Senin, 27 September 2010

Hasrat Sitor Terpenuhi di Bali

Nuryana Asmaudi
http://www.balipost.co.id/

Sastrawan Angkatan 45 Sitor Situmorang secara tak terduga Selasa (2/12) lalu tampil di hadapan publik sastra di Denpasar. Ia tampil membacakan sajak, berdialog, dan beramah-tamah dengan kalangan muda di Gallery Seputih milik Made Wianta di Jl. Pandu Tanjung Bungkak, Denpasar.

SASTRAWAN yang sudah lama menetap di Paris tersebut hadir di Bali bersama istrinya — Debora. Kedatangannya ke Bali itu kemudian dimanfaatkan untuk mengadakan pertemuan dengan para seniman serta peminat sastra di Bali. Penampilan Sitor di Gallery Seputih itu terbukti memang mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan seni di Bali.

Mantan Ketua Lembaga Kebudayaan Nasional (1959-1965), sebuah organisasi kesenian di bawah PNI, itu pun tampak sangat gembira bisa bertemu para seniman muda Bali. Sebuah kesempatan yang katanya memang sudah lama diimpikannya. Karenanya, Sitor — sastrawan yang pernah dipenjara oleh penguasa Orde Baru pasca- G-30-S/PKI — kemudian banyak bercerita dan dengan penuh semangat mengajak dialog seniman yang hadir malam itu.

Sitor mengaku datang ke Bali pertama kali tahun 1956. Pada saat itu ada Kongres Kebudayaan Nasional ke-2 yang diadakan oleh Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN). Lalu kedatangannya yang ke-2 ke Bali pada 1962, pada saat Indonesia menjadi tuan rumah “Pertemuan atau Konferensi Kumpulan Pengarang-pengarang Asia-Afrika” yang dilangsungkan di Tanjung Sari, Sanur. Saat itu Sitor jadi ketua konferensi. Lalu, kedatangan saya yang ke-3 pada 1978, atas biaya dan dukungan Sutan Takdir Alisyahbana, selepas dia dipenjara selama delapan tahun oleh Orde Baru. “Setelah itu saya tak pernah lagi berkunjung ke Bali dan baru sekarang ini bisa datang lagi ke sini,” cerita Sitor.

Namun, kata Sitor, kedatangannya ke Bali yang paling berkesan adalah pada 1978. Saat dipenjara, dia berangan-angan, jika sudah bebas nanti yang pertama-tama ingin dikunjungi adalah Bali. Hal itu benar-benar bisa diwujudkan tepat setelah dia dibebaskan dari penjara, meskipun saat itu dia tak punya duit sama sekali. “Saya ditanggung Sutan Takdir, semuanya ditanggung dia. Saya diundang ke Toya Bungkah di Danau Batur tempat dia punya pesanggrahan sastra. Selama hampir sebulan saya tinggal di sana menikmati suasana sambil mengadakan penelitian. Saya perhatikan para turis yang sering kali datang ke sana. Saya bergaul dengan mereka,” cerita Sitor seraya menyebut, pengalamannya di Toya Bungkah itu ditulisnya menjadi buku “The Rites of The Bali Aga”.

Sitor malam itu membawa tiga buku karyanya yang kemudian diberikan sebagai kenang-kenangan kepada Made Wianta. Dua buku lainnya adalah “Kisah Surat Dari Legian” dan “Paris La Nuit”. “Buku kumpulan sajak saya yang pertama ‘Surat Kertas Hijau’ juga yang menerbitkan adalah Takdir, tokoh yang menjadi lawan politik saya pada saat itu. Itu kan aneh? Tapi ya begitulah sportivitas pertemanan kreatif kami pada masa itu. Seharusnya kan dia mencekal saya, tapi kok malah menerbitkan buku puisi saya, dan juga membiayai dan menanggung saya pergi-pulang dan selama saya di Bali saat itu,” kesan Sitor sambil tertawa.

Pertemuan antara Sitor dengan para seniman serta peminat sastra di Bali malam itu memang terkesan hangat. Sastrawan yang telah berusia 79 tahun itu sepertinya merasa mendapat gairah baru. Kesempatan itu pun dimanfaatkan untuk berdialog dan beramah-tamah lebih jauh. Termasuk mempertanyakan pada Sitor seputar peristiwa dan kondisi sastra khususnya di Bali pada masa 1950-an hingga 1960-an. Sayang, dalam dialog malam itu acap terjadi miskomunikasi. Mungkin karena faktor usia dan pendengaran Sitor yang sudah agak kurang peka dan ditambah lagi dengan adanya ”trauma” masa lalu Sitor. Sehingga, setiap pertanyaan yang diajukan ke Sitor ditanggapi dengan kesan seolah mengarah ke unsur politik. Ini membuat Sitor jadi “beringas”, seolah merasa sedang “diinteli” oleh generasi Orba. Padahal, beberapa seniman Bali benar-benar hanya menanyakan murni soal sastra dan tanpa bertendensi politik. Dalam kesempatan itu, Sitor sempat membacakan beberapa sajaknya antara lain “Lukisan Dalam Lukisan” dan “Untuk Pelukis Salim”. Beberapa sastrawan Bali pun membacakan sajaknya untuk Sitor.

***

Sitor Situmorang dilahirkan di Harianboho (Sumatera Utara) 2 Oktober 1924. Berpendidikan HIS (di Baliga dan Sibolga), MULO (Terutung), AMS (Jakarta) dan pernah memperdalam pengetahuan mengenai sinematografi di Universitas California AS (1956-57), pernah bermukin di beberapa kota seperti Singapura, Amsterdam, Leiden, Islamabad, Paris, dll. Ia pun pernah menjadi redaktur di beberapa media yang terbit di Sumatera dan Jawa. Juga aktif di berbagai organisasi kesenian dan pejabat pemerintahan. Juga pernah menjadi anggota MPRS dan dosen Akademi Teater Nasional (Jakarta). Sejumlah bukunya yang telah terbit antara lain “Pertempuran dan Salju di Paris” (1956) mendapat Hadiah Sastra Nasional BMKN 1955/56. Kumpulan sajaknya “Peta Perjalanan” (1976) memperoleh Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta 1976/1977. Karya-karyanya yang lain adalah “Surat Kertas Hijau” (1954), “Jalan Mutiara” (1954), ”Dalam Sajak” (1955) ”Wajah Tak Bernama” (1956), ”Zaman Baru” (1962), ”Pangeran” (1963), ”Sastra Revolusioner” (1965), ”Dinding Waktu” (1976), ”Sitor Situmorang Seorang Sastrawan 45 Penyair Danau Toba” (1981), ”Danau Toba” (1981), ”Angin Danau (1982), ”Bunga di Atas Batu” (1989), serta ”Rindu Kelana” (1994).

Pada usianya yang ke-80 Oktober tahun depan, juga akan terbit lima buku terbarunya di Jakarta. Meski karya-karyanya sudah begitu banyak dan usianya sudah uzur, Sitor mengaku masih tetap penuh semangat dan terus berkarya. ”Saya masih terus menulis sajak. Kalau dulu, pada usia 25-an karya-karya itu mengalir seperti banjir, sekarang setelah tua begini hanya menetes tapi terus dan tak mau henti,” aku Sitor.

Kepada para peminat sastra di Bali dan kalangan kampus, Sitor berpesan bahwa baca teori itu penting, tapi tak akan berarti tanpa pengalaman pribadi. ”Pengalaman pribadilah yang akan memperkaya dan memberi kematangan dalam berkarya,” tuturnya.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar