Oky Sanjaya*
http://www.lampungpost.com/
MASYARAKAT Lampung sedang mengalami krisis identitas terutama perilaku masyarakat marganya. Seiring globalisasi, nilai-nilai budaya juga mengalami penyusutan , semula merupakan nilai-nilai sakral, kini mengarah ke nilai kepentingan kelompok tertentu. Hal tersebut diperparah dengan kurangnya pemahaman masyarakat marga terhadap marganya sendiri, tanpa terkecuali mereka yang berada di dalam sistem marga tersebut.
Kurangnya pemahaman tersebut diakibatkan sebagian dari punyimbang adat tidak tinggal lagi di tempat tegaknya kepunyimbangan adatnya. Akibatnya, pewarisan nilai-nilai luhur yang seharusnya diberikan (diberi pendidikan budaya) kepada anak keturunannya mengalami perubahan nilai sebab anak tidak lagi menjadi pelaku budaya tetapi jauh dari budayanya.
Lingkungan menyebabkan sang anak jadi orang lain atau orang Lampung yang tidak Lampung. Meski sebenarnya proses tersebut dapat diatasi asalkan ada kalanya anak diajak bersentuhan langsung dengan budaya leluhurnya, yang terjadi sebaliknya, sebagian besar anak-anak dari para punyimbang tidak bisa berbahasa Lampung. Hal tersebut juga bisa terjadi sebagai akibat dari komunikasi kultural dan atau komunikasi bahasa yang tidak membumi di lingkungan keluarga. Selain itu juga, Kota Bandar Lampung, yang seharusnya menjadi proyek percontohan bagi kabupaten dan kota provinsi lainnya, tidak menunjukkan adanya komunikasi kultural terutama di pemerintah kota, di lingkungan pendidikan, dan di pasar, yang seharusnya menjadi tempat terjadinya lahan yang cukup baik untuk pembibitan Bahasa Lampung secara profesional.
Namun demikian, upaya pemerintah daerah untuk memperkenalkan budaya Lampung dengan jalan pariwisata tetap perlu mendapat perhatian. Perhatian tersebut berpusat pada masyarakat Lampung sendiri. Lampung sebagai daerah yang multietnis, selayaknya dinilai sebagai satu bumi dihuni oleh dua nilai budaya; budaya Lampung dan budaya pendatang, dan budaya pendatang mengalami trasformasi budaya ke-Lampung-an itu sendiri sehingga menghasilkan nilai budaya yang padu.
Sebagai sebuah nilai budaya yang padu, masyarakat Lampung adalah “masyarakat terpengaruh” oleh penyebab-penyebab perubahan nilai budaya terutama di bidang ekonomi. Dari bidang ekonomi penyebab-penyebab perubahan merambah ke bidang sosial, agama, pendidikan, dan lain-lain. Keterkaitan bidang sosial dan ekonomi misalnya dapat kita lihat pada beberapa pasar tradisional yang ada di Lampung, sebagai contoh pasar kuncoro yang ada di Desa Kuncoro, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, Lampung, di mana interaksi bahasa (orang Lampung terpaksa menggunakan bahasa Jawa [yang pada akhirnya terbiasa]) terjadi. Pemicu utama karena rasa saling membutuhkan antara kedua masyarakat yang berbeda meski sering terjadi penyimpangan sosial antara keduanya.
Perilaku sosial ekonomi masyarakat kadang mengalami kesenjangan terhadap perilaku budaya yang beragam. Yang akhirnya timbul saling tak ingin mempelajari budaya di daerah multietnis ini sehingga identitas budaya pribumi pun terabaikan apalagi bila kita mengingat pendapat Anton Kurniawan, penyair Lampung, “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung tidak berlaku bagi orang Jawa,” yang disampaikan pada FGD (focus group discussion) tentang pengawetan bahasa Lampung yang diadakan Lampung Post bekerja sama dengan Kantor Bahasa beberapa waktu lalu di Kantor Bahasa (dalam hal ini, pemerintah, sebagai pihak tergugat tidak hadir). Pendapat ini memberikan kesan kepada kita enggannya “ulun Lampung” meresapi nilai spiritual Lampung .
Marga Semuong adalah salah satu contoh marga yang mulai kehilangan nilai-nilai luhur budayanya, seperti yang dikatakan secara tersirat oleh Tamong Hasbulloh yang tinggal di Pekon Raja Basa, Kecamatan Bandar Negeri Semuong, Kabupaten Tanggamus, Lampung, sekitar 4 jam perjalanan dari Bandar Lampung, sanak tano, anak sekarang, begitu dia melanjutkan pembicaraan kami setelah menceritakan beberapa tata adat yang jarang digunakan lagi (terutama ngebabarau dan dadi).
“Bacak tan joget jak haga bulajar dadi, ngebabarau, ngias, tari kipas, nasib, rik ngenal adat rik pakayan kak ketatang wat gawi (mereka lebih suka joget daripada belajar dadi, ngebabarau, ngias, tari kipas, nasib, dan mengenal adat dan pakaian ketika akan diadakan nayuh/pesta adat perkawinan, yang secara keseluruhan merupakan ziarah dan introspeksi perilaku keseharian masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya musyawarah, gotong royong, dan pendidikan khususnya bagi muli-mekhanai (pemudi-pemuda) Lampung.
Dadi, ngebabarau, ngias, dan sebagainya, merupakan sastra lisan Lampung yang perlu mendapat perhatian di daerah ini terutama dari pemerintah daerah; menyadarkan masyarakat Marga Semuong untuk melestarikan budayanya. Dan mengingatkan mereka pada kejayaan nilai-nilai luhur yang pernah ada di daerah ini, dalam garis kesakralan yang juga perlu dibicarakan bersama antara pemerintahan daerah dan para tokoh adat.
Sebagai pelaku budaya di daerah ini, Tamong Hasbulloh, pun perlu mendapat perhatian dari pemerintah daerah.
Tanggung Jawab ‘Mekhanai’
Ilat dalam Bahasa Lampung merupakan bahasa khusus yang digunakan untuk mengatakan apai (tikar); belum diketahui secara pasti asal kata tersebut. Kekhususan tersebut disebabkan ilat sebagai simbol kehormatan masyarakat saibatin tertentu yang diemban oleh seorang mekhanai (bujang) terpilih dari masyarakat saibatin itu, biasanya mekhanai yang paham dengan adat dalam marganya (catatan: di daerah Lampung Semaka, marga terdiri dari beberapa masyarakat Saibatin yang dipimpin oleh seorang pengiran).
Konsekuensi dari gagalnya menjaga ilat; ilat diduduki oleh mekhanai dari masyarakat saibatin lain, adalah hilangnya ke-Saibatin-an masyarakat itu. Selain itu juga meranai tersebut dilarang masuk ke masyarakatnya sampai cakak pepadun terjadi; yaitu pemulihan kedudukan masyarakat Saibatin itu terhadap masyarakat Saibatin lain. Cakak pupadun dilaksanakan dengan resepsi pemotongan kerbau.
Mejong ilat dilaksanakan pada malam pangan yaitu hari ke-7 dari pelaksanaan adat perkawinan. Acara diawali dengan mengan pelambaran (makan bersama dengan duduk saling berhadapan) antara muli-mekhanai baya dengan muli-mekhanai jebus (muli-mekhanai di luar masyarakat Saibatin Nayuh namun masih dalam rumpun masyarakat marganya sebab ada juga muli-mekhanai jebus selang semitang yaitu muli-mekhanai bukan dalam rumpun marganya) yang dimulai dengan ngebabarau terlebih dahulu oleh perwakilan mekhanai baya.
Kemudian dengan selang waktu yang cukup dari selesainya mengan pelambaran, dilanjutkan dengan meranai baya baca dadi (“bujang saifulhajad”membaca dadi) secara bergantian sampai pada meranai jebus urutan terakhir saibatin marga. Dalam masyarakat Lampung Semaka (masyarakat yang terdiri dari beberapa marga), cacak ilat atau pembacaan dadi urutannya adalah sebagai berikut: a. mekhanai Padang Ratu, 2. mekhanai Kunyayan, 3. mekhanai Way Kerap, 4. mekhanai Raja Basa, 5. mekhanai Sanggi, 6. mekhanai Padang Manis, 7. mekhanai Negeri Ngarip, 8. mekhanai Suka Bandung, 9. mekhanai Bandar Suka Bumi, 10. mekhanai Penanggungan, 11. mekhanai Raja Basa Lupak, 12. mekhanai Gunung Doh, 14. mekhanai Gunung Aji, 14. mekhanai Raja Basa Lama. Setelah selesai cacak ilat, selanjutnya memperbolehkan mekhanai jebus selang semitang masuk, dan dadi pun dilanjutkan kembali. Acara tersebut dimulai 19.00 WIB sampai 04.00 WIB. Kemudian pagi pangan (08.00) mulai ngias, dst.
Ada yang menarik untuk kita ketahui berkaitan urutan cacak ilat yang terus dilakukan sampai akhirnya punah ditahun 1985-an (ini didasarkan perkiraan penulis terhadap beberapa informasi) bahwa setiap pekon (kampung) memiliki rumpun adat yang meninjau asal dan perserikatan adat. Dari setiap pekon diklasifikasikan ke dalam rumpun adat rumpun adat yang selanjutnya penulis sebut sementara sebagai marga dilihat dari kesamaan dan keyakinan masyarakat dari asal mereka. Marga tersebut meliputi: 1. Marga Padang Ratu terdiri dari Pekon Padang Ratu, 2. Marga Suoh terdiri dari pekon Way Kerap, Pekon Padang Manis, Pekon Suka Bandung, dan Pekon Bandar Suka Bumi, 3. Marga Semuong terdiri dari, Pekon Raja Basa, Pekon Sanggi, Pekon Penanggungan, Pekon Raja Basa Lupak, Pekon Gunung Doh, Pekon Gunung Aji, dan Pekon Raja Basa Lama (sebagai catatan pekon yang dimaksud di sini adalah kampung yang tidak dilihat secara administratif negara melainkan garis asal.
Perlu perhatian.
*) Penyair, bergiat di Sekolah Kebudayaan Lampung (SKL).
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar