Kamis, 23 Desember 2010

Pertemuan Dua Presiden Penyair

Salyaputra
http://cetak.kompas.com/

PERTEMUAN Sutardji Calzoum Bachri dan Umbu Landu Paranggi boleh jadi hal yang lumrah saja. Namun, mengingat peran dan mitos mereka selama ini sebagai tokoh perpuisian Indonesia, tak pelak perjumpaan dua sahabat lama ini mengandung sekian kemungkinan arti dan juga tafsir tersendiri: sebuah kilas balik sekaligus refleksi akan kehidupan susastra Indonesia di masa depan.

Dalam tahapan sejarah sastra Indonesia, keduanya terbilang angkatan 1970-an, yang tumbuh senyampang kemelut dan tragedi sosial politik tahun 1965. Apabila Chairil Anwar dan rekan-rekan seniman segenerasinya, melalui ”Surat Gelanggang”, memaklumatkan sebagai ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia serta menegaskan diri sebagai ”binatang jalang” yang meradang dan menerjang (individualis), Sutardji-Umbu bersama sejawatnya malahan menggaungkan kehendak untuk ”kembali ke akar”. Ini sesungguhnya tidak semata pertarungan keyakinan antargenerasi, tetapi mencerminkan pula apa yang disebut oleh para ahli sejarah sebagai ”jiwa zaman”.

Pertemuan Sutardji dan Umbu di sela-sela perhelatan Ubud Writers and Readers Festival 2010 di Bali, bukanlah sesuatu yang direncanakan atau bagian dari agenda festival itu. Di hadapan para seniman Indonesia dari generasi yang lebih kini, mereka saling menunjukkan secara spontan kehangatan persahabatan, yang sudah lebih dari 40 tahun tak bersua. Yang seketika mengemuka adalah sisi-sisi pribadi, sentuhan manusiawi penuh keharuan. Mitos yang selama ini membayang-bayangi eksistensi mereka di dunia sastra, dan membuat keduanya tampak ”angker” dan berjarak dari keseharian, di mana masing-masing menyandang sebutan yang serupa, Sutardji ”Presiden Penyair Indonesia” dan Umbu ”Presiden Malioboro”, seketika cair. Umbu yang dikenal sebagai sosok yang serba ”konon”, misterius, sulit ditemui, dan jarang hadir di ruang publik, kali ini tampil ekspresif, terbuka, dan spontan. Sedangkan Sutardji, yang hingga belakangan ini terus terpublikasi sebagai sosok nyentrik, heboh, dan fenomenal, memperlihatkan bagian dirinya yang sehari-hari.

Mitos

Jadi jelaslah, di balik selubung mitos selama ini, kita mungkin saja luput merunut bahwa mereka sesungguhnya mengalami sekian tahapan pergulatan sebelum mengukuhkan eksistensinya sebagaimana yang terbaca di khalayak sekarang ini. Keduanya memang terbilang tokoh berpengaruh, dan kini sama-sama menjelang usia 70-tahun. Namun, latar sosial budaya serta cara masing-masing merespons pilihan hidupnya telah menempatkan keduanya sebagai pribadi dengan kecenderungan yang boleh dikata bertolak belakang.

Adapun Sutardji, mencermati tahapan kreatifnya, tumbuh sebagai penyair yang ekstrovert, di mana publik tersihir oleh tampilannya di atas panggung yang dramatik dan nyeleneh, berikut karyanya yang penuh kejutan serta menyimpang dari mainstream perpuisian. Sedangkan Umbu sebaliknya. Ia diingat orang sebagai sosok yang introvert, lebih mengemuka selaku motivator, menghindar dari publikasi, bahkan hingga kini belum memiliki antologi puisi tunggal. Apabila Sutardji layaknya seorang single figther yang menonjol secara individual, Umbu lebih memilih di luar ring, hidup bersahaja dalam semangat komunal. Keduanya boleh dikata berbeda latar. Sutardji dilahirkan 24 Juni 1943 di Rengat, Riau, bagian barat Indonesia, sedangkan Umbu dilahirkan di wilayah timur, tepatnya Sumba, mungkin sekitar 10 Agustus 1943.

Melalui pencapaian karyanya, sosok Sutardji hadir dan memengaruhi kehidupan perpuisian generasi berikutnya. Sementara Umbu meneguhkan figurnya sebagai motivator dan apresiator melalui komunitas-komunitas yang turut didirikannya, di Yogyakarta dan di Bali, di mana penyair-penyair binaannya mewarnai perjalanan susastra nasional, serta secara tidak langsung menciptakan mitos tersendiri perihal ”kebohemianan” hidupnya. Dedikasi dan seluruh tahapan perjalanan mereka bermuara pada satu hal yang sama, yakni menjadikan kepenyairan sebagai jalan hidup dan puisi sebagai pilihan ekspresi yang hakiki.

Dengan ciri pribadi yang bertolak-belakang itu, baik Sutardji maupun Umbu telah memberikan sumbangsih yang besar pada apa yang harus diraih di masa depan. Keduanya telah menunjukkan kepada kita bahwa puisi bukanlah sebuah dunia di mana pelakunya asyik masyuk dengan diri sendiri. Sutardji, tercermin pada tahapan dan periodisasi karya-karyanya, tidak hanya menciptakan puisi yang bernada personal, tetapi juga menegaskan kepedulian sosial, semisal sajak Tanah Air Mata. Sedangkan Umbu, meskipun kehidupan pribadinya terbilang tertutup dan penyendiri, tetapi melalui kegiatan-kegiatan apresiasi yang konsisten ke sekolah-sekolah dan komunitas-komunitas telah turut menumbuhkan kegairahan bersastra di kalangan generasi muda.

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa baik Sutardji maupun Umbu adalah produk dari suatu zaman yang tentunya berbeda dengan era sekarang ini. Apabila angkatan 1970 menyatakan kembali ke akar serta memiliki romantikanya tersendiri dengan kehidupan yang diwarnai kebohemianan, situasi kini dan juga masa depan tentulah memerlukan suatu bentuk ekspresi dan jalan kreatif yang lain. Apa mau dikata, 10 tahun belakangan ini, kemajuan teknologi audiovisual dan informasi telah memaksa kita untuk mempertanyakan ulang nilai-nilai baku dan mendasar yang sekian waktu telah diyakini sebagai kebenaran atau acuan. Dalam kenyataan yang paling banal, serbuan bahasa iklan serta tampilan visual di aneka media telah meminta para kreator di bidang seni apa pun untuk mengolah ragam bahasa estetiknya secara lebih kontekstual serta tak kehilangan kedalaman renungan serta kandungan nilai-nilai yang esensial.

Memang, semangat tiap zaman memerlukan respons kreatif yang berlainan. Namun, tentu saja, generasi penyair terkini dan mendatang dapat memetik pelajaran dari apa yang telah didedikasikan Umbu dan Sutardji pada kehidupan puisi. Guna menjawab percepatan perubahan yang terjadi serta banjir informasi yang serentak mengepung kita dari segala lini, seseorang sepatutnya mengolah diri dengan intens sebagaimana telah ditunjukkan seorang Sutardji. Dengan kata lain, seorang kreator era kini hendaknya adalah seorang yang memiliki disiplin pribadi yang tinggi.

Di sisi lain, tak dapat dipungkiri bahwa kehidupan sosial kini yang dipenuhi oleh seruan pluralisme dan multikultur, serta diwarnai suatu perubahan iklim yang bersifat global, meniscayakan pentingnya membangun komunitas-komunitas kreatif. Dalam naungan kesadaran seperti itulah, para kreator seni mencipta dan mempersembahkan karyanya untuk panggilan yang lebih jauh dari sekadar ekspresi tentang keindahan. Era komunitas ini, jelaslah menuntut setiap pribadi yang terlibat di dalamnya untuk memiliki suatu disiplin organisasi yang terjaga.

Dengan demikian, selaras dengan jiwa zaman kini, kehidupan susastra yang kreatif produktif memerlukan sosok-sosok kreator yang kuasa mempertautkan antara disiplin pribadi dan disiplin organisasi, antara kehidupan keseharian yang soliter dan kenyataan sosial yang menuntut sikap diri yang solider. Mungkin di masa mendatang yang kita perlukan adalah bagaimana mengolah mitos, bukan sekadar peneguh legitimasi, melainkan suatu capaian ekspresi yang mencerahkan dan membebaskan kita dari selubung sensasi, guna meraih yang esensi.

Salyaputra, penyair

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar