Rabu, 08 September 2010

Sepekan Jelang Lebaran

Isbedy Stiawan ZS
http://www.suarakarya-online.com/

IJAH yakin kalau Mas Parman akan pulang sepekan menjelang lebaran, seperti dia tulis dalam suratnya dua pekan lalu. Dia makin optimis tatkala suaminya menelepon lima hari lalu. Setengah berlari Ijah menuju rumah tetangganya yang memiliki pesawat telepon, karena lakinya menelepon ke pesawat itu.

“Kamu sehat-sehat kan? Si Gembul juga sehat, mana dia?” ujar Parman begitu telinga Ijah menempel di gagang telepon. Gembul adalah panggilan Parman buat anak kedua, yang sementara sebagai bungsu.
“Sehat, mas.
Mas juga?

Gembul sudah tidur… dia sehat,” jawab Ijah. Ia ingin sekali mencium suaminya itu, sekiranya pembicaraannya itu bukan melalui telepon. Dia sangat rindu.

Tiga tahun Parman menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Kedah, Malaysia. Pilihan menjadi TKI setelah mendapat restu dari Ijah, setelah di desanya tak bisa lagi diolah demi hidup. Sawah-sawah mulai banyak mengering. Ladang-ladang habis terbakar oleh musim kemarau panjang, kebun-kebun tak lagi menghasilkan apa-apa lantaran tanahnya retak dan kerontang.

Tak ada pabrik di desa itu. Tak ada lowongan bagi buruh. Parman yang hanya buruh bagi pemilik sawah atau ladang, tak bisa berbuat apa-apa.

Sehari-harinya hanya bengong. Padahal hidup membutuhkan orang bekerja. Dengan kerja orang akan menghasilkan uang. Tak ada manusia yang memerlukan uang. Itulah pikiran Parman kala itu, maka tatkala ia izin menjadi TKI tak bisa menolak Ijah pun mengangguk.

Sebenranya Ijah yang berkeras ke Arab Saudi sebagai TKW. Sebab, upah bagi perempuan meski hanya pembantu rumah tangga lebih besar dibanding gaji yang diterima tenaga kerja lelaki. Hanya saja, cerita dan berita tentang nasib buruk para TKW di Arab Saudi, Malaysia, ataupun negara lain, membikin Parman tak merestui kepergian Ijah.

“Lebih baik aku yang jadi TKI dan kamu menjaga anak-anak,” kata Parman suatu malam, seusai menyantap singkong rebus. “Lelaki harus bekerja, harus mengolah hidup.

Sedangkan perempuan bertugas menuai hasil dan menjaga ladang yang menjadi kehormatan hidup,” lanjut Parman, entah kalimat dari mana yang dipetiknya itu.

Suaminya itu memilih Kedah, karena tak begitu jauh dari Indonesia. Kalau ada apa-apa, pikirnya, bisa segera melenting pulang. Tetapi batas tak pelak memudahkan seseorang. Meski jarak terbilang dekat, namun lain padang lain pula ikannya. Malaysia dan Indonesia sama-sama memiliki hukum. Jadi bukan antarprovinsi lagi. Itulah kenapa, sudah tiga tahun Parman tak bisa pulang, meski semula ia mendantangani kontrak hanya dua tahun.

Saat menelpon Ijah, dia mengaku kalau paspornya dipegang tauke agen pemberangkatan. Setiap dia meminta paspornya itu, kaki tangan agen selalu mengelak. Berbagai macam alasan, intinya paspor Parman ditahan.

Karena itulah dia tak bisa lolos dari negeri jiran tersebut. Parman juga takut ke keramaian, ia cemas digaruk polisi karena tak membawa paspor. Akhirnya Parman hanya bersembunyi di rumah sewaan teman-teman TKI. Dari satu rumah ke sewaan lainnya.
Meski Parman bisa diterima bekerja sebagai buruh bangunan.

Dengan upah yang tidak besar. Upah yang diterima hanya cukup makan sehari-hari, dan sedikit disimpan di dalam kasur yang sudah disilet sedikit bagian sisi kiri. Tidak ada yang tahu kalau Parman menyimpan uang di dalam kasur itu.

Ijah mulai ditumbuhi kegusaran terhadap nasib suaminya. Ia sudah mendatangi agent TKI yang memberangkatkan Parman. Hasilnya nihil. Mereka saling lempar tanggung jawab. Akhirnya Ijah mengalah, lalu tak lagi mendatangi agent TKI tersebut. Ia pasrah. Tapi ia juga yakin kalau Parman bisa selamat pulang ke tanah air.

* * *

DI Kedah, Parman banyak dibantu teman-teman TKI.

Jika ia tak bekerja, teman-teman senasib sesama dari Indonesia, bergantian memenuhi kebutuhan sehari-harinya: seperti makan, mengopi, dan tempat bermalam. Pernah rumah sewaan bagi TKI itu disatroni polisi Kerjaaan Malaysia, ingin merazia para TKI yang tak memunyai paspor atau surat-surat penting keberadaan di Malaysia. Untungnya Parman diselamatkan oleh Mamat TKI asal Sulawesi ke atas plafon. Parman bersembunyi di sana hingga para polisi meninggalkan rumah itu.

Ijah tertawa-tawa sewaktu Parman menceritakan kejadian itu, dengan gayanya yang humoris itu. “Kamu itu aneh mas Parman, mbok ya… jangan dibuat banyolan. Itu berbahaya, mas, untung ndak ketangkep…”

“Kalau masmu ketangkep, ya pasti dicambuk sama polisi-polisi itu!” kata Parman lagi ingin membikin lucu supaya Ijah tertawa. Kali ini istrinya tak mau tertawa. Ijah malah cemas.
“Sudahlah mas pulang aja. Minta bantuan sama siapa gitu…”

“Sama siapa minta bantuannya? Sama konjen Indonesia di Kedah? Ah, mereka tak mau ngurus-ngurus macem gini. Entah kalau kita punya uang”
“Jadi…”
“Ya, nunggu aja. Mas yakin kok paspor mas itu dikembalikan. Mas hanya…”
“Apa mas?”

Parman hampir saja keceplosan omong. Sebenarnya ia lari dari tempat kerjanya dulu. Karena sebagai supir pribadi, sudah tiga bulan tak dibayar gajinya oleh masjikannya. Akhirnya ia protes.

Majikannya yang orang India itu berang. Dia diusir. Parman berang, tak mau keluar sebelum gajinya dibayar.

Majikannya tetap tak mau bayar, karena alasan usahanya sedang pailit. Parman makin kesal. Suatu malam ia mengendap ke kamar majikannya, dan mencuri beberapa handphone serta sejumlah perhiasan.
Ia kabur dari rumah majikannya itu saat subuh mengembang.

Itulah petaka bagi Parman. Paspornya ditahan oleh agent, karena merasa bertanggung jawab kepada majikan itu. Sekitar setahun Parman tak memegang paspor, dan untungnya dia tidak terazia. Dan, ketika ia datangi agent itu dan bertemu dengan salah satu karyawannya, Parman diiming-imingi bahwa paspornya bisa diterimanya lagi asal memberi uang. Tentu tawaran yang menggiurkan. Barang-barang hasil curian yang ia titip dengan seseorang dari Jawa Timur yang sudah menjadi warganegara Malaysia, ia jual semuanya. Uang hasil penjualan itu ia serahkan ke karyawan itu, setelah paspor berada di tangannya.

Sejak ada paspor, Parman kembali sebagai supir. Kali ini ia bekerja kepada pengusaha katering dengan upah Rp 3,7 juta. Sudah setahun lebih Parman bekerja tanpa sesuatu apapun yang membuatnya cemas. Mungkin majikannya sudah melupakan ihwal pencurian. Barangkali majikan keturunan India itu mengakui kekhilafannya tak membayar gaji Parman, sehingga buruhnya pun mencuri. Entahlah.

Kini Parman lega. Dia bisa menelepon Ijah. Dia janji akan pulang sepekan menjelang Lebaran. Parman ingin menikmati sisa-sisa hari puasa Ramadhan bersama isteri dan kedua anaknya. Ingin pula berlebaran di kampung. Ia sudah rindu dengan ketupat buatan Ijah. Rindu salat tarawih bersama di surau.

Rindu bertadarus.
Ya! Cuma sampai sepekan menjelang Lebaran, Parman belum juga tiba. Tak ada telepon. Ijah selalu menunggu dipanggil tetangganya, dan berkata:

“Ini ada telepon dari Parman. Cepetlah, nanti dia bayar mahal.”
Panggilang itu tak ia terima. Bahkan, hingga tengah malam ia menunggu juga tak ada panggilan telepon.

Ijah mulai dirasuki kecemasan. Jantungnya berdegup kencang. Pikirannya karutmarut. Perasaannya balau. Barangkali bertonton benda tengah menghimpit pikiran dan perasaannya saat ini. Pada malam ke-24 Ramadhan, Ijah dipanggil tetangganya.

Ia segera berlari. Di benaknya hanya ada satu, pasti itu telepon dari Parman. Ada apakah gerangan yang menghalanginya sehingga tak jadi pulang?

“Mbak Ijah, saya temannya Parman. Suami mbak sekarang berada di kantor polisi. Dia ditangkap oleh majikannya dulu, saat hendak masuk ke bandara.” ujar suara di seberang telepon. Setelah itu terdengar tut tut tut.
Ijah pun tak bisa lagi bermimpi…. ***

* Lampung, 2 Agustus 2010

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar