Kuswinarto*
http://www.lampungpost.com/
Membicarakan nasionalisme di kalangan tenaga kerja wanita (TKW) kita di luar negeri sangat menarik. Sebab, bagi TKW (dalam asumsi saya), Indonesia yang menjadi Tanah Air mereka, tempat mereka lahir dan besar, bukanlah sebuah negeri yang bersahabat. Bagi mereka (masih dalam asumsi saya), Indonesia tak berpihak kepada rakyat kecil seperti mereka.
Betapa tidak? Indonesia memaksa sebagian besar dari mereka putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena Indonesia hanya mampu memberikan sebuah kemiskinan yang mengenaskan bagi keluarga mereka sehingga tak mampu menyekolahkan mereka. Itu masih ditambah kenyataan bahwa biaya pendidikan mahal dan itu terjadi di tengah maraknya kasus korupsi terhadap uang negara (baca: uang rakyat).
Karena orang tua miskin, para TKW terpaksa mengubur cita-citanya. Padahal bukan tidak mungkin jika terus menempuh pendidikan formal, sebagian dari mereka akan menjadi para pembaharu yang akan mengangkat Indonesia dari keterpurukan. Di Hong Kong, misalnya, ada juga TKW yang sebelumnya sudah berhasil masuk sebuah perguruan tinggi ternama di Indonesia, dari SD hingga SMA dia selalu mendapat juara kelas dan beasiswa. Tapi, ia tak jadi kuliah karena orang tua tak mampu dan terpaksa jadi TKW di Hong Kong sebagai babu. Tragis!
Lantas, meskipun negaranya tak berpihak kepada mereka, apakah para TKW luntur kecintaannya terhadap Indonesia? Ternyata tidak! Setidaknya, itu yang saya tangkap dalam sebagian cerpen karya para TKW Hong Kong. Meskipun masa depan mereka entah seperti apa jika tak berinisiatif sendiri “lari” ke luar negeri sebagai TKW, rasa nasionalisme mereka tetap tinggi. Cerpen berjudul Pertama dalam antologi cerpen Hong Kong Negeri Elok nan Keras di Mana Kami Berjuang (2002) karya Denok Kanthi Rokhmatika adalah buktinya.
Berikut kutipannya:
Lapis legit yang masih tiga perempat itu mendarat mulus di keranjang sampah, di depanku. Aku kaget. Tiba-tiba saja aku merasa harga kemanusiaan dan sekaligus kebangsaanku, manusia Indonesia, disejajarkan dengan sekerat kue yang pantas dimasukkan ke dalam keranjang sampah! Mengapa dia harus menanyaiku dulu sebelum membuangnya? Kan bisa saja dia langsung membuangnya, jika tak bermaksud menghinaku?
Terasa sekali Denok K. Rokhmatika, TKW Hong Kong asal Malang, Jawa Timur, lewat tokoh Aku mengungkapkan rasa terhinanya karena kue asli Indonesia dilecehkan bangsa lain, padahal dia bangga kue itu terkenal di luar negeri. Dia tetap cinta Indonesia, tetapi saat itu tidak bisa berbuat apa-apa, selain merasakan perih di dada. Itu karena yang melakukan penghinaan adalah orang yang baru saja akan mempekerjakannya sebagai pembantu rumah tangga.
Rasa cinta Tanah Air juga ditunjukkan Syifa Aulia lewat cerpen Hong Kong Topan ke-8 dalam antologi berjudul sama (2006). Dalam cerpen itu, TKW Hong Kong asal Kendal, Jawa Tengah, itu mengisahkan tokoh Aku, TKW yang juga aktivis HAM dan berteman dengan aktivis HAM lain dari beberapa negara di Hong Kong. Di kalangan aktivis HAM berbagai negara itu, Indonesia (pejabat dan masyarakatnya) terkenal dengan berbagai tradisi buruk. Salah satunya, orang Indonesia terkenal paling tidak menghargai waktu, suka ngaret kalau berjanji. Ini juga terjadi pada aktivis HAM dari Indonesia di Hong Kong, sedangkan aktivis HAM lain sangat menghargai waktu. Meskipun kesibukan seabrek, mereka selalu menepati janji, tak pernah terlambat menghadiri meeting, bahkan sering hadir 20 atau 15 menit lebih awal. Kalau yang dari Indonesia (kecuali tokoh Aku), terlambat dua jam itu sudah biasa.
Tokoh Aku malu tiap rekan sebangsanya terlambat menghadiri meeting, apalagi yang dari negara lain akan meledek habis-habisan. Aku malu bangsanya punya trade mark buruk soal waktu dan janji. Aku berontak jiwanya Indonesia dicap buruk, tetapi ia tak bisa berbuat banyak karena itu kenyataan. Yang bisa dilakukan Aku hanyalah berusaha agar dirinya selalu tepat waktu kalau berejanji atau meeting.
Dalam cerpen Hong Kong Topan ke-8 itu, Syifa Aulia juga mengemukakan bahwa Indonesia merupakan negeri korup, sangat bertolak belakang dengan Hong Kong yang merupakan negeri bersih dan antikorupsi. Tentang ini, Syifa Aulia menulis: Ah, andai saja negeriku itu (Indonesia, Kus) bisa seperti itu (antikorupsi, Kus). Tentunya tak ada lagi anak-anak jalanan yang telantar, tak banyak lagi perempuan dan ibu muda yang terpisah dari keluarga, merantau dan berserak di negeri orang ini (Hong Kong, Kus).
Bahwa Indonesia terkenal sebagai negeri korup di luar negeri, ini juga diungkap Aliyah Purwati dalam cerpen Laki-laki Afrika Selatan dalam Antologi Yam Cha (2010). Dalam cerpen itu, TKW Hong Kong asal Rembang, Jawa Tengah, tersebut menyampaikan rasa prihatinnya terhadap korupsi di negerinya melalui tokoh Adam, lelaki asal Afrika Selatan. Berikut kutipannya:
“Setahuku Indonesia adalah negara miskin yang sangat rawan dengan yang namanya korupsi. Siapa yang tidak kenal dengan Soeharto? Seorang presiden yang telah memimpin negaramu selama 32 tahun dengan sejuta kebusukannya,” katanya (-nya = Adam, laki-laki asal Afrika Selatan) panjang lebar sambil tersenyum agak sinis.
“Tuan, bagaimana mungkin Anda tahu banyak tentang negaraku sampai sedetail itu?” tanyaku (-ku = Zando, TKW di Hong Kong) sembari mengerutkan dahi saking herannya.
Rasa bangga jadi orang Indonesia ditunjukkan Tarini Sorrita di cerpen Batal dalam kumplan cerpennya, Penari Naga Kecil (2006). Bangga karena meskipun berbeda-beda agamanya, orang Indonesia rukun dan mengedepankan silaturahmi. Ini beda dengan orang luar negeri, semisal, di Hong Kong. Dalam cerpen Batal, TKW Hong Kong asal Cirebon, Jawa Barat, ini menulis:
Turun ke bawah ada Lan Fang, yang berkomentar tentang menyambut bulan suci Ramadan. Kalau bulan suci umat Islam ini datang, bukan hanya umat Islam-nya yang menyambut, semua penganut yang lain pun ikut sibuk.
Apalagi, nanti kalau Lebaran tiba, semua umat, terutama umat Islam berbahagia dan menyambutnya.
Aku teringat sama Mbak Ariani G.A. “Maria, kalau puasa kaya gini saya penginnya pulang ke Jakarta,” curhatnya.
Di Hong Kong, dengan kemampuannya berbahasa Kantonis dan Inggris, Tarini Sorrita memang banyak bergaul dengan banyak warga negara lain, tak hanya warga Hong Kong dan warga Indonesia. Sehingga, Tarini tahu keunggulan orang Indonesia dibandingkan orang dari bangsa lain dan itu membuatnya bangga menjadi orang Indonesia.
Tania Roos lain lagi cara mengekspresikan nasionalismenya di dalam cerpen. Dalam cerpen Suara Tembakan Waktu Subuh (dimuat di Berita Indonesia, Oktober 2003), Tania Roos mengangkat kisah bagaimana para perjuang Indonesia dulu dalam mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamasikan dari serangan Belanda yang hendak kembali menguasai Indonesia. Dalam cerpen tersebut, TKW Hong Kong asal Malang tersebut memperlihatkan betapa berat perjuangan para pahlawan kita semasa hidupnya. Tentu cerpen ini mengingatkan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan negeri ini tidak didapatkan dengan mudah, bernyawa-nyawa pun jadi korbannya.
Mungkin ada yang bertanya, apakah cerpen-cerpen demikian memang merupakan perwujudkan nasionalisme penulisnya atau bukan. Apakah itu bisa dijadikan ukuran kadar nasionalisme para pengarangnya? Mungkin ada kesangsian. Jika sangsi, setidaknya kita bisa mempertimbangkan apa yang dikemukakan salah seorang penulis Inggris, Samuel Butler (1835—1902): Every man’s work, whether it be literature or music or pictures or architecture or anything else, is always a portrait of himself. Jadi, kalau kita bertanya kepada Samuel Butler, jawabnya jelas. Cerpen-cerpen itu merupakan potret nasionalisme dari diri pengarangnya sendiri.
*) Kuswinarto, penikmat sastra
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar