Jumat, 21 Mei 2010

‘Mejong Ilat’, Sebuah Nilai Tradisi

Oky Sanjaya*
http://www.lampungpost.com/

MASYARAKAT Lampung sedang mengalami krisis identitas terutama perilaku masyarakat marganya. Seiring globalisasi, nilai-nilai budaya juga mengalami penyusutan , semula merupakan nilai-nilai sakral, kini mengarah ke nilai kepentingan kelompok tertentu. Hal tersebut diperparah dengan kurangnya pemahaman masyarakat marga terhadap marganya sendiri, tanpa terkecuali mereka yang berada di dalam sistem marga tersebut.

Kurangnya pemahaman tersebut diakibatkan sebagian dari punyimbang adat tidak tinggal lagi di tempat tegaknya kepunyimbangan adatnya. Akibatnya, pewarisan nilai-nilai luhur yang seharusnya diberikan (diberi pendidikan budaya) kepada anak keturunannya mengalami perubahan nilai sebab anak tidak lagi menjadi pelaku budaya tetapi jauh dari budayanya.

Lingkungan menyebabkan sang anak jadi orang lain atau orang Lampung yang tidak Lampung. Meski sebenarnya proses tersebut dapat diatasi asalkan ada kalanya anak diajak bersentuhan langsung dengan budaya leluhurnya, yang terjadi sebaliknya, sebagian besar anak-anak dari para punyimbang tidak bisa berbahasa Lampung. Hal tersebut juga bisa terjadi sebagai akibat dari komunikasi kultural dan atau komunikasi bahasa yang tidak membumi di lingkungan keluarga. Selain itu juga, Kota Bandar Lampung, yang seharusnya menjadi proyek percontohan bagi kabupaten dan kota provinsi lainnya, tidak menunjukkan adanya komunikasi kultural terutama di pemerintah kota, di lingkungan pendidikan, dan di pasar, yang seharusnya menjadi tempat terjadinya lahan yang cukup baik untuk pembibitan Bahasa Lampung secara profesional.

Namun demikian, upaya pemerintah daerah untuk memperkenalkan budaya Lampung dengan jalan pariwisata tetap perlu mendapat perhatian. Perhatian tersebut berpusat pada masyarakat Lampung sendiri. Lampung sebagai daerah yang multietnis, selayaknya dinilai sebagai satu bumi dihuni oleh dua nilai budaya; budaya Lampung dan budaya pendatang, dan budaya pendatang mengalami trasformasi budaya ke-Lampung-an itu sendiri sehingga menghasilkan nilai budaya yang padu.

Sebagai sebuah nilai budaya yang padu, masyarakat Lampung adalah “masyarakat terpengaruh” oleh penyebab-penyebab perubahan nilai budaya terutama di bidang ekonomi. Dari bidang ekonomi penyebab-penyebab perubahan merambah ke bidang sosial, agama, pendidikan, dan lain-lain. Keterkaitan bidang sosial dan ekonomi misalnya dapat kita lihat pada beberapa pasar tradisional yang ada di Lampung, sebagai contoh pasar kuncoro yang ada di Desa Kuncoro, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, Lampung, di mana interaksi bahasa (orang Lampung terpaksa menggunakan bahasa Jawa [yang pada akhirnya terbiasa]) terjadi. Pemicu utama karena rasa saling membutuhkan antara kedua masyarakat yang berbeda meski sering terjadi penyimpangan sosial antara keduanya.

Perilaku sosial ekonomi masyarakat kadang mengalami kesenjangan terhadap perilaku budaya yang beragam. Yang akhirnya timbul saling tak ingin mempelajari budaya di daerah multietnis ini sehingga identitas budaya pribumi pun terabaikan apalagi bila kita mengingat pendapat Anton Kurniawan, penyair Lampung, “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung tidak berlaku bagi orang Jawa,” yang disampaikan pada FGD (focus group discussion) tentang pengawetan bahasa Lampung yang diadakan Lampung Post bekerja sama dengan Kantor Bahasa beberapa waktu lalu di Kantor Bahasa (dalam hal ini, pemerintah, sebagai pihak tergugat tidak hadir). Pendapat ini memberikan kesan kepada kita enggannya “ulun Lampung” meresapi nilai spiritual Lampung .

Marga Semuong adalah salah satu contoh marga yang mulai kehilangan nilai-nilai luhur budayanya, seperti yang dikatakan secara tersirat oleh Tamong Hasbulloh yang tinggal di Pekon Raja Basa, Kecamatan Bandar Negeri Semuong, Kabupaten Tanggamus, Lampung, sekitar 4 jam perjalanan dari Bandar Lampung, sanak tano, anak sekarang, begitu dia melanjutkan pembicaraan kami setelah menceritakan beberapa tata adat yang jarang digunakan lagi (terutama ngebabarau dan dadi).

“Bacak tan joget jak haga bulajar dadi, ngebabarau, ngias, tari kipas, nasib, rik ngenal adat rik pakayan kak ketatang wat gawi (mereka lebih suka joget daripada belajar dadi, ngebabarau, ngias, tari kipas, nasib, dan mengenal adat dan pakaian ketika akan diadakan nayuh/pesta adat perkawinan, yang secara keseluruhan merupakan ziarah dan introspeksi perilaku keseharian masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya musyawarah, gotong royong, dan pendidikan khususnya bagi muli-mekhanai (pemudi-pemuda) Lampung.

Dadi, ngebabarau, ngias, dan sebagainya, merupakan sastra lisan Lampung yang perlu mendapat perhatian di daerah ini terutama dari pemerintah daerah; menyadarkan masyarakat Marga Semuong untuk melestarikan budayanya. Dan mengingatkan mereka pada kejayaan nilai-nilai luhur yang pernah ada di daerah ini, dalam garis kesakralan yang juga perlu dibicarakan bersama antara pemerintahan daerah dan para tokoh adat.

Sebagai pelaku budaya di daerah ini, Tamong Hasbulloh, pun perlu mendapat perhatian dari pemerintah daerah.

Tanggung Jawab ‘Mekhanai’

Ilat dalam Bahasa Lampung merupakan bahasa khusus yang digunakan untuk mengatakan apai (tikar); belum diketahui secara pasti asal kata tersebut. Kekhususan tersebut disebabkan ilat sebagai simbol kehormatan masyarakat saibatin tertentu yang diemban oleh seorang mekhanai (bujang) terpilih dari masyarakat saibatin itu, biasanya mekhanai yang paham dengan adat dalam marganya (catatan: di daerah Lampung Semaka, marga terdiri dari beberapa masyarakat Saibatin yang dipimpin oleh seorang pengiran).

Konsekuensi dari gagalnya menjaga ilat; ilat diduduki oleh mekhanai dari masyarakat saibatin lain, adalah hilangnya ke-Saibatin-an masyarakat itu. Selain itu juga meranai tersebut dilarang masuk ke masyarakatnya sampai cakak pepadun terjadi; yaitu pemulihan kedudukan masyarakat Saibatin itu terhadap masyarakat Saibatin lain. Cakak pupadun dilaksanakan dengan resepsi pemotongan kerbau.

Mejong ilat dilaksanakan pada malam pangan yaitu hari ke-7 dari pelaksanaan adat perkawinan. Acara diawali dengan mengan pelambaran (makan bersama dengan duduk saling berhadapan) antara muli-mekhanai baya dengan muli-mekhanai jebus (muli-mekhanai di luar masyarakat Saibatin Nayuh namun masih dalam rumpun masyarakat marganya sebab ada juga muli-mekhanai jebus selang semitang yaitu muli-mekhanai bukan dalam rumpun marganya) yang dimulai dengan ngebabarau terlebih dahulu oleh perwakilan mekhanai baya.

Kemudian dengan selang waktu yang cukup dari selesainya mengan pelambaran, dilanjutkan dengan meranai baya baca dadi (“bujang saifulhajad”membaca dadi) secara bergantian sampai pada meranai jebus urutan terakhir saibatin marga. Dalam masyarakat Lampung Semaka (masyarakat yang terdiri dari beberapa marga), cacak ilat atau pembacaan dadi urutannya adalah sebagai berikut: a. mekhanai Padang Ratu, 2. mekhanai Kunyayan, 3. mekhanai Way Kerap, 4. mekhanai Raja Basa, 5. mekhanai Sanggi, 6. mekhanai Padang Manis, 7. mekhanai Negeri Ngarip, 8. mekhanai Suka Bandung, 9. mekhanai Bandar Suka Bumi, 10. mekhanai Penanggungan, 11. mekhanai Raja Basa Lupak, 12. mekhanai Gunung Doh, 14. mekhanai Gunung Aji, 14. mekhanai Raja Basa Lama. Setelah selesai cacak ilat, selanjutnya memperbolehkan mekhanai jebus selang semitang masuk, dan dadi pun dilanjutkan kembali. Acara tersebut dimulai 19.00 WIB sampai 04.00 WIB. Kemudian pagi pangan (08.00) mulai ngias, dst.

Ada yang menarik untuk kita ketahui berkaitan urutan cacak ilat yang terus dilakukan sampai akhirnya punah ditahun 1985-an (ini didasarkan perkiraan penulis terhadap beberapa informasi) bahwa setiap pekon (kampung) memiliki rumpun adat yang meninjau asal dan perserikatan adat. Dari setiap pekon diklasifikasikan ke dalam rumpun adat rumpun adat yang selanjutnya penulis sebut sementara sebagai marga dilihat dari kesamaan dan keyakinan masyarakat dari asal mereka. Marga tersebut meliputi: 1. Marga Padang Ratu terdiri dari Pekon Padang Ratu, 2. Marga Suoh terdiri dari pekon Way Kerap, Pekon Padang Manis, Pekon Suka Bandung, dan Pekon Bandar Suka Bumi, 3. Marga Semuong terdiri dari, Pekon Raja Basa, Pekon Sanggi, Pekon Penanggungan, Pekon Raja Basa Lupak, Pekon Gunung Doh, Pekon Gunung Aji, dan Pekon Raja Basa Lama (sebagai catatan pekon yang dimaksud di sini adalah kampung yang tidak dilihat secara administratif negara melainkan garis asal.

Perlu perhatian.

*) Penyair, bergiat di Sekolah Kebudayaan Lampung (SKL).

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar