Jumat, 21 Mei 2010

Surat dari Mei

Denny Mizhar
http://www.sastra-indonesia.com/

AKU membaca surat yang kau kirim padaku seminggu yang lalu. Setelah lama kau tak ada kabarnya. Sempat waktu itu, aku bertanya pada semua kawanmu. Tetapi mereka diam tak memberi jawaban, di mana keberadaanmu.

Dua tahun kau menghilang tanpa jejak. Sehabis Aku meninggalkan kota tempat menyelesaikan kuliah. Pergi mengadu nasib di Ibu kota. Mencari pekerjaan demi memperbaiki hidup yang layak. Tapi aku tak tahan di Ibu kota, akhirnya aku putuskan untuk pulang kembali. Aku lebih suka di kota yang sudah lama aku singgahi, dan akan sering bertemu dengamu yakni kota Malang. Nama kota seperti nama nasibnya.

Membaca suratmu, penyesalanku kembali datang. Kenapa aku dulu harus pergi ke Ibu Kota, padahal kau sangat membutuhkanku. Aku merasa bersalah, meninggalkanmu sendirian tanpa kawan. Kau pendiam dan kritis dan tentu saja manis. Sehingga kawan-kawan sekerjamu takut berkawan denganmu atau sekedar mendekat kepadamu padahal mereka terpesona dengan kecantikanmu. Seperti aku, tetapi bukan hanya kecantikanmu juga sikap dan pendirianmu.

Terakhir kita bertemu. Kau bilang ada yang tidak beres di perusahaan, tempatmu bekerja.

“Kenapa gaji karyawan tidak sepadan dengan pendapatan perusahaan, ini jelas mereka menghisap para karyawan. Harusnya pemerintah ambil bagian dalam masalah ini, tetapi malah membela pemilik perusahaan. Atau memang takut, penanam modalnya akan kabur. Perusahaanku sudah dikuasai orang-orang asing.” Wajahmu memerah padam ketika kau bercerita kepadaku, sambil kau mengepal-ngepalkan tangan. Kejengkelanmu memuncak.

“Bila ada masalah, bilang padaku. Tetapi harus ada data-data yang kuat. Kawan-kawanku banyak yang aktivis, mereka juga ada yang memperjuangkan hak-hak buruh. Lebih baik kau cari data-data untuk meperkuat pendapatmu” sambil aku menepuk punggungmu dan membelai rambut panjangmu.
“Hem… tidak salah kau menjadi kekasihku, tidak pernah makan bangku kampus. Tapi kau tahu itu teori Marx, tentang nilai lebih yang harus diperjuangkan sebab itu adalah hak buruh.” Aku menenangkanmu untuk bertindak tidak gegabah dan berfikir jernih.

***
Surat yang kau kirim seminggu yang lalu, masih aku pandangi. Aku benar-benar menyesal. Atas kepergianku waktu itu. Aku berkali-kali baca pada halaman ke dua ?yang tak habis aku pikir?kau nekat sekali

” Mas, sudah dua tahun kurang satu minggu aku di penjara. Seminggu ketika Mas pergi ke Ibu Kota. Aku meprotes gaji yang tak adil. Aku mendapatkan data-data yang aku curi dari komputer bagian keuangan ketika aku kerja lembur. Membuatku menjadi geram tak tertahan. Aku tak inggat lagi nasehat Mas untuk membawa data tersebut ke teman-teman Mas yang aktivis buruh. Aku tak kuat Mas, melihat ketidakadilan itu. Apalagi buat karyawan kontrak yang sudah lama bekerja tak juga diangkat menjadi pkerja tetap. Sengaja aku tak pulang. Aku tidur di ruang iastirahat. Hingga pagi tiba dan kebetulan waktu itu ada rapat besar para steak holder perusahaanku. Aku masuk ruang rapat mereka dan berteriak-teriak. Anehnya teman-temanku tidak ada satupun yang membela aku. Mereka takut, kalau dikeluarkan dari perusahaanku. Sebab kau tahu kan Mas, mencari kerja sangatlah susah di Negeri ini”.

Aku menghela nafas, betapa nekatnya dirimu.

“Tiba-tiba kepala perusahaan, memerintahkan untuk pulang seluruh karyawan. Tinggal aku sendiri yang tak pulang. Berharap mendapat jawaban dari pimpinan perusahaan. Tetapi, yang datang malah dua orang petugas polisi. Mereka menangkapku. katanya aku membuat ketidaknyamanan ditempat umum, merisaukan para karyawan yang lain.”

Mei, air mataku menetes. Aku ternyata orang tolol, tak bisa berbuat apa-apa pada kekasihnya yang mengalami ketidakadilan. Kepadamu saja aku tidak bisa menolong, apalagi pada orang lain.

Benar-benar harus dipertanyakan pengabdianku pada mereka yang tidak dipihak oleh keadaan?politik, sosial, budaya dan agama.

Mei, sebenarnya aku ingin menjengukmu walau seminggu lagi kau pulang. tapi kalimat dalam suratmu tidak mengijinkan aku mengunjungimu. Rinduku yang selama ini tak tahu jalan kini ada cahaya terang. Tapi bagaimana aku memulangkannya. Pintamu tak mengharap aku datang.

***

Sejak semasa kuliah, aku menjadi aktivis yang sering demontrasi. Menyuarakan hak-hak kemanusian. Itu yang menjadi awal perkenalanku dengamu. Saat demontrasi memperingati hari buruh. Tepatnya tanggal 1 Mei empat tahun yang lalu. Aku bersama kawan-kawanku Mahasiswa bergabung dengan kelompok buruh. Kau menghampiri aku sehabis aku berorasi
Kau terpukau dengan isi dan orasiku.
“Kau mirip Soekarno mas, saat dipodium tadi.” Sambil memberi minum air gelas meniral padaku.
Aku mengira kau anak kuliahan sama denganku. Sebab kau tak pakai kaos seragam kerja seperti buruh-buruh lain yang bergabung saat demonstarsi. Kau mengenalkan dirimu adalah buruh dari perusahaan terbesar di kota Malang. Kau membolos kerja padahal harusnya tidak libur. Kau juga mengeluh, teman sekerjamu tidak ada yang mau ikut menyuarakan hak buruh. Sebab ada peringatan dari perusahaan, barang siapa yang akan ikut merayakan hari buruh akan dapat surat peringatan. Jika sudah dapat peringatan tiga kali. maka akan dikeluarkan dari perusahaan.
Kau bilang sudah mendapat surat peringatan sekali dan masih ada dua kali lagi perusahaan dapat mengeluarkanmu. Sebentar lagi dua kali, kau tetap tersenyum, tak ada risau sama sekali. Kau berharap ketika hari buruh tiba, semua perusahaan meliburkan karyawannya atau mengadakan semacam refleksi atas perjuangan buruh. Sayangnya itu masih isapan jempol di perusahaanmu. Karena libur pada tanggal 1 Mei masih menjadi tuntutan untuk diperjuangakan, juga demontrasi kali ini.
Ketika itu aku bertanya tentang asal usulmu. Kau menjawab “Namaku Mei, lahir di bulan Mei pada tanggal 1, aku ulang tahun Mas”
Aku jabat tanganmu kedua kalinya sambil mengucapkan
“Selamat ulang tahun”.
Entah ada apa dengan kata Mei. Nama bulan juga namamu serasa ganjil mendengarnya.
Lalu kita istirahat sambil makan rujak di sebelah stadion sepak bola. Kau menaljutkan ceritamu “Aku anak desa yang mencoba mengadu nasib ke kota. Sebenarnya aku ingin kuliah. Tapi kandas di tengah jalan. Sebab orang tuaku tak punya biaya. Sebenarnya Aku berharapan ingin melanjutkan kuliah dengan mengambil jurusan hukum dan cita-citaku ingin mengabdi pada negara dengan memperbaiki hukum yang tak pernah jelas di negara kita ini, mas”.

***

Mei, sekarang hari kau pulang. Para buruh telah menantimu. “Kau harus bersuara dengan lantang di hadapan kawan-kawanmu” Gumamku ketika hendak pergi bersiap-siap demontrasi peringatan hari buruh. Aku masih inggat pesanmu dalam surat yang kau kirim padaku. Untuk menunggumu di kerumunan para buruh demontrasi. Kau akan datang dan melambaikan tangan.
Para buruh sudah berdatangan, para Mahasiswa sudah berdatangan. Orasi sudah bergantian. Suara-suara buruh kian menggelegar di depan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Kota. Aku terus memandang kesana kemari, tak juga ada lambaian tanganmu.
Demontrasi telah usai, kau tak tampak juga. Lalu aku putuskan untuk menjemputmu. Tapi, ketika sipir yang menjaga rumah tahanan aku tanya.
“Bu, apa ada tahanan yang keluar dari sini hari ini?” Lama tak ada jawaban, sambil mebuka-buka buku arsip Ibu sipir menjawab
“Tak ada mas”.
“Coba lihat lagi Bu, namanya Mei”
“Oh, Mei. Dia sudah keluar kemarin dan dijemput oleh mobil”
“Ibu tahu kemana perginya?”
“Kami di sini tidak tahu. Sebab setelah tahanan keluar dari sini, bukan urusan kami”

Langkahku gontai, sambil cepat-cepat aku ambil telepon genggam menghubungi kawan-kawanku untuk membongkar kasus Mei.
Kita datangi perusahaan Mei. Tapi hasilnya kosong. Sebab tak ada catatan dan data bahwa Mei pernah bekerja di perusahaan tersebut. Aku mayakinkan kawan-kawanku dengan surat yang aku simpan di kantongku. Tapi, itu bukan bukti yang cukup kuat. Adapun bukti kuat adalah teman-teman sekerja sama Mei. Tentu mereka juga akan bumkam. Sebab takut untuk di keluarkan dari perusahaan.

Mei, telah hilang seperti nasib Marsinah, Seperti Nasib Wiji Tukul, seperti Nasib Kawan-kawanku yang tak tahu rimbahnya. Mereka menguap seperti asap, tak ada jejak. Serupa tuntutan buruh ketika berdemonstrasi, tak pernah ada jawab.

Malang, 21 April – 1 Mei 2010

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar