Denny Mizhar
http://www.sastra-indonesia.com/
AKU membaca surat yang kau kirim padaku seminggu yang lalu. Setelah lama kau tak ada kabarnya. Sempat waktu itu, aku bertanya pada semua kawanmu. Tetapi mereka diam tak memberi jawaban, di mana keberadaanmu.
Dua tahun kau menghilang tanpa jejak. Sehabis Aku meninggalkan kota tempat menyelesaikan kuliah. Pergi mengadu nasib di Ibu kota. Mencari pekerjaan demi memperbaiki hidup yang layak. Tapi aku tak tahan di Ibu kota, akhirnya aku putuskan untuk pulang kembali. Aku lebih suka di kota yang sudah lama aku singgahi, dan akan sering bertemu dengamu yakni kota Malang. Nama kota seperti nama nasibnya.
Membaca suratmu, penyesalanku kembali datang. Kenapa aku dulu harus pergi ke Ibu Kota, padahal kau sangat membutuhkanku. Aku merasa bersalah, meninggalkanmu sendirian tanpa kawan. Kau pendiam dan kritis dan tentu saja manis. Sehingga kawan-kawan sekerjamu takut berkawan denganmu atau sekedar mendekat kepadamu padahal mereka terpesona dengan kecantikanmu. Seperti aku, tetapi bukan hanya kecantikanmu juga sikap dan pendirianmu.
Terakhir kita bertemu. Kau bilang ada yang tidak beres di perusahaan, tempatmu bekerja.
“Kenapa gaji karyawan tidak sepadan dengan pendapatan perusahaan, ini jelas mereka menghisap para karyawan. Harusnya pemerintah ambil bagian dalam masalah ini, tetapi malah membela pemilik perusahaan. Atau memang takut, penanam modalnya akan kabur. Perusahaanku sudah dikuasai orang-orang asing.” Wajahmu memerah padam ketika kau bercerita kepadaku, sambil kau mengepal-ngepalkan tangan. Kejengkelanmu memuncak.
“Bila ada masalah, bilang padaku. Tetapi harus ada data-data yang kuat. Kawan-kawanku banyak yang aktivis, mereka juga ada yang memperjuangkan hak-hak buruh. Lebih baik kau cari data-data untuk meperkuat pendapatmu” sambil aku menepuk punggungmu dan membelai rambut panjangmu.
“Hem… tidak salah kau menjadi kekasihku, tidak pernah makan bangku kampus. Tapi kau tahu itu teori Marx, tentang nilai lebih yang harus diperjuangkan sebab itu adalah hak buruh.” Aku menenangkanmu untuk bertindak tidak gegabah dan berfikir jernih.
***
Surat yang kau kirim seminggu yang lalu, masih aku pandangi. Aku benar-benar menyesal. Atas kepergianku waktu itu. Aku berkali-kali baca pada halaman ke dua ?yang tak habis aku pikir?kau nekat sekali
” Mas, sudah dua tahun kurang satu minggu aku di penjara. Seminggu ketika Mas pergi ke Ibu Kota. Aku meprotes gaji yang tak adil. Aku mendapatkan data-data yang aku curi dari komputer bagian keuangan ketika aku kerja lembur. Membuatku menjadi geram tak tertahan. Aku tak inggat lagi nasehat Mas untuk membawa data tersebut ke teman-teman Mas yang aktivis buruh. Aku tak kuat Mas, melihat ketidakadilan itu. Apalagi buat karyawan kontrak yang sudah lama bekerja tak juga diangkat menjadi pkerja tetap. Sengaja aku tak pulang. Aku tidur di ruang iastirahat. Hingga pagi tiba dan kebetulan waktu itu ada rapat besar para steak holder perusahaanku. Aku masuk ruang rapat mereka dan berteriak-teriak. Anehnya teman-temanku tidak ada satupun yang membela aku. Mereka takut, kalau dikeluarkan dari perusahaanku. Sebab kau tahu kan Mas, mencari kerja sangatlah susah di Negeri ini”.
Aku menghela nafas, betapa nekatnya dirimu.
“Tiba-tiba kepala perusahaan, memerintahkan untuk pulang seluruh karyawan. Tinggal aku sendiri yang tak pulang. Berharap mendapat jawaban dari pimpinan perusahaan. Tetapi, yang datang malah dua orang petugas polisi. Mereka menangkapku. katanya aku membuat ketidaknyamanan ditempat umum, merisaukan para karyawan yang lain.”
Mei, air mataku menetes. Aku ternyata orang tolol, tak bisa berbuat apa-apa pada kekasihnya yang mengalami ketidakadilan. Kepadamu saja aku tidak bisa menolong, apalagi pada orang lain.
Benar-benar harus dipertanyakan pengabdianku pada mereka yang tidak dipihak oleh keadaan?politik, sosial, budaya dan agama.
Mei, sebenarnya aku ingin menjengukmu walau seminggu lagi kau pulang. tapi kalimat dalam suratmu tidak mengijinkan aku mengunjungimu. Rinduku yang selama ini tak tahu jalan kini ada cahaya terang. Tapi bagaimana aku memulangkannya. Pintamu tak mengharap aku datang.
***
Sejak semasa kuliah, aku menjadi aktivis yang sering demontrasi. Menyuarakan hak-hak kemanusian. Itu yang menjadi awal perkenalanku dengamu. Saat demontrasi memperingati hari buruh. Tepatnya tanggal 1 Mei empat tahun yang lalu. Aku bersama kawan-kawanku Mahasiswa bergabung dengan kelompok buruh. Kau menghampiri aku sehabis aku berorasi
Kau terpukau dengan isi dan orasiku.
“Kau mirip Soekarno mas, saat dipodium tadi.” Sambil memberi minum air gelas meniral padaku.
Aku mengira kau anak kuliahan sama denganku. Sebab kau tak pakai kaos seragam kerja seperti buruh-buruh lain yang bergabung saat demonstarsi. Kau mengenalkan dirimu adalah buruh dari perusahaan terbesar di kota Malang. Kau membolos kerja padahal harusnya tidak libur. Kau juga mengeluh, teman sekerjamu tidak ada yang mau ikut menyuarakan hak buruh. Sebab ada peringatan dari perusahaan, barang siapa yang akan ikut merayakan hari buruh akan dapat surat peringatan. Jika sudah dapat peringatan tiga kali. maka akan dikeluarkan dari perusahaan.
Kau bilang sudah mendapat surat peringatan sekali dan masih ada dua kali lagi perusahaan dapat mengeluarkanmu. Sebentar lagi dua kali, kau tetap tersenyum, tak ada risau sama sekali. Kau berharap ketika hari buruh tiba, semua perusahaan meliburkan karyawannya atau mengadakan semacam refleksi atas perjuangan buruh. Sayangnya itu masih isapan jempol di perusahaanmu. Karena libur pada tanggal 1 Mei masih menjadi tuntutan untuk diperjuangakan, juga demontrasi kali ini.
Ketika itu aku bertanya tentang asal usulmu. Kau menjawab “Namaku Mei, lahir di bulan Mei pada tanggal 1, aku ulang tahun Mas”
Aku jabat tanganmu kedua kalinya sambil mengucapkan
“Selamat ulang tahun”.
Entah ada apa dengan kata Mei. Nama bulan juga namamu serasa ganjil mendengarnya.
Lalu kita istirahat sambil makan rujak di sebelah stadion sepak bola. Kau menaljutkan ceritamu “Aku anak desa yang mencoba mengadu nasib ke kota. Sebenarnya aku ingin kuliah. Tapi kandas di tengah jalan. Sebab orang tuaku tak punya biaya. Sebenarnya Aku berharapan ingin melanjutkan kuliah dengan mengambil jurusan hukum dan cita-citaku ingin mengabdi pada negara dengan memperbaiki hukum yang tak pernah jelas di negara kita ini, mas”.
***
Mei, sekarang hari kau pulang. Para buruh telah menantimu. “Kau harus bersuara dengan lantang di hadapan kawan-kawanmu” Gumamku ketika hendak pergi bersiap-siap demontrasi peringatan hari buruh. Aku masih inggat pesanmu dalam surat yang kau kirim padaku. Untuk menunggumu di kerumunan para buruh demontrasi. Kau akan datang dan melambaikan tangan.
Para buruh sudah berdatangan, para Mahasiswa sudah berdatangan. Orasi sudah bergantian. Suara-suara buruh kian menggelegar di depan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Kota. Aku terus memandang kesana kemari, tak juga ada lambaian tanganmu.
Demontrasi telah usai, kau tak tampak juga. Lalu aku putuskan untuk menjemputmu. Tapi, ketika sipir yang menjaga rumah tahanan aku tanya.
“Bu, apa ada tahanan yang keluar dari sini hari ini?” Lama tak ada jawaban, sambil mebuka-buka buku arsip Ibu sipir menjawab
“Tak ada mas”.
“Coba lihat lagi Bu, namanya Mei”
“Oh, Mei. Dia sudah keluar kemarin dan dijemput oleh mobil”
“Ibu tahu kemana perginya?”
“Kami di sini tidak tahu. Sebab setelah tahanan keluar dari sini, bukan urusan kami”
Langkahku gontai, sambil cepat-cepat aku ambil telepon genggam menghubungi kawan-kawanku untuk membongkar kasus Mei.
Kita datangi perusahaan Mei. Tapi hasilnya kosong. Sebab tak ada catatan dan data bahwa Mei pernah bekerja di perusahaan tersebut. Aku mayakinkan kawan-kawanku dengan surat yang aku simpan di kantongku. Tapi, itu bukan bukti yang cukup kuat. Adapun bukti kuat adalah teman-teman sekerja sama Mei. Tentu mereka juga akan bumkam. Sebab takut untuk di keluarkan dari perusahaan.
Mei, telah hilang seperti nasib Marsinah, Seperti Nasib Wiji Tukul, seperti Nasib Kawan-kawanku yang tak tahu rimbahnya. Mereka menguap seperti asap, tak ada jejak. Serupa tuntutan buruh ketika berdemonstrasi, tak pernah ada jawab.
Malang, 21 April – 1 Mei 2010
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 21 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar