UU Hamidy
Riau Pos, 13 Feb 2011
Kelemahan Kritik Sastra
KRITIK sastra paling kurang harus bagaikan seligi tajam bertimbal. Pada satu arah terhadap pengarang karya itu. Pengarang dapat mengetahui kebaikan dan kekurangan karyanya sehingga dia dapat membuat karya yang lebih baik. Pada arah yang satu lagi untuk para pembaca. Dari ulasan kritikus sastra, pembaca mendapat pemahaman atau apresiasi yang lebih memadai, sehingga dia dapat semakin suka membaca karya sastra.
Kritik sastra yang berlaku terhadap novel dan cerpen hampir tak pernah menyinggung masalah agama yang telah dilarutkan dalam watak dan tingkah-laku tokoh cerita. Para pengamat hanya menaruh perhatian pada pertikaian tokoh cerita yang disebabkan oleh faktor-faktor lahiriah semata. Para tokoh cerita hanya punya konflik dengan tokoh lain oleh faktor kepentingan hawa nafsu atau kepentingan dunia semata. Karena itu akar masalah pertikaian tokoh hanya dicari oleh kritikus pada sifat-sifat pribadi yang berkaitan dengan kepentingan hidup bendawi. Hampir tak pernah kita jumpai suatu telaah yang mencoba melihat perkara agama sebagai bagian yang mendasar dalam watak dan perilaku tokoh cerita.
Hal ini terjadi, karena memang banyak novel dan cerpen tidak memberikan kesan atau gambaran yang memadai tentang agama tokoh cerita. Karangan serupa itu sebenarnya dapat dikatakan sebagai karya yang bersifat sekuler. Sebab, pengarang memandang tidak perlu memberi warna agama terhadap perilaku tokoh cerita. Pengarang seperti ini sebenarnya tidak jelas niatnya untuk mengarang. Dia mungkin hanya mencari popularitas untuk mendapat nama sebagai pengarang. Karya serupa itu hanya dapat memberikan hiburan, tapi juga dapat memberikan perangai yang buruk kepada kalangan pembaca. Sebab, tak ada nilainya untuk memperbaiki martabat pembacanya. Pengarang ini termasuk orang yang paling merugi dalam perbuatannya, padahal dia menyangka telah berbuat sebaik-baiknya. Sebagaimana dibidas oleh Alquran dalam Surah al Kahfi ayat 101-104.
Meskipun demikian, pengarang yang punya niat baik telah memberi warna agama terhadap watak dan perilaku tokoh cerita. Novel Atheis karya Achdiat Karta Mihardja, telah menempatkan agama sebagai sumber konflik dalam cerita. Hasan sebagai pelaku utama terombang-ambing hidupnya setelah pindah dari Islam kepada komunis lantaran pengaruh cinta terhadap perempuan. Novel seakan hendak menandaskan bahwa cinta tanpa cahaya iman hanya bagaikan fatamorgana. Sementara Hamka melarutkan dakwah Islam dengan lembut dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah. Dalam novel itu Hamka menggambarkan, mengganti cinta terhadap kekasih (manusia) dengan cinta terhadap Tuhan, benar-benar pilihan yang bijaksana. Sebab, cinta kepada kekasih akan luntur oleh ruang dan waktu. Sedangkan cinta terhadap Allah akan semakin cemerlang dan abadi. Karena itulah cinta terhadap Allah dan Rasul-Nya harus di atas segala cinta terhadap manusia, harta benda dan jabatan.
Lintasan Hidup
Soeman Hs adalah anak jati Riau. Sebab, beliau dilahirkan serta dibesarkan dalam masyarakat dan budaya Melayu. Dia lahir tahun 1904 di Bagangiapiapi, menghirup air dan udara budaya Melayu bersama dengan budak-budak Melayu di daerah itu. Meskipun ayah dan ibunya berasal dari Kotanopan (Mandailing), namun setelah bermukim di Bagansiapiapi, mereka memandang itulah kampung halamannya. Mereka tak mengenal lagi pulang kampung. Sebab, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.
Soeman Hs adalah anak Wahid Hasibuan yang lebih terkenal dengan Lebai Hasyim bersama isterinya bernama Tarumun. Lebai Hasyim adalah orang terpandang di kampung itu. Dia seorang guru agama dengan gelar lebai, suatu gelar ulama dalam tradisi Melayu yang islami. Soeman sebagai anak ketiga telah menjadi anak yang saleh. Keluarga ini, di samping menunaikan rukun Islam dan rukun iman dengan taat, tentulah juga menjalankan syariat Islam dalam keluarganya.
Soeman masuk Sekolah Melayu tahun 1912-1918. Tahun 1918, lulus menjadi guru. Tahun 1923 tamat Normaaleursus Langsa, lalu diangkat jadi guru MIS di Siak Sri Indrapura. Tahun 1910 pindah ke Pasirpangaraian diangkat menjadi guru kepala Sekolah Melayu. Dalam zaman Jepang (1942-1945) meniadi singaku (penilik sekolah). Setelah pemulihan kedaulatan 1949 pindah ke Pekanbaru. Pada tahun 1960 pensiun dari penilik sekolah.
Soeman mulai mengarang tahun 1928. Tulisannya semula dimuat pada Pewarta Deli dan Sinar Deli terbitan Medan. Tulisan itu berupa berita kapal karam, perampokan serta kebakaran. Kemudian menulis untuk Panji Pustaka dan majalah Pujangga Baru terbitan Betawi (Jakarta). Novelnya yang pertama ialah Kasih Tak Terlerai, ditulis di Siak Sri Indrapura tahun 1929. Kemudian novelnya Mencari Pencuri Anak Perawan diterbitkan oleh Balai Pustaka tahum 1933. Karyanya yang lain ialah Tebusan Darah, Percobaan Setia dan kumpulan cerpen Kawan Bergelut.
Sentuhan Dakwah
Soeman Hs sebagai sastrawan atau pengarang telah mendapat pengakuan sebagai pengarang yang sulit dicari tandingannya. Dia dipandang sebagai pelopor cerita pendek. Dia diakui sebagai pengarang gaya jenaka yang segar. Kepadanya disematkan pula satu-satunya pengarang gaya detektif dalam belantara sastra Melayu Nusantara.
Tulisan yang sederhana ini mencoba melihat karangan Soeman dari sentuhan dakwah agama Islam. Kajian ini perlu dibuka, karena Soeman adalah seorang hamba Allah yang taat beragama Islam. Penampilan dan gaya hidunya benar-benar memberi kesan sebagai seorang mukmin yang menghayati agamanya.
Dia sungguh telah hadir, bukan hanya semata-mata sebagai guru dan pengarang, tetapi lebih-lebih di atas segalanya sebagai seorang mukmin yang memancarkan dakwah Islam dengan sinar wajahnya. Sungguh, dia telah membuktikan dirinya anak seorang lebai atau ulama.
Dengan sosok pribadi yang mulia itu tak mungkin Soeman hanya mengarang untuk sekadar karangan. Insan ini niscaya mengarang dengan niat yang ikhlas menyampaikan pesan-pesan kebenaran kepada khalayak, sebagaimana orang beriman dipanggil Allah berbuat demikian. Meskipun nama Soeman telah harum sebagai pengarang yang piawai, namun hal itu terkesan bukanlah tujuannya, sebagaimana banyak diharapkan oleh para sastrawan dewasa ini. Itu terbukti dari sambutan atau reaksi Soeman sendiri, yang hanya biasa-biasa saja terhadap julukan atau pujian yang diarahkan kepadanya. Gaya dan penampilannya tidak berubah oleh pujian itu.
Novelnya yang bertajuk Percobaan Setia telah memberi tekanan bahwa kesetiaan tidak akan diterima tanpa lebih dahulu mendapat cobaan. Dalam cobaan itulah akan terbukti seseorang setia atau tidak. Hal ini sejalan dengan panduan agama Islam yang dianut oleh orang Melayu, yang tertera dalam Alquran Surah Al-Ankabut ayat 2 yang artinya, “Apakah manusia akan dibiarkan berkata ‘kami telah beriman’ padahal mereka belum diuji?”
Novel Percobaan Setia menggambarkan kesetiaan yang tahan uji. Tokoh utama Syamsuddin, mula-mula kematian ayah, sehingga jadi yatim. Lalu diejek oleh teman-temannya dengan panggilan Syamsuwalyati. Kemudian difitnah hendak berbuat serong. Muncul lagi ujian kecurian uang bahkan kakinya patah. Sementara temannya sendiri telah menipunya.
Meskipun Syamsuddin telah terbayang sebagai pribadi yang tahan uji kesetiaannya, tetapi sebagai manusia yang punya sifat tergesa-gesa dia tergelincir juga oleh syaitan dalam perbuatan kecil. Ketika kesulitan dalam kapal, dia terpaksa pura-pura bisu dan menjual ketela dengan sedikit bual. Hal ini diakui oleh tokoh cerita sebagai dosanya, sebagaimana dia berkata, “Hanya kurasa banyak amat aku berdusta, suatu yang tidak patut dilakukan seorang haji yang sudah menempuh Tanah Suci namanya”.
Dalam kumpulan cerpen Kawan Bergelut, Soeman paling kurang memberikan tiga sentuhan dakwah. Pertama, dalam cerpen ‘’Fatwa Membawa Kecewa” Soeman seakan memberi peringatan agar hati-hatilah menjadi ulama. Kalau akhlak belum baik, ajaran Islam tidak akan mangkus disampaikan. Bahkan dapat merugikan diri sendiri. Begitulah Lebai Saleh punya tabiat buruk, suka meminta segan memberi. Dia memberi fatwa agar banyak bersedekah dengan harapan orang berjejal-jejal bersedekah kepadanya. Walhasil, ketika isterinya bersedekah kepada tamunya, dia marah-marah. Maka, terbukalah rahasia perangai lebai yang pelahap itu.
Kemudian dalam cerpen ‘’Selimut Bertuah’’ pengarang yang piawai ini memberikan kritik, apa yang terjadi jika suami tidak lagi memegang kemudi rumah tangga. Kalau sudah isteri merasa lebih kuasa dari suami, maka kata Soeman ‘’tuah betina celaka jantan”. Begitulah Cik Dang yang lemah iman telah mencintai isterinya di atas segala yang ada. Dia selalu berusaha menyenangkan hati isterinya dengan berbagai cara, sehingga “senyum isterinya menjatuhkan Cik Dang kepada budak”.
Novel Tebusan Darah telah dihidangkan oleh Soeman kepada khalayak untuk menyampaikan kebenaran, bahwa Islam itu tinggi, tidak ada yang akan dapat menandinginya. Amin sebagai tokoh utama dalam cerita telah dipertemukan dengan gadis bernama Annie, keturunan orang Eropa yang memperisteri perempuan Cina. Ayah Annie bernama Sir Djoon adalah polisi mata-mata. Amin sebagai bujang Melayu bekerja menjadi kerani. Penampilan Amin dengan akhlak yang halus serta budi bahasa yang lembut, telah memperbaiki martabatnya di mata majikannya. Berkat kejujuran dan kecerdasannya, Amin kemudian diangkat oleh Sir Djoon menjadi pembantunya dalam tugas kepolisian.
Dalam suatu pertarungan dengan kawanan penjahat, Amin dengan tangkas berhasil melumpuhkan lawannya, sehingga Sir Djoon selamat dari maut. Keadaan ini membuat hubungan jadi berbalik. Semula Amin yang merasa berhutang budi kepada Sir Djoon, tapi kemudian malah Sir Djoon dan keluarganya yang merasa berhutang budi pada Amin. Maka, Sir Djoon dengan persetujuan isteri dan anaknya mengambil kata putus untuk mempertemukan Amin dengan annie sebagai suami-isteri.
Sungguh pun pada zahirnya Amin terkesan gembira telah bertunangan dengan Annie, karena anak gadis itu memang telah lama menyentuh hatinya, tetapi batinnya tetap gelisah. Amin menyadari bahwa rumah tangga hanya dapat memberikan ketenangan dan kebahagiaan dalam tatanan syariah Islam. Tanpa syariah lslam, tiap kebahagiaan adalah bayangan yang akan hilang. Kegelisahan itu rupanya dapat dikesan oleh Annie. Tetapi sementara itu, Annie sudah melihat bukti, betapa akhlak mulia yang terpancar dari Amin, berkat ketaatannya melaksanakan syariah Islam secara utuh. Annie menyadari, akhlak mulia yang terpancar melalui budi pekerti yang halus pada Amin, karena bersandar pada iman yang kokoh. Berada di atas nilai segala harta benda, keturunan dan kedudukan. Islam memang membuat hidup manusia jadi mulia. Maka, dengan tiada keraguan Annie mengucapkan Dua Kalimah Syahadat di hadapan Amin, pertanda dia rela memeluk Islam dengan ikhlas, demi mencapai kebahagiaan yang abadi.***
UU Hamidy, budayawan Riau. Telah menulis puluhan buku tentang sastra dan budaya. Bermastautin di Pekanbaru
Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2011/02/soeman-hs-sentuhan-dakwah-dalam.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar