Rabu, 01 Desember 2010

Perempuan Menulis Puisi

David Krisna Alka
http://www.sinarharapan.co.id/

Perempuan penyair Indonesia dilihat dari segi kuantitas dan kualitas sangat sedikit dibandingkan dengan laki-laki penyair. Beberapa perempuan penyair seperti Toety Heraty, St. Nuraini, S. Rukiah dan Isma Sawitri, karya-karya mereka kini sudak tak pernah terlihat lagi. Apa masalahnya? Padahal kekuatan rasa perempuan lebih tinggi dan mendalam dari laki-laki, jika mulanya kekuatan puisi adalah rasa sebelum kata.

Kompleksitas rasa pada perempuan memiliki daya menggugah yang cukup kuat untuk menulis puisi. Perasaan pada perempuan begitu dalam. Oleh karena itu potensi perempuan menulis puisi kemungkinan dapat melebihi laki-laki. Perempuan mengubah kekuatan perasaannya membentuk aksara di atas kertas, membuat kata menjadi bermakna, menjadikan imajinasi penuh rasa, dan menangkap realitas dengan perasaan yang dalam menjadi puisi yang terurai dan berkembang.

Biasanya, perempuan menulis keluh-kesahnya dalam sebuah diary. Keluh kesah pribadi, sosial, dan kegelisahan akan kehidupan. Secara sengaja maupun tak sengaja perempuan mengonstruksi realitas dan pengalamannya menjadi kata-kata puitis. Puisi bukan hanya keluh-kesah yang melepaskannya cukup melalui kata-kata yang indah. Puisi seharusnya memiliki pengetahuan kelir belakang kemasyarakatan dan kesejarahan (HB.Yassin, 1993). Akan tetapi, kekuatan perempuan pada kelembutannya dapat menggetarkan bahkan menanamkan makna kedamaian dalam sajak-sajaknya.

Selama ini perempuan sering menjadi objek (penderita) bagi laki-laki penyair bukan sebagai subjek (pengarang). Jarang sekali penyair (laki-laki) tak menuangkan perihal perempuan dalam kumpulan puisi-puisinya. Seluk-beluk perempuan menjadi penghibur, penyedap rasa, dan pendukung makna bagi laki-laki penyair. Pengarang dan teks (puisi) sulit untuk dilepaskan dalam menciptakan puisi. Imajinasi dan inspirasi dari segala yang ada pada perempuan dapat membuat teks puisi menjadi romantis, platonis dan sulit terkadang pesimisitis. Menafikan peran pengarang laki-laki dalam teks puisi yang objeknya perempuan tak dapat dipungkiri. Karena dalam puisi yang menceritakan tentang seseorang (perempuan) hakikatnya mencoba untuk mengungkapkan hubungan-hubungan yang ada dalam dirinya sendiri. Lantas apakah perempuan selalu akan menjadi objek dari laki-laki penyair?

Feminisme

Wacana feminisme dan gender telah merambat hampir semua bidang; politik, ekonom, sosial, budaya dan sebagainya. Persoalan peran perempuan mulai banyak diperdebatkan sejak munculnya gerakan feminisme pada pertengahan tahun 60-an. Feminisme pada dasarnya muncul sebagai gerakan dengan tujuan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan agar sama dengan laki-laki. Hak-hak dalam segala bidang kehidupan. Feminisme ini kemudian melahirkan apa yang disebut ”gender”, sebuah diskursus yang membedakan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan berdasarkan jenis kelamin (Said Ramadhan, 2004). Berakitan dengan itu, permasalahan mengenai peran perempuan penyair dalam hal itu memang agak rumit tetapi menarik untuk dikaji.

Isu tentang peran perempuan yang muncul dewasa ini, terutama di negara-negara berkembang seperti di Indonesia berkaitan dengan feminisme dan gender. Dalam menciptakan puisi, perempuan penyair tidak perlu bersusah payah untuk mempersoalkan dikotomi peran perempuan mengenai hak dan kewajibannya di sektor domestik (rumah tangga) atau di sektor publik (berkarier) dengan laki-laki. Tetapi yang lebih penting adalah berkarya dalam menemukan makna dan mencari nilai artistik pada puisi, misalnya mengungkap persoalan feminisme dan gender.

Memang tidak hanya berupa puisi ruang aktualisasi perempuan untuk menorehkan keluh-kesahnya dalam bidang sastra. Menulis cerita pendek dan novel merupakan keluh-kesah yang laris pada pengarang perempuan saat ini. Apresiasi sastra berupa novel dan cerita pendek menjadi marketable bagi pengarang perempuan. Berbeda dengan puisi, belum memasar seperti cerpen dan novel, jika tak mau dibilang tidak. Persoalannya terletak pada berani tidaknya perempuan, meminjam istilah Sapardi Djoko Darmono – memamerkan perasaannya pada khalayak ramai—baik antologi puisi sendiri maupun antologi puisi bersama.

Selain itu, para perempuan penyair belum memiliki ikon perempuan penyair yang patut dibanggakan. Mereka selalu merujuk pada Rendra, Taufik Ismail, Sutardji Calzoum Bachri dan penyair besar laki-laki lainnya. Sejatinya, perempuan bebas menentukan ke mana arah kekuatan puisi-puisinya dan menampilkan sebuah kekhasan puitik yang dapat merebut perhatian khalayak penyair dan peminat sastra. Lebih dari itu, harapan untuk menemukan ikon perempuan penyair di Indonesia kemungkinan dapat terwujud.

Penyair Muda

Sekarang ini beberapa perempuan penyair mulai menjajaki potensi kepenyairan dengan tampilnya penyair muda yang perempuan. Beberapa nama perempuan penyair yang telah cukup mencuat akhir-akhir ini seperti: Dorothea Rosa Herliany, Oka Rusmini, Ulfatin Ch, dan Abidah El Khalieky. Karya-karya mereka telah mendapat perhatian dari beberapa penyair besar Indonesia walaupun semuanya laki-laki. Tetapi secara umum, karya-karya perempuan penyair belum memenuhi kuantitas dan kualitas yang lebih jika dibandingkan dengan laki-laki penyair.

Namun, eksperimentasi estetik perempuan melalui karya sastra seperti puisi memang tak mudah lepas dari laki-laki. Menurut Agus S. Sarjono (Panorama Nusantara, 1997), dalam hal ini menyebutkan bahwa semua eksperimentasi estetik telah dilakukan oleh generasi 60-an dan kian matang pada generasi 70-an yang menghasilkan sastrawan-sastrawan (laki-laki) yang mantap secara literer, seperti Taufik Ismail, Goenawan Mohammad, Sapardi Djoko Darmono, dan Abdul Hadi WM. Semua latar belakang inilah yang kemudian menjadi latar bagi kelahiran generasi 80-an dan generasi 90-an dalam sastra Indonesia. Agus S. Sarjono memang tidak menyebutkan masalah tentang laki-laki penyair dan perempuan penyair. Tetapi, pada kenyataannya dari angkatan 60-an sampai 90-an laki-laki penyair mendominasi khazanah kesusastraan Indonesia.

Oleh karena itu, demi mengembangkan budaya menulis puisi pada perempuan, hendaknya sarana aktualisasi dan ruang gagasannya tidak lagi ”dihantui” oleh kebesaran laki-laki penyair. Bukan lagi saatnya laki-laki menciptakan ”dewa-dewa” dan perempuan menyembahnya. Tetapi perempuan lebih memacu diri untuk mencari alternatif bagi perkembangan diri, perkembangan puisi, dan perkembangan kesusastraan Indonesia pada umumnya. Perempuan menulis puisi tak harus selalu bergantung pada laki-laki penyair. Dan, tak ada salahnya jika kita berharap kepada perempuan untuk menulis puisi.***

Penulis adalah Penyair, Ketua Program Sastra Al-Maun Poetry Society, aktivis Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) dan Sekretaris Eksekutif CMM.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar