Senin, 26 Juli 2010

Renungan Cerpen dari Sungai Martapura

Raudal Tanjung Banua
http://jurnalnasional.com/

Selesai mengikuti Kongres Cerpen V di Banjarmasin beberapa waktu lalu, saya menyempal ke tepian Sungai Martapura dan mencoba merunut-runut lagi “Pengantar Redaksi” yang saya tulis di Jurnal Cerpen edisi 8. Apakah yang saya tulis tentang fenomena cerpen “gumam” tidak berlebihan, atau memang semacam potret kecil yang tak terhindarkan?

Namun sejujurnya, apa yang saya tulis, itulah yang saya rasakan. Sebab memang, semenjak maraknya kata eksprimentasi dan eksplorasi dalam wacana per-cerpen-an tanah air, setidaknya sejak tahun 2000-an, seiring maraknya penerbitan buku kumpulan cerpen dari banyak penulis, serta terbukanya ruang-ruang publikasi cerpen di suratkabar, majalah atau jurnal, termasuk penyelenggaraan Kongres Cerpen segala, kehidupan cerpen seperti menemukan gairah baru yang seolah belum pernah didapatkan. Meski sebetulnya, terkait eksprimentasi, sekitar tahun 70-an hal yang sama pernah terayakan, ketika Danarto dan Putu Wijaya melahirkan karya-karya eksprimental yang kemudian menjadi fenomenal.

Ketika fenomena yang sama terulang pada kurun 2000-an, seolah-olah itu hal baru, padahal sudah ada sebelumnya dengan hasil yang dapat kita petakan sampai hari ini. Setidaknya satu kenyataan, betapa cerpen-cerpen realis yang pada zaman di mana Danarto dan Putu Wijaya berkiprah di jagad cerpen eksprimental mungkin dianggap ketinggalan, ternyata tetap bertahan, sebutlah cerpen-cerpen A.A. Navis, Budi Darma, Wildan Yatim, Umar Kayam, Kuntowijoyo atau Pramoedya Ananta Toer. Sebaliknya, cerpen-cerpen eksprimen Putu atau Danarto toh tak semuanya lekang.

Sejarah terulang. Munculnya hasrat untuk menggubah karya-karya eksprimental dan eksploratif, telah mendorong banyak penulis berlomba-lomba mewujudkan sekaligus menafsirkan eksprimentasi-eksplorasinya sendiri. Tidak dapat diabaikan, kerinduan ini bukan tanpa sebab. Maraknya cerpen-cerpen realis (dan beberapa dibuat surealis bahkan absurd) namun dari latar kelahiran yang sama, yakni secara ruang (kebanyakan di surat kabar Minggu) dan secara konseptual (cerpen-cerpen “fakta-fiksi”), tampaknya menimbulkan rasa jenuh atau tidak puas bagi sebagian kalangan.

Mereka mencoba mendedah kemungkinan, jika bukan alternatif, menggubah karya eksprimentasi, apakah secara bentuk, persfektif tematik, plot, atau penokohan. Sebagian kemungkinan itu terlihat pada pengolahan bahasa yang sangat detail tapi dibuat indah, metaforik dan berirama dalam ranah “tamasya bahasa”; tema yang berkelindan pada hal-hal kecil tapi mendetail dan sangat dikenal yang memberi efek dimensional pada keseluruhan cerita; plot yang dibuat berlapis dengan tokoh-tokoh yang memiliki ruang tutur masing-masing, dan seterusnya. Lihatlah, cerpen-cerpen yang mengatasnamakan teknik eksprimentasi dan muatan eksploratif itu ramai bermunculan‘”meski dalam perkembangannya kemudian juga mulai dibuat-buat, jika tidak jenuh.

Tapi tak dapat pula diabaikan, bahwa fenomena ini pada awalnya sangat menggembirakan dan menyegarkan di tengah merajalelanya cerpen-cerpen “fakta-fiksi”. Bagaimanapun, masa ini, disadari atau tidak, telah jadi momentum bagi lahirnya karya-karya terbaik para cerpenis semacam Triyanto Triwikromo, A.S. Laksana, Gus tf Sakai, Joni Ariadinata, Martin Aleida, Zen Hae, dan yang lebih muda Eka Kurniawan, Azhari, Puthut EA, Sunlie Thomas Alexander, Gunawan Maryanto, Dina Oktaviani, Yetti A.KA, atau Ugoran Prasad. Meski sebagian di antara mereka jauh sebelum fenomena itu tiba telah melahirkan karya yang dianggap eksprimental, misal Joni Ariadinata dengan “Lampor”-nya yang menaturalisasikan bahasa pinggiran, maupun Martin Aleida yang sejak awal menjelajah realitas-ideologis atau Triyanto Triwikromo dengan tokoh dan bahasa mencekam. Namun beberapa di antaranya mendapat ruang lebih luas pada kurun ini, sebutlah Triyanto yang terus-menerus mengasah kepekaan bahasanya menjadi kian liar sekaligus puitik dan tokoh-tokohnya kian unik saja.

Hilangnya Hal Dasar
Tersebab gencarnya wacana eksprimentasi, diiringi ramainya upaya di luar teks yang secara eksplisit mengklaim telah lahir “mazhab” baru penulisan sastra, ditandai bahasa metaforik serta tema tentang tabu dan tubuh‘”secara konkrit terepresentasikan oleh novel Saman Ayu Utami dan novel Cala Ibi atau kumpulan cerpen Laluba Nukila Amal‘”kian populerlah eksprimentasi dalam dunia penulisan sastra.

Tentu harus dilihat bahwa pengarang hakikatnya bersifat jamak, di mana satu sama lain punya bahasa ungkap dan minat tema berbeda. Namun, ketika banyak penulis mengacu pada model penulisan Ayu atau Nukila, di sinilah sesungguhnya eksprimentasi mengalami titik jenuh, stagnan dan latah. Tidak saja membenarkan istilah Triyanto Triwikromo tentang perayaan “klise massal” dan “duplikasi diri”, tetapi lebih dari itu, eksprimentasi seolah-olah tujuan yang mesti dicapai, sebab besarnya hasrat untuk tampil beda atau “mengubah dunia”.

Di sisi lain, gaya penulisan “cerpen koran” yang mula-mula berangkat dari “pembocoran fakta” seperti dikembangkan antara lain oleh Seno Gumira Ajidarma atau Agus Noor, lama-kelamaan semakin romantis saja, enjoy, sehingga terasa kian jauh dari cerpen “fakta-fiksi” awal SGA yang termaktub dalam kumpulan Saksi Mata. Juga cerpen-cerpen satire Agus Noor dalam kumpulan Bapak Presiden yang Terhormat mendapat porsi yang kian sedikit. Dan yang berkembang kemudian‘”dan sekaligus beroleh banyak jemaah‘”justru cerpen-cerpen romantisisme metropolis kalau bukan urban, semacam dalam kumpulan Dilarang Menyanyi Di Kamar Mandi-nya SGA atau Selingkuh Itu Indah-nya Agus Noor yang betul-betul “indah” tanpa gejolak kecuali mungkin sekadar gelora.

Bersamaan dengan itu, cerpen-cerpen realis gubahan Kuntowojoyo, Hamsad Rangkuti, Ahmad Tohari, S. Prasetyo Utomo, Yusrizal KW atau Indra Tranggono, tidak cukup membuat para penulis muda takjub. Terlepas dari hasil cerpen-cerpen realis para penulis tersebut, ketidaktertarikan terkesan lebih karena godaan fase eksprimentasi. Realisme, dianggap udik, konvensional, apalagi jika dikaitkan dengan hal ideologis semacam “realisme sosial”, tidak saja membuat tengkuk bergidik, ora enjoy, sekaligus dianggap bakal menjadi beban cerita bertendens.

Akibatnya, hal-hal mendasar dalam penulisan cerpen kerap disepelekan kalau bukan dianggap ketinggalan. Apa yang muncul kemudian adalah sejumlah tindakan yang saya kira terlalu dibuat-buat untuk memposisikan perubahan-perubahan itu, dari hal teknis saja misalnya penamaan atas genre cerpen (short-story) menjadi “cerita”, “kisah” atau “petilan dari cerita yang lebih luas”, di mana penulisnya seolah tak cukup kuat disebut “cerpenis” dan mesti diganti dengan “prosais”, yang maknanya paralel dengan bandingan antara “sastrawan” dan “budayawan”. Terkadang, upaya itu hanya untuk membuatnya tampak beda dengan apa-apa yang sudah ada, tetapi esensinya tetap sama, bahkan beberapa terkesan dipaksakan.

Ya, realisme kadung dianggap udik tanpa melihat ada korelasi penting dari teknik dasar mengarang. Akibatnya, menjamurlah cerpen-cerpen yang “tipis tokoh”, bahasa yang mendayu dan tidak artikulatif, plot yang menghindar dari konflik dan anatomi cerita tak lebih sebagai fragmen, serta latar yang dibuat detail meski sebenarnya tidak memiliki relevansi langsung dengan struktur cerita. Tidak heran, membaca cerpen-cerpen semacam ini, saya selalu ingat komentar seorang pengamat di back-cover sebuah buku, yang tak jelas benar apakah serius atau berseloroh,”Bagus, meski kita tidak mengerti isi ceritanya.” Cerpen gumam, itulah yang tampaknya yang memang sedang dirayakan!
Jadi, apakah saya berlebihan? Saya arahkan pandangan ke sepanjang Sungai Martapura: jalan-raya kapal-kapal yang kian sepi, rumah-rumah kayu yang merana, anak-anak telanjang berloncatan dari tepian‘¦ Sungguh kurindu melahirkan kisah-kisah baru yang tidak sekadar gumam sahaja, namun menghanyutkan tanpa kehilangan bau, warna dan suara-suara.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar