Abdullah Khusairi
http://kendaripos.co.id/
Selangkah lagi cita-citaku untuk melanjutkan kuliah S-2 tercapai. Beasiswa dari Laiden itu jawaban pasti dari gelora di dada selama ini. Semua seperti sudah di depan mata. Tak lagi aku perlu berangan-angan dari waktu ke waktu seperti Pungguk yang terus merindukan bulan.
’’Mak, aku dapat beasiswa kuliah S-2 dan mungkin juga S-3 di Belanda.’’ Aku kirim pesan pendek ke handphone adikku, Rai, di Sawahlunto. Aku yakin akan disampaikannya kepada emak.
’’Selamat. Semoga sukses selalu,’’ begitu balasan pesan pendek itu datang. Ya, aku bahagia mendengar jawabannya. Walau sebenarnya aku ingin jawaban yang lebih; boleh atau tidak aku pergi kuliah di negeri kincir angin itu. Ah, biasanya Rai sedang tak di rumah.
***
Jika saja ayah masih hidup, pastilah ia amat bangga mendengar berita kesuksesan ini. Dan, tentu akan mengizinkan dengan senang hati. Karena ayah sadar betul tentang pentingnya pendidikan untuk anak-anaknya. Ia pernah menyatakan, biarlah ayah dan ibu bekerja keras, yang penting kami anak-anaknya selalu belajar dengan rajin. Tapi, ayah tak ada lagi, telah pergi ke kampung orang mati. Hidup di sana bersama dengan yang lain. Sebuah perkampungan yang sepi.
Dan, aku juga ingin jawaban; emak begitu mengizinkan dan akan selalu mendoakan untuk kesuksesanku. Tapi emak, mungkinkah ia mengizinkan?
***
Kepastian aku akan berangkat dua bulan lagi datang dari Pak Yulizal Yunus, dekan Fakultas Ilmu Budaya tempat aku mengajar.
’’Saudari Fiani, kau harapan dari fakultas ini untuk antropologi dan politik.’’ Begitu komentar Pak Yuyu, demikian kami se-fakultas memanggilnya. Setelah memberikan ucapan selamat dan menandatangani seluruh rekomendasi, Pak Yuyu juga mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu untukku. Aku menolak, tetapi ia memaksa agar aku menerimanya. Apa boleh buat, aku harus menerimanya dengan malu-malu mengucapkan terima kasih. Lalu aku berlalu dari ruangannya.
Sebenarnya, beasiswa dari perguruan tinggi dari negeri Belanda itu cukup banyak. Hanya saja, selain persaingan yang ketat, memang kemampuan berbahasa asing dan wawasan keilmuan haruslah melebihi di atas rata-rata.
Aku memang termasuk perempuan yang berambisi untuk mendapatkan beasiswa. Selain rajin membuka situs internet khusus mencari informasi beasiswa, aku juga punya kenalan di beberapa institusi di Belanda. Seperti Bang Suryadi, yang rajin mengirim kabar lewat email kepadaku. Dia staf pengajar di mana aku nanti akan melanjutkan kuliah. Dia sudah belasan tahun tinggal di sana.
’’Pokoknya jangan kuatir untuk hidup di sini. Semuanya menarik untuk dipelajari dan dicermati.’’ Begitu salah satu tulisan Bang Suryadi kepadaku. Ia juga mengucapkan selamat atas keberhasilanku menjadi mahasiswa di Universitas Leiden.
Rasa cawan di tepi bibir. Aku tak tahan lagi ingin segera berangkat. Tetapi masih terlalu lama. Satu bulan lagi. Dan, setidaknya aku harus pulang untuk pamit kepada keluarga dan kaum kerabat di kampung halaman. Sebuah kampung kecil di lintasan Sumatera, bernama Silungkang. Sebuah kampung yang pada masa pergerakan melawan Belanda menjadi pusat peperangan. Sebelum ada pergerakan kemerdekaan, pada dekade 1880, kampungku itu adalah pusat pemerintahan Belanda. Begitulah yang aku tahu tentang kampung halamanku. Dan, kakek dari kakekku menurut cerita, punya peran penting dalam pemerintahan Belanda. Walau akhirnya membelot dan menjadi pemasok karaben (jenis senjata api) pada waktu itu. Sayangnya, tak ada arsip tertulis tentang ini. Kata orang, arsip terlengkap di dunia itu ada di museum Belanda, aku berminat untuk mencarinya nanti.
Waktu aku kecil pernah melihat benda itu dipegang oleh paman, setelah itu raib entah ke mana. Karena rumah tua kaum kami roboh dan didirikan rumah baru di atasnya. Rumah itu, adalah rumah pamanku.
***
Aku berniat untuk pulang, minta izin berangkat ke negeri impian para sejarawan itu. Setidaknya, aku harus berada di rumah, dua atau tiga hari di rumah. Tetapi, susahnya, jadwal menjelang berangkat amat padat. Dua minggu lagi akan masuk jadwal ujian semester untuk mahasiswa yang aku ajarkan. Tentu aku harus menyiapkan materi ujian, lalu memeriksa hasil ujian dan memberi nilai kepada mereka.
Sedangkan pada masa libur tenang aku harus ke Bukittinggi, jadi pembicara seminar Sejarah Boekittinggi Masa Belanda yang digelar sebuah universitas swasta di sana. Sementara itu, persiapan paspor dan segala macam surat-menyurat, mulai dari rektor, departemen dan kedutaan belum semua selesai. Sungguh, kini aku dihadapkan setumpuk tugas penting.
Soal tugas yang setumpuk itu, aku tidak pernah mengeluh. Sebab, aku justru kadang-kadang bingung kalau hanya melakukan pekerjaan rutin. Hanya saja, menyelip jadwal untuk pulang kampung memang selalu susah. Apalagi ia jarang menjadi prioritas. Aku memang malas pulang kalau tidak penting sekali. Bukan apa-apa, di kampungku, aku tak lagi punya teman sebaya. Kalau pulang, paling-paling bertemu ibu lalu bercerita panjang lebar. Itupun kalau dihitung hanya membutuhkan beberapa jam saja. Tak heran, bila aku pulang ke Silungkang, aku sering suntuk sendiri. Lebih-lebih Rafi sudah jarang di rumah. Ia sudah punya usaha yang makin maju. Pulang ke rumah kalau waktu makan tiba saja. Itupun kalau ibu memasak masakan kesukaannya. Oleh karenanya, bagiku, pulang hanyalah sesuatu yang tak penting pada hari-hari biasa. Kecuali kalau Lebaran atau libur panjang.
***
Waktu terus bergerak. Hari keberangkatan itu rasanya amat dekat. Sebagian tugas dan surat-menyurat sudah beres. Kini, aku banyak menyiapkan wawasan tentang Kebelandaan. Selain membaca bahan-bahan yang sudah lama aku kumpulkan, aku juga mencari informasi terbaru yang sedang dibicarakan di Belanda. Mulai dari Ruud Gullit hingga Kluiver dan Ronaldo. Ya, bintang lapangan hijau itu menyita perhatianku.
Kadang-kadang aku ini lucu, sepak bola Belanda juga jadi perhatian. Tapi, aku pikir ini tidak salah, toh kini begitu banyak perempuan gila bola ketika olehraga satu ini masuk ranah industri dan selebritas. Lihat saja, para bintang lapangan hijau itu juga banyak digandrungi perempuan. Tak salah memang, mereka juga layak jadi bintang di luar lapangan. Poster di kamarku pun seorang bintang Christian ’’Bobo’’ Vieri.
Agaknya, aku benar-benar telah jatuh hati dengan negeri itu. Apakah itu ada sangkut-paut dengan kampung halamanku yang pernah menjadi tempat hidup orang-orang Belanda yang bertugas di sana? Atau apa ada hubungan dengan batu bara di Sawahlunto, yang ditemui oleh orang Belanda paro abad ke-19 itu? Ah, aku makin jauh saja berkhayal sejak menerima kepastian lulus tes beasiswa itu. Semua hal tentang Belanda dalam kepalaku rasanya belum cukup mampu untuk menyambut kehadiranku di sana nanti.
Aku tak mau terjadi hal-hal yang memalukan. Aku benar-benar takut itu terjadi. Aku pernah membaca bagaimana pengalaman pertama orang-orang Indonesia ketika belajar di negeri seribu museum itu. Mulai dari tata transportasi sampai berbelanja. Mulai dari pengetahuan soal musim sampai persiapan yang harus dipenuhi untuk menghadapinya. Semua aku pelajari dengan seksama. Tak ada kata-kata untuk menyerah untuk itu. Itulah cara dan tekadku sejak kecil.
’’Kenapa orang Belanda itu maju dan cerdas? Karena tekun belajar. Kenapa mereka sampai menemukan batu bara di Sawahlunto? Karena mereka orang-orang pintar,’’ begitu nasehat ayah yang masih terngiang.
Begitulah cara ayah mengajar aku dulu. Ayah amat keras kalau soal pendidikan. Ia orang yang sadar akan kemajuan karena pendidikan. Diam-diam aku bersyukur punya ayah yang keras mengajar aku dulu. Walau dulu terasa pahit, ternyata sekarang manis rasanya. Coba saja kalau ayah tidak begitu, mungkin aku tak bisa menjadi staf pengajar seperti sekarang. Pastilah aku hanya menjadi ibu rumah tangga yang tua sebelum waktunya.
Ayah terus mendorong semangat belajarku. Sehingga aku selalu juara di kelas. Mendapat hadiah di akhir menerima raport. Sayang, ayah terlalu cepat pergi karena sakit yang dideritanya. Kalau saja ayah masih ada, aku sudah jadi staf pengajar, tentu aku mampu membawanya ke rumah sakit yang lebih canggih. Inilah sesal yang kadang-kadang melintas di benakku. Sesal yang tak berguna lagi. Basi.
***
Benar. Aku tak dapat pulang ke Silungkang. Selain hanya terpatri pada niat, aku memang tak sedikit pun membuat usaha agar bisa meluangkan waktu untuk bisa pulang hanya sebentar saja. Kini aku telah di ruang tunggu, menunggu keberangkatan. Transit di Changi Internasional Airport Singapura dan langsung ke Belanda. Aku senang membaca berulang-ulang sebuah nama Fiani Nuraini, Ms, tertera di tiket pesawat. Nama yang indah pemberian ayah.
’’Kata emak, kakak anak perempuan. Umur kakak sudah berkepala tiga. Emak ingin kakak menikah dulu.’’
Aku lemas seketika setelah membaca pesan pendek dari Rai. Bersamaan dengan itu, panggilan dari operator penerbangan agar penumpang menaiki pesawat telah terdengar.
Aku, ruang tunggu, langit biru, dan orang-orang yang berlalu, seperti memaksaku untuk tetap termangu. Diam di antara dua pilihan pahit. Ke mana harus berguru ketika terhenti di simpang ragu? Deru mesin pesawat terasa menghantam dadaku. Tenggorokanku kering, pandanganku nanar. (*)
Minangkabau International Airport, Juni 2007
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Rabu, 01 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar