Selasa, 19 Juli 2011

Nasionalisme TKW Hong Kong dalam Cerpen

Kuswinarto*
http://www.lampungpost.com/

Membicarakan nasionalisme di kalangan tenaga kerja wanita (TKW) kita di luar negeri sangat menarik. Sebab, bagi TKW (dalam asumsi saya), Indonesia yang menjadi Tanah Air mereka, tempat mereka lahir dan besar, bukanlah sebuah negeri yang bersahabat. Bagi mereka (masih dalam asumsi saya), Indonesia tak berpihak kepada rakyat kecil seperti mereka.

Betapa tidak? Indonesia memaksa sebagian besar dari mereka putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena Indonesia hanya mampu memberikan sebuah kemiskinan yang mengenaskan bagi keluarga mereka sehingga tak mampu menyekolahkan mereka. Itu masih ditambah kenyataan bahwa biaya pendidikan mahal dan itu terjadi di tengah maraknya kasus korupsi terhadap uang negara (baca: uang rakyat).

Karena orang tua miskin, para TKW terpaksa mengubur cita-citanya. Padahal bukan tidak mungkin jika terus menempuh pendidikan formal, sebagian dari mereka akan menjadi para pembaharu yang akan mengangkat Indonesia dari keterpurukan. Di Hong Kong, misalnya, ada juga TKW yang sebelumnya sudah berhasil masuk sebuah perguruan tinggi ternama di Indonesia, dari SD hingga SMA dia selalu mendapat juara kelas dan beasiswa. Tapi, ia tak jadi kuliah karena orang tua tak mampu dan terpaksa jadi TKW di Hong Kong sebagai babu. Tragis!

Lantas, meskipun negaranya tak berpihak kepada mereka, apakah para TKW luntur kecintaannya terhadap Indonesia? Ternyata tidak! Setidaknya, itu yang saya tangkap dalam sebagian cerpen karya para TKW Hong Kong. Meskipun masa depan mereka entah seperti apa jika tak berinisiatif sendiri “lari” ke luar negeri sebagai TKW, rasa nasionalisme mereka tetap tinggi. Cerpen berjudul Pertama dalam antologi cerpen Hong Kong Negeri Elok nan Keras di Mana Kami Berjuang (2002) karya Denok Kanthi Rokhmatika adalah buktinya.

Berikut kutipannya:

Lapis legit yang masih tiga perempat itu mendarat mulus di keranjang sampah, di depanku. Aku kaget. Tiba-tiba saja aku merasa harga kemanusiaan dan sekaligus kebangsaanku, manusia Indonesia, disejajarkan dengan sekerat kue yang pantas dimasukkan ke dalam keranjang sampah! Mengapa dia harus menanyaiku dulu sebelum membuangnya? Kan bisa saja dia langsung membuangnya, jika tak bermaksud menghinaku?

Terasa sekali Denok K. Rokhmatika, TKW Hong Kong asal Malang, Jawa Timur, lewat tokoh Aku mengungkapkan rasa terhinanya karena kue asli Indonesia dilecehkan bangsa lain, padahal dia bangga kue itu terkenal di luar negeri. Dia tetap cinta Indonesia, tetapi saat itu tidak bisa berbuat apa-apa, selain merasakan perih di dada. Itu karena yang melakukan penghinaan adalah orang yang baru saja akan mempekerjakannya sebagai pembantu rumah tangga.

Rasa cinta Tanah Air juga ditunjukkan Syifa Aulia lewat cerpen Hong Kong Topan ke-8 dalam antologi berjudul sama (2006). Dalam cerpen itu, TKW Hong Kong asal Kendal, Jawa Tengah, itu mengisahkan tokoh Aku, TKW yang juga aktivis HAM dan berteman dengan aktivis HAM lain dari beberapa negara di Hong Kong. Di kalangan aktivis HAM berbagai negara itu, Indonesia (pejabat dan masyarakatnya) terkenal dengan berbagai tradisi buruk. Salah satunya, orang Indonesia terkenal paling tidak menghargai waktu, suka ngaret kalau berjanji. Ini juga terjadi pada aktivis HAM dari Indonesia di Hong Kong, sedangkan aktivis HAM lain sangat menghargai waktu. Meskipun kesibukan seabrek, mereka selalu menepati janji, tak pernah terlambat menghadiri meeting, bahkan sering hadir 20 atau 15 menit lebih awal. Kalau yang dari Indonesia (kecuali tokoh Aku), terlambat dua jam itu sudah biasa.

Tokoh Aku malu tiap rekan sebangsanya terlambat menghadiri meeting, apalagi yang dari negara lain akan meledek habis-habisan. Aku malu bangsanya punya trade mark buruk soal waktu dan janji. Aku berontak jiwanya Indonesia dicap buruk, tetapi ia tak bisa berbuat banyak karena itu kenyataan. Yang bisa dilakukan Aku hanyalah berusaha agar dirinya selalu tepat waktu kalau berejanji atau meeting.

Dalam cerpen Hong Kong Topan ke-8 itu, Syifa Aulia juga mengemukakan bahwa Indonesia merupakan negeri korup, sangat bertolak belakang dengan Hong Kong yang merupakan negeri bersih dan antikorupsi. Tentang ini, Syifa Aulia menulis: Ah, andai saja negeriku itu (Indonesia, Kus) bisa seperti itu (antikorupsi, Kus). Tentunya tak ada lagi anak-anak jalanan yang telantar, tak banyak lagi perempuan dan ibu muda yang terpisah dari keluarga, merantau dan berserak di negeri orang ini (Hong Kong, Kus).

Bahwa Indonesia terkenal sebagai negeri korup di luar negeri, ini juga diungkap Aliyah Purwati dalam cerpen Laki-laki Afrika Selatan dalam Antologi Yam Cha (2010). Dalam cerpen itu, TKW Hong Kong asal Rembang, Jawa Tengah, tersebut menyampaikan rasa prihatinnya terhadap korupsi di negerinya melalui tokoh Adam, lelaki asal Afrika Selatan. Berikut kutipannya:

“Setahuku Indonesia adalah negara miskin yang sangat rawan dengan yang namanya korupsi. Siapa yang tidak kenal dengan Soeharto? Seorang presiden yang telah memimpin negaramu selama 32 tahun dengan sejuta kebusukannya,” katanya (-nya = Adam, laki-laki asal Afrika Selatan) panjang lebar sambil tersenyum agak sinis.

“Tuan, bagaimana mungkin Anda tahu banyak tentang negaraku sampai sedetail itu?” tanyaku (-ku = Zando, TKW di Hong Kong) sembari mengerutkan dahi saking herannya.

Rasa bangga jadi orang Indonesia ditunjukkan Tarini Sorrita di cerpen Batal dalam kumplan cerpennya, Penari Naga Kecil (2006). Bangga karena meskipun berbeda-beda agamanya, orang Indonesia rukun dan mengedepankan silaturahmi. Ini beda dengan orang luar negeri, semisal, di Hong Kong. Dalam cerpen Batal, TKW Hong Kong asal Cirebon, Jawa Barat, ini menulis:

Turun ke bawah ada Lan Fang, yang berkomentar tentang menyambut bulan suci Ramadan. Kalau bulan suci umat Islam ini datang, bukan hanya umat Islam-nya yang menyambut, semua penganut yang lain pun ikut sibuk.

Apalagi, nanti kalau Lebaran tiba, semua umat, terutama umat Islam berbahagia dan menyambutnya.

Aku teringat sama Mbak Ariani G.A. “Maria, kalau puasa kaya gini saya penginnya pulang ke Jakarta,” curhatnya.

Di Hong Kong, dengan kemampuannya berbahasa Kantonis dan Inggris, Tarini Sorrita memang banyak bergaul dengan banyak warga negara lain, tak hanya warga Hong Kong dan warga Indonesia. Sehingga, Tarini tahu keunggulan orang Indonesia dibandingkan orang dari bangsa lain dan itu membuatnya bangga menjadi orang Indonesia.

Tania Roos lain lagi cara mengekspresikan nasionalismenya di dalam cerpen. Dalam cerpen Suara Tembakan Waktu Subuh (dimuat di Berita Indonesia, Oktober 2003), Tania Roos mengangkat kisah bagaimana para perjuang Indonesia dulu dalam mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamasikan dari serangan Belanda yang hendak kembali menguasai Indonesia. Dalam cerpen tersebut, TKW Hong Kong asal Malang tersebut memperlihatkan betapa berat perjuangan para pahlawan kita semasa hidupnya. Tentu cerpen ini mengingatkan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan negeri ini tidak didapatkan dengan mudah, bernyawa-nyawa pun jadi korbannya.

Mungkin ada yang bertanya, apakah cerpen-cerpen demikian memang merupakan perwujudkan nasionalisme penulisnya atau bukan. Apakah itu bisa dijadikan ukuran kadar nasionalisme para pengarangnya? Mungkin ada kesangsian. Jika sangsi, setidaknya kita bisa mempertimbangkan apa yang dikemukakan salah seorang penulis Inggris, Samuel Butler (1835—1902): Every man’s work, whether it be literature or music or pictures or architecture or anything else, is always a portrait of himself. Jadi, kalau kita bertanya kepada Samuel Butler, jawabnya jelas. Cerpen-cerpen itu merupakan potret nasionalisme dari diri pengarangnya sendiri.

*) Kuswinarto, penikmat sastra

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar