putu Parto dan Beni Setia. Namun karena capaian karya sastranya tidak berbeda dengan karya yang ditentangnya maka ia hanya merupakan gerakan sastra atau setrategi politik sastra. Dan apakah sastra buruh (migran) juga hanya bermain-main dalam politik sastra saja, biarlah waktu yang menjawab. ***

16 Juni 2007
* Penulis, seorang penyair tinggal di Situbondo

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar