Jumat, 01 Juli 2011

Ateisme Kepenyairan, Jalan Menuju Tuhan

Damhuri Muhammad*
Kompas, 9 Desember 2008

BISAKAH sastra dan agama bersekutu, lalu mendedahkan kebenaran yang sama? Bila pertanyaan ini diajukan kepada Adonis, dipastikan jawabnya mustahil. Bagi penyair Arab terkemuka itu, puisi dan agama bagai dua sumbu kebenaran yang bertolak belakang.

Puisi adalah pertanyaan, sementara agama adalah jawaban. Puisi adalah pengembaraan yang dituntun oleh keragu-raguan, sedangkan agama adalah tempat berlabuhnya iman dan kepasrahan. Lebih jauh, di ranah kesusastraan Arab, puisi dan agama bukan saja tak seiring jalan, agama bahkan memaklumatkan, jalan puisi bukan jalan yang menghulu pada kebenaran, tetapi menjerumuskan pada lubang kesesatan. Agama menyingkirkan para penyair Arab jahiliah ke dalam kelompok orang-orang sesat, orang-orang majnun (gila), penyihir. Inilah muasal segala kegelisahan dalam kepenyairan Adonis, yang disampaikannya pada kuliah umum di Komunitas Salihara, Jakarta (3/11/2008).

Tak ragu Adonis mengatakan bahwa sejak munculnya agama, tradisi puisi Arab redup dan akhirnya padam. Para penyair dianggap gila lantaran jalan puisi adalah jalan sesat, lagi menyesatkan. Itu sebabnya Adonis menjadi pembela jalan puisi yang telah disumbat rapat-rapat itu. Lahir dengan nama asli Ali Ahmad Said di Desa Al-Qassabin, Suriah, 1930. Meski baru bersekolah di usia 13 tahun, anak seorang petani yang juga imam masjid itu sudah belajar menulis dan membaca pada seorang guru di desanya dan sudah hafal Al Quran di usia sebelia itu.

Pada tahun 1944 ia membacakan puisi heroiknya di hadapan Presiden Suriah Shukri al-Kuwatli. Presiden terpesona dan mengirimkan Adonis masuk ke sebuah sekolah Perancis di kota Tartus. Adonis lulus dari Universitas Damaskus (1954) dengan spesifikasi filsafat.

Ia menerbitkan kumpulan sajak pertamanya pada 1955 dan pernah dipenjara karena pandangan politiknya. Pada 1956, Adonis meninggalkan tanah airnya, pindah ke Lebanon. Selama 20 tahun ia tinggal dan jadi warga negara di tanah jiran itu. Sejak 1986 Adonis pindah ke Paris. Ia telah menulis karya: puisi dan prosa lebih kurang 30 buku dan telah diterjemahkan ke pelbagai bahasa. Namanya kerap disebut sebagai calon kuat peraih Hadiah Nobel Sastra (tahun 2005, 2006, 2007).

Antologi puisi Nyanyian Mihyar dari Damaskus (terjemahan dari Aghânî Mihyâr Dimasyqî ini disebut-sebut sebagai karyanya yang paling masyhur di samping al-Tsawâbit wal Mutahawwil (Yang Tetap dan Yang Berubah)—yang kerap disebut karya pengarang ateis khas Timur. Adonis mengagumi pencapaian puitis para penyair Arab klasik seperti Imrul Qays (w. 550 M) yang menurutnya telah meniupkan ruh kebebasan berkreasi, memperlihatkan upaya pencarian ”yang baharu” dalam ungkapan, susunan kata, dan tidak mengacu pada ukuran-ukuran masa lampau. Namun, menurut dia, tradisi puisi yang gemilang ini mati sejak munculnya tradisi wahyu. Dalam pencarian kebenaran, penyair digantikan nabi. Di titik inilah ateisme kepenyairan Adonis bertumbuh, berkembang lalu memuncak pada sajak-sajak pendeknya seperti;

kita mati jika tidak kita ciptakan Tuhan
kita mati jika tidak kita bunuh Tuhan (dari sajak ”Sebuah Kematian”).

Mihyar sebentuk lagu pilu, elegi guna meratapi matinya kebebasan di jalan puisi. Adonis membangun sekian banyak pengamsalan tentang ketersingkiran penyair Arab kuno; penyihir debu, lonceng tanpa denting, orang-orang asing yang bahkan diasingkan oleh bahasanya sendiri. Ini senada dengan penilaian Ulil Abshar Abdalla (2004) bahwa Adonis mengumpamakan tradisi kepenyairan Arab seperti keterlunta-luntaan dan kepahitan hidup Al-Mutanabbi, penyair besar masa Dinasti Abbasiyah (abad ke-9). Al-Mutanabbi salah satu penyair yang dikagumi Adonis dan ia hendak mengasosiasikan diri pada sosok penyair yang hidupnya penuh liku dan dramatis itu. Satu ketika menjadi penyair istana, dipuja-puji, dihormati, tetapi kemudian dimusuhi istana, dijauhi oleh masyarakat, sejak itu ia menulis sajak-sajak yang pesimistis. Hidupnya berantakan dan akhirnya meninggal dengan cara yang tragis karena miskin. Pesimisme macam itu juga tergambar dalam sajak-sajak Adonis;

akan kami bunuh kebangkitan dan harapan
kami akan menyanyi dan berlindung
kami akan hidup bersama batu: kami, puisi, dan hujan
Biarkan kami o, Abu Nuwas. (Elegi untuk Abu Nuwas).

Adonis ateis?

Akan tetapi, benarkah Adonis mengingkari jalan wahyu karena tradisi kenabian telah mengalahkan tradisi kepenyairan? Apakah tuduhan ”ateis” layak diberikan kepadanya lantaran ia hendak meniadakan Tuhan demi kelapangan jalan puisi? Kalaupun ada teks agama yang memaktubkan ketersesatan penyair Arab, tentu tidak serta-merta berarti ketersesatan semua penyair pada masa itu. Tengoklah Hasan bin Tsabit yang tetap menggubah syair-syair madah (pujian) setelah teks turun. Berapa banyak penyair Arab yang cemerlang di masa nabi, lebih- lebih masa sesudah nabi? Lagi pula setiap ayat yang turun selalu dilatarbelakangi oleh asbab an-nuzul (sebab-sebab turun ayat). Artinya, penegasan teks perihal penyair sebagai penyihir dan majnun itu sifatnya kasuistik, tidak menggeneralisasi semua penyair. Bila Adonis kecewa dengan jalan kepenyairan yang menurutnya telah dibuntukan itu, kenapa ia masih mengakui pencapaian estetik Al-Mutanabbi, Al-Ma’arri dan Al-Buhturi yang ketiganya hidup di kurun pasca-kenabian?

Meski Adonis ”meniadakan” Tuhan di jalan kepenyairan, tetapi ”ateisme” itu tidak dalam rangka menjauhi Tuhan sebagaimana lelaku para ateis lain. Tampaknya Adonis hanya sedang dijangkiti kegelisahan lantaran sekian banyak jalan lama ternyata gagal mengantarkannya kepada Tuhan. Itu sebabnya ia meneruka jalan baru, yang meski tanpa Tuhan, tetapi pasti menghulu ke hadirat-Nya. Diam-diam Adonis sedang mempersiapkan sajak-sajaknya menjadi sebentuk ”bahasa lain” guna menjelaskan Tuhan masa depan:

sungguh, aku bahasa untuk Tuhan masa depan
sungguh aku penyair debu (Orpheus).

Jalan puisi yang hendak menyelamatkan nama Tuhan, yang selama berkurun-kurun terperangkap dalam bahasa agama- agama. Sampai di sini, Mihyar bukan lagi elegi untuk kematian puisi, di tangan Adonis, ia menjadi gairah asketis yang tiada bersudah dalam meraih persekutuan dengan Tuhan. Maka, tak ada yang perlu dicemaskan pada kepenyairan Adonis sebab ia bukan ateis, tetapi (mungkin) seorang perenialis….

*) Cerpenis Bergiat di Balesastra Kecapi, Jakarta
Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2008/12/sastra-dan-agama-ateisme-kepenyairan.html

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar