Selasa, 01 Februari 2011

Menjadikan Sederhana, Bukan Hal Sederhana

S.W. Teofani
http://www.lampungpost.com/

Membuat segala sesuatu menjadi sederhana dan mudah diterima bukanlah pekerjaan yang sederhana. Butuh kejelian dan kematangan menguasai hal-hal yang tidak sederhana. Di zaman serbasulit kesederhanaan menjadi “barang mewah” yang tak mudah mendapatkannya. Sehingga tidak lagi dikatakan langkah sederhana.

Mengungkai kesederhanaan dengan upaya yang tidak sederhana, mungkin itulah yang sedang dilakukan Komunitas Berkat Yakin (Kober). Komunitas yang diasuh Ari Pahala Hutabarat ini, beberapa bulan terakhir (mulai Juni 2010), concern menggarap mikroteater, sebagai terobosan untuk menggairahkan kembali dunia perteateran di Lampung.

Pertunjukan teater yang semula identik dengan banyaknya pemain, lamanya durasi pementasan, dan rumitnya jalan cerita, “disederhanakan” menjadi pementasan yang lebih singkat; durasi antara 5—20 menit, dengan sedikitnya aktor, bahkan dapat dilakukan dengan seorang saja (monolog), tanpa mengurangi pesan cerita, bobot teatrikal, dan estetika pementasan.

Sekali lagi, ini bukan pekerjaan sederhana. Butuh kekuatan dari masing-masing komponen, terutama aktor, untuk membetot perhatian penonton menyimak pesan yang disampaikannya. Seorang aktor yang memainkan lakon dalam mikroteater ditutut untuk seefisien mungkin melakukan gerak, ekspresi, juga improvisasi. Segala hal yang ditampilkan harus mewakili pesan, tidak ada hal-hal “mubazir” dalam mikroteater. Kesalahan kecil saja yang diperbuat aktor dalam mikroteater, akan mencederai pertunjukan. Tapi jika sang aktor bisa mermain all out, akan menjadi prestasi dengan bobot berlipat, karena mampu berbuat maksimal dengan personel yang minim. Butuh kesungguhan dan kemampuan akting mumpuni bagi aktor mikroteater.

Begitu pun aksesori panggung. Setiap yang tertangkap mata wajib benda-benda yang mewakili tujuan mementasan. Tak ada “lemak” pada “tubuh” mikroteater. Inilah kerja menuju sederhana yang tidak sederhana itu. Butuh keseriusan dan konsistensi bagi setiap kru mikroteater.

Ini telah ditunjukan oleh aktor-aktor Kober dalam empat kali pementasan yang dilakukan pada November—Desember 2010, di tempat berbeda. Diawali dari pementasan di “rumah sendiri”, di UKMBS Unila, Kober mementaskan lakon Tua, apresiasi dari cerpen Putu Wijaya, diperankan Eka Yulianti. Lalu Kehendak Menjadi Hening, yang mengapresiasi puisi Aripahala Hutabaratm, diaktori Arya Wunanda; dan Hati yang Meracau, karya Edgar Allan Poem, dengan aktor Yulizar Fadli.

Pada pementasan kedua, di Gedung FKIP Unila, dan ketiga, di Umitra, dipentaskan lakon Tua, dengan pemeran yang sama dengan pementasan pertama, dan Bara di Hamparan Salju, karya Osman Saadi, lakon hasil improvisasi Iswadi Pratama, dipentaskan oleh Kiki Rahmatika.

Sedangkan pada pergelaran di Metro, dipentaskan Tua, Bara di di Hamparan Salju, dan Hati yang Meracau. Untuk pementasan keempat, di UML, pada Kamis (24-11), ditampilkan Kehendak Menjadi Hening, Bara di Hamparan Salju, dan Merdeka, karya Putu Wijaya, yang dimainkan Ahmad Thohamudin. Pementasan akan terus berlangsung di 13 kota/kabupaten hingga Oktober 2011, dengan 50 kali pementasan.

Dari empat kali pementasan ini bisa menjadi ukuran kebeberhasilan awal aktor Kober atas “uji coba” mikroteater di Lampung.

Sebagai contoh Bara di Tengah Salju, dilakonkan Kiki Rahmatika, yang memerankan tokoh Aisyah. Kekuatan akting Kiki, diimbangi aksesori panggung yang mendukung (tetap dengan konsep efisien-efektif), pementasan ini mampu menyedot emosi penonton. Menyimak pertunjukan ini seperti benar-benar menyaksikan Aisyah, gadis Aljazair di masa perang, yang sendirian di tengah hutan pada musim salju. Gadis malang itu menjadi gundah saat suara gemuruh pesawat pengintai tentara Prancis mendekat. Dia sekuat tenaga menghindarinya, terseok-seok di antara tebalnya salju dengan hawa dingin menusuk tulang. Deritanya belum tunai, karena pamannya, Sya’i, akhirnya syahid diberondong tentara Prancis. Gadis itu pun menyelamatkan diri di tempat persembunyiuan, dalam dingin salju dan cekam ketakutan setiap mendengar gemuruh pesawat tentara Prancis yang mengincarnya.

Sepenjang pertunjungan Bara di Hamparan Salju, penonton akan terbawa ke negeri yang jauh, dengan kekejaman tentara Prancis yang diekspresikan dengan tandas oleh Kiki. Meskipun dengan konsep efisian, tatanan panggung mampu menampilkan ganasnya musim salju, suara deru pesawat diimbangi ekspresi ketakuatan Aisyah membawa kita menyelam pada kejahatan perang, khususnya bagi perempuan.

Monolog Aisyah tentang kekejaman tentara Prancis, kehilangannya keluarga, derita trauma perang, lenyanya sang kekasih, membawa kita sampai pada keinsyafan bahwa di negeri lain, di tanah yang jauh itu, kemerdekaan sangat mahal. Seluruh cerita membawa penonton pada cekam kengerian perang yang dipuncaki dengan rebahnya gadis Aisyah hingga terkubur salju, membiarkan air duka kita meleleh. Kiki mampu memerankan Aisyah dengan apik, yang membuat kita ingin menyaksikannya lagi.

Lain Kiki, lain pula Eka Yulianti, yang berakting pada lakon Tua, karya Putu Wijaya. Diawali dengan pemandangan sosok nenek sedang duduk di kursi, yang dengan susah payah, karena matanya yang telah rabun, menjahit tangan pakaian. Kesenyapan yang terbangun memelantingkan kita pada sunyi hari tua yang mencemaskan. Dalam hening itu muncul tamu yang tidak dikenalnya, mengahadirkan ketidaknyamanan. Tamu itu mendekat, membuat sang nenek bereaksi menghindar. Tapi dia terus mendekat dan merapat, sekuat tenaga wanita tua itu menghindarinya. Dilemparkannya benda-benda yang bisa diraihnya hingga mengenai tamu asingnya. Tapi tamu itu terus mendekat dan merapat hingga merasuk ke dalam tubuh si nenek. Eka Yulianti memerankan nenek dengan piawai, dan mampu mendalami kecemasan dan ketakutan si nenek pada tamu, tamu ketuaan, yang menderanya. Penonton terbawa pada suguhan kengerian sang nenek pada teror tua yang menderanya. Pementasan ini menjadi warna lain pada perjalanan mikroteater yang tak kalah menarik.

Begitu juga lakon lain, Kehendak Menjadi Hening dan Merdeka, yang dipentaskan dengan durasi singkat, tapi mampu mendedah ruang kosong diri penonton.

Pementasan awal dari rencana panjang ini menjadi gambaran “keberhasilan” terobosan yang mampu dilakukan mikroteater. Dengan jumlah penonton yang selalu memenuhi ruangan, bisa menjadi ukuran bahwa “uji coba” dan kerja-kerja cerdas ini diterima. Dengan banyaknya jam terbang yang akan mereka jalani, pasti akan menghibahkan banyak pelajaran baru juga kematangan bertakting.

Terlalu sayang bagi penyuka teater melewatkan pentas-pentas selanjutnya yang akan mendedah keheningan dunia perteateran Lampung. Langkah berani ini dapat menjadi hadiah indah di ujung tahun bagi dunia perteateran kita. Selamat berkreasi, selamat menyaksikan.

*) Cerpenis, tinggal di Lampung

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar