Alexander G.B.
http://www.lampungpost.com/
SENJA di mata Diana. Wanita yang mati dan tergeletak di pinggir jalan bergitu saja. Tak ada yang menggambil inisiatif menguburnya hingga hari ini. Sebelumnya, keberadaan Diana dianggap meresahkan warga. Ketika kedapatan ia mati, warga bersorak bahagia. Aneh. Mengapa mereka malah senang dengan kepergian Diana? Bukankah Diana sosok yang baik hati pikirku. Apalagi jika mayat Diana tetap dibiarkan tergeletak di situ, apa mereka tak terganggu bau busuk yang akan segera menyebar ke seluruh kompleks perumahan?
Seekor kupu-kupu masuk ke kamar melalui jendela yang terbuka. Ia berputar-putar, menabrak-nabrak dinding. Lalu dalam sebuah kesempatan seekor cicak menangkapnya. Usia pula nasibnya. Aku memperhatikan kupu-kupu itu. Lalu telepon berdering berkali-kali. Setelah kuangkat, baru kutahu jika mayat Diana masih di tempat yang sama seperti dua hari yang lalu. Maka aku bangun dan segera meluncur ke kantor polisi. Saya menjumpai orang-orang berkepala serigala. Beberapa pasang mata mengawasi dari celah pintu.
Saya pengajar sebuah sekolah swasta di kota ini. Sekolah sederhana bagi anak-anak yang tak punya biaya mengenyam pendidikan formal. Baru satu tahun mengajar dengan gaji cukup lumayan bagi pemula. Maklum mengajar mereka juga dibutuhkan keahlian dan kesabaran yang berbeda. Tapi saya sangat menikmati pekerjaan ini.
***
Tiang-tiang listrik menggigil menahan udara pagi. Aroma besi karat menyeruak kemana-mana. Beberapa orang dengan santai melangkah, mungkin sudah kebal dengan dingin dan amis karat besi. Kenapa Diana selalu pulang pagi sementara orang-orang masih terlelap nyaman bermimpi sambil menikmati hangatnya pelukan suami? "Sebab Diana bukan wanita baik-baik, tidak punya suami," ujar Dewi salah satu tetangga yang kurang senang dengan perilaku Diana.
Sudah bukan rahasia jika wanita-wanita di kompleks itu tidak menyukai kehadiran Diana. Rasa benci ini mungkin dipicu karena mereka tak pandai merawat tubuh, atau barangkali mereka kalah bersaing dari sisi kecantikan. Mungkin karena didorong ketakutan suami-suami mereka tregiur pinggul Diana. Tapi sejauh ini, setelah lebih lima tahun selama aku tinggal di kompleks, hal tersebut sama sekali tidak terbukti. Bahwa Diana selalu memakai pakaian seksi, itu benar. Tetapi jika kita menduga ia menggoda suami-suami meraka, sama sekali tidak benar. Diana tampak selalu menjaga sikapnya jika bertemu semua orang.
Mayat yang tergeletak di pinggir jalan itu mungkin Diana, sudah beberapa hari ini tak tampak batang hidungnya. Biasanya menjelang subuh berjalan sambil menenteng tas merah, menyusuri gang yang sempit yang senantiasa remang.
***
Cemburu, mungkin itu yang membuat Diana kerap menjadi sasaran sumpah serapah dan pergunjingan wanita-wanita yang diduga tak sanggup memuaskan suaminya. Saya mengakui mata Diana memiliki daya tarik tersendiri, cokelat dan penuh harap. Mungkin itu yang membuat banyak lelaki berdegup jantungnya dan merangsang titik-titik tertentu sehingga mereka selalu berhasrat mendekat pada Diana. Tetapi apakah Diana suka mengganggu lelaki yang sudah punya istri? Setahu saya tidak. Tetapi Dewi dan juga wanita-wanita lain lebih suka menyalahkan Diana selalu pulang pagi.
"Tentu saja, memang kerja apa sih sampai subuh baru pulang?" kata Dewi.
"Jangan begitu, sekarang banyak jenis kerja yang waktunya harus malam."
"Alah, ya ga mungkin. Masak sejak dulu ia selalu pulang pagi. Iya kan, Mur?" ujar Dewi pada Murti.
"Iya, kalau bukan, mau usaha apa coba?"
"Eh liat dia baru keluar itu, sok sopan, padahal kalau pulang pasti pake rok mini, ih amit-amit."
"Jangan begitulah. Diana itu wanita. Kita juga wanita. Jadi mungkin dia terpaksa harus bekerja begitu. Meskipun kerjanya ga bener. Kasian kan udah hidup sendiri kita musuhi pula. Bisa jadi dia pelacur, tapi kan bisa juga tidak. Dia itu baik, kemarin saja dia bantu biaya pengobatan si Bayu waktu dia kena malaria."
"Eh, Nur kamu tahu apa tentang dia. Kalau kamu ga suka lagi kumpul sama kami-kami juga tidak apa-apa. Iya kan Mur?"
"Iya Nur, terus terang aku juga sedang khawatir, sebab Nurdin seuamiku sekarang sering pulang terlambat, pernah sekali waktu aku melihat ia menegur Diana ramah banget," ujar Murti.
"Jangan-jangan dia pake susuk atau jampi-jampi sehingga setiap lelaki tertarik padanya."
"Huss ngawur aja."
Obrolan kadang berlanjut hingga nama Diana babak belur.
***
"Aku mau kejelasan."
"Tentang apa? Jika hal yang kau tanyakan sama seperti sebelumnya, maka jawaban yang akan kau dengar akan sama saja dari yang sebelumnya. Aku mau pulang."
Lelaki itu diam sebentar lantas meraih tangan wanita itu.
"Jangan kurang ajar, jangan berbuat yang macam-macam nanti aku terpaksa berteriak," ujar wanita itu sedikit mundur. Tetapi lelaki itu lebih sigap, segera diraihnya pergelangan tangan dan ia dorong wanita itu hingga keluar trotoar sampai ke dekat gudang, bangunan tua di pinggir jalan. Wanita itu mencoba menenangkan diri. Ia hendak berteriak, tapi segera sebilah pisau mengancam lehernya. Ia tertegun, tapi tak hendak mengalah. Tak tampak raut takut diwajahnya. Ia tatap lelaki itu.
"Kita sudah cukup lama berteman. Selama ini aku sudah memperlakukan kamu dengan baik, aku tak tahu apa yang ada dalam pikiranmu hingga tega berbuat begini."
"Aku akan membiarkanmu jika berjanji tak pergi dengan laki-laki lain," ujarnya.
Wanita itu tersenyum sinis, berkukuh dengan pendapatnya.
"Kau pikir aku pelacur? Mereka rekan bisnis. Dan aku butuh teman yang banyak, sebab aku harus dapat banyak uang setiap bulannya. Lagi pula apa hubungannya denganmu dengan semua yang kulakukan. Toh aku tak pernah merugikan dirimu juga orang lain. Untuk saat ini dan selanjutnya aku sama sekali tak tertarik menjalin hubungan dengan siapa pun, apa pun bentuknya selain pertemanan. Aku juga tidak mau terikat dengan janji seperti yang kau tawarkan."
"Jangan keras kepala, aku tak mau menyakitimu."
"Lelaki macam apa yang mengancam wanita dengan sebilah pisau."
Lelaki itu terkejut ketika menyadari apa yang baru dilakukannya. Pisau terjatuh.
"Maafkan aku. Aku tak suka kamu punya banyak teman laki-laki."
"Aneh, aku bukan kekasih atau istrimu. Dan hati-hati kamu bisa kehilangan pekerjaanmu. Kamu tahu sejak dulu kita sebatas teman dan selamanya akan begitu. Jadi aku bebas pergi ke mana saja dengan siapa saja. Aku tidak mau ada orang yang mau ikut campur urusanku. Memang kamu siapa mau ngatur-ngatur hidupku. Dan tolong kamu dengar baik-baik, salah satu alasan kenapa aku lebih suka sendiri adalah karena aku tak mau terikat dengan aturan-aturan semacam itu. Biarkan aku hidup dengan caraku. Lagipula aku tak pernah merepotkan dirimu, sebaiknya kamu jaga ucapan dan sikapmu."
"Kalau begitu lekaslah pergi dari sini. Banyak orang yang tak menyukai kehadiranmu."
Wanita itu terdiam sejenak.
"Tidak, aku harus tetap di sini."
"Dasar kepala..."
Lelaki itu benar-benar geram, dan tak bisa mengendalikan dirinya. Dan wanita itu merasakan semua menghitam. Sempat ia masih tersenyum. Pagi menggigil.
***
Peristiwa satu malam sebelumnya.
"Pulang, Tante?"
"Iya Bud. Cuma bertiga nih?"
"Ga Tante, Ucil, Hasan dan Aam kebetulan sedang keliling."
"Owww...Ini untuk beli nasi goreng sama rokok biar bisa jadi temen ronda. Cukup untuk kalian berenam."
"Makasih Tante. Tumben baru jam dua sudah pulang?"
"Sudah selesai kerjaannya. Lagi pula badan sedang kurang fit jadi agak lebih awal pulangnya. Ya udah, Tante pulang ya?"
"Iya Tante. Makasih."
Wanita itu segera berlalu dari pos ronda.
"Asyik juga jika tiap malam bisa datang rezeki seperti ini. Misalnya semua warga baik seperti dia, makmur juga kita. Lagipula banyak orang kaya, tapi dasar pelit sebatas air putih saja susah banget keluar, ya?"
***
Di kantor polisi.
"Dia sebatas penari latar di klub-klub malam, kafe, atau pesta-pesta."
"Kamu yakin."
"Ya, aku sering melihatnya."
"Sebatas itu?"
"Sebatas itu."
"Kamu membelanya? Dari beberapa laporan dia meresahkan warga?"
"Tidak, itu yang sebenarnya. Mungkin karena dia baik, cantik, dan seksi jadi sebagaian orang iri dan sebagian lagi ingin memilikinya sendiri."
"Beberapa laporan menyebutkan kamu adalah warga yang paling dekat dengannya?"
"Benar, tapi hanya tahu beberapa hal yang dilakukannya."
"Menurutmu modus pembunuhan wanita itu apa?"
"Mungkin cemburu atau perasaan terlalu ingin memiliki."
"Terima kasih atas kerja samanya."
Saya segera meninggalkan kantor polisi dan menyimpan kebingungan.
***
Wanita setengah baya itu kini terbujur kaku. Saya tahu sebagian warga khususnya wanita-wanita itu pasti bersorak kegirangan atas kematian Diana, dan sebagian juga bersedih jika mengenang kebaikkannya. Polisi-polisi tersenyum puas. Tak ada penyelidikan lebih lanjut. Perkara dihentikan. Kecantikan sumber petaka baginya, atau ada hal lainnya? Kini tas merah itu terus menyiksa saya. Sebab di dalamnya ada nama yayasan atas nama dirinya yang digusur pemerintah kota secara paksa. Anak-anak gelandangan menundukkan kepala sebab kehilangan tempat belajar dan bernaung seperti biasanya, sementara beberapa orang menggelar pesta sebab hilang sudah penghalang pembangunan mal yang sempat terhenti karena rumitnya negosiasi. Saya diam di kamar beberapa hari. Kini saya menderita, hidup rasanya lebih buruk dari neraka.
Hatiku terluka, dan luka itu kini kutahu bernama Diana.
***
Bandar Lampung, Desember 2009
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar