Selasa, 09 Maret 2010

BOM

Putu Wijaya
http://putuwijaya.wordpress.com/

Giliran Amat menangis di depan televisi. Ia meratapi korban terorisme yang sudah meledakkan bom di hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Hotel, di Jakarta. Pagi 17 Juli yang tenang dan indah sejak berlangsungnya Pemilu 09 yang damai dan mendapat banyak pujian dari mancanegara, kontan buyar.

Pasar modal tertegun walau pun tak sampai guncang. Presiden SBY yang memberikan pidatonya pun sempat terdiam, bagai menahan kepedihan untuk tidak menangis, mengingat ekonomi yang sudah membaik dan kedamaian yang mulai tumbuh menjadi rontok. Bahkan klab sepakbola Manchester United yang direncanakan datang hari Sabtu dan menginap di hotel yang terkena bom, membatalkan laganya dengan PSSI All Star.

“Aku heran masih ada saja orang yang menginginkan negeri kita ini kacau,”kata Amat kepada para tetangga yang bergunjing di tepi jalan.”Aku heran ada orang yang tega membunuh manusia lain dengan tanpa peduli. Bukan hanya sembilan nyawa yang sudah jadi korban, seperti yang aku dengar di televisi, tetapi ribuan bahkan jutaan. Orang-orang itu punya anak, istri, keluarga, famili dan negara. Aku yang jauh dari Jakarta dan tidak kenal kepada korban, merasa ikut kehilangan, karena kematian itu berarti juga kematian perdamaian, ancaman langsung kepada nyawa kita!”

Para tetangga manggut-manggut. Seorang pemuda menjawab.

“Itulah politik, Pak Amat.”

“Politik?”

“Ya. Apa yang terjadi tidak bisa dilihat dari apa yang kejadian di depam mata kita saja, Pak Amat. Harus dihubungkan dengan sebab musababnya yang paling jauh dan tujuannya yang paling jauh. Dan mungkin sekali bagi orang yang kurang pengetahuan seperti kita, hubungan itu sama sekali tidak ada. Bukan karena tak ada, tapi karena kita sudah tidak mampu merasakan, karena tidak melihatnya.”

Amat terkejut.

“Maksudnya?”

“Ya sudah saya katakana tadi, ini politik.”

Amat penasaran. Dia mulai marah.

“Artinya apa kalau itu politik?”

“Tidak perlu ada artinya. Ini hanya untuk mengingatkan orang untuk kembali kepada apa yang sudah dilupakan!”

“Apa yang sudah dilupakan?”

“Keadilan dan kebenaran.”

“Keadilan siapa? Kebenaran siapa?”

“Keadilan dan kebenaran mereka yang dilupakan!”

“Dengan cara menempuh jalan yang tidak adil dan tidak benar?”

“Bukan jalannya yang harus dinilai, tapi tujuannya Pak Amat!”

“Itu namanya menghalalkan segala cara!”

“Itu kan kata Pak Amat.”

“Jadi Anda setuju hotel Marriot dan yang satu lagi itu di bom? Anda sutuju Bali dua kali dibom?”

Mata Amat berapi-api. Orang itu tidak menjawab. Dia buru-buru pergi.

“Teroris!” umpat Amat. “Anarkhis!”

Tangan Bu Amat lalu membelai pundak Amat.

“Sudah Pak, jangan terlalu dijiwai nanti bludreknya kumat!”

Amat menarik nafas panjang.

“Aku heran, kenapa orang bisa dicuci otaknya sampai segalanya menjadi terbalik-balik. Masak dia menyuruh kita melupakan bom yang membunuh orang ini, lalu melihat sebab awalnya yang tidak kita tahu, lalu memikirkan tujuan akhirnya yang kita juga tidak tahu. Jangan-jangan dia sendiri juga tidak tahu!”

“Ya namanya juga otaknya sudah dicuci!”

“Gudang dicuci memang bisa kosong. Pakaian dicuci pemutih juga bisa kehilangan warna. Tapi masak manusia yang sudah diisi oleh pendidikan, susila, budi pekerti bahkan agama, bisa dicuci? Sebersih-bersihnya dicuci pasti nuraninya masih ada! Kecuali memang orangnya sakit!”

“Ya itu dia. Makanya mereka milih-milih siapa yang harus dicuci. Tak semua otak bisa dicuci!”

“Tapi ternyata sekarang semua orang bisa dicuci oltaknya, Bu! Bukan hanya yang buta huruf saja, yang doktor pun bisa dicuci. Jadi kita memang sudah kehilangan nurani. Kita semua sudah memasuki zaman kaliyuga! Kita semua sudah edhan!”

Bu Amat menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia memanggil Ami.

“Coba tenangkan bapakmu Ami, pikirannya sudah ngelantur lagi.”

Ami melirik bapaknya. Mata Amat masih terus tertancap ke layar kaca mengikuti laporn sekitar Bom Marriott 2. Kadang-kadang dia ngomong sendiri.

“Ayolah Ami, jangan biarkan bapakmu begitu!”

“Habis Ami harus ngapain?”

“Ya ajak bapakmu jangan melihat segala sesuatu dari buruknya saja, ambil segi baiknya.”

Ami terperanjat.

“Segi baiknya? Apa ada segi baiknya dari tindakan terorisme membom hotel dan membunuh orang yang tidak bersalah? Ibu kok jadi ikut-ikutan jadi korban cuci otak?!”

Sebaliknya dari menemani bapaknya, Ami lalu masuk ke kamar mandi dan men yanyikan lagu Slank dengan seenaknya

“Inikah demokrasi, setiap orang boleh berbuat seenak perut sendiri …. . .. “

Bu Amat tertegun.

Waktu Bom Bali yang pertama dia sangat terguncang. Takut, ngeri, merasa terancam dan berhari-hari tidak enak makan. Pada kejadian Bom Bali Kedua, ia memang masih tertekan, tapi segalanya kemudian menjadi biasa. Setelah itu, mendengar cerita bom dan terorisme di manap-mana, ia sama sekali tenang. Seakan-akan semuanya itu memang bagian dari asesoris kehidupan politik.

Ketika muncul berita Bom Marriot 2, ia sempat terdiam sebentar. Matanya menancap ke televisi. Tapi kemudian ia tidak merasakan apa-apa lagi, karena banyak hal lain yang masih harus diperhatikan. Kematian si Raja Pop Michael Jackson masih hangat. Banyak peristiwa aneh di sekitar Pemilu 09 yang menyangkut para caleg gagal, masih seru. Perhatiannya pada Bom Marriot 2 memang jadi kurang – untuk tidak mengatakan sama sekali tidak ada.

Ia tidak tahu mengapa ia menjadi seperti beku. Mungkin karena begitu banyak yang sudah terjadi sejak menjelang reformasi. Penculikan. Orang hilang. Bencana alam. Korupsi. Manusia makan mayat. Ibu membunuh anaknya. Anak dijual oleh ibunya. Teror dan bom di mana-mana.

Dulu, suami atau anaknya sakit saja ia sudah menangis. Mendengar orang menyanyikan Indonesia Raya di saat pengibaran bendera pada upacara peringatan 17 Agustus, ia bisa mengucurkan air mata.

“Hidup semakin keras, manusia menjadi semakin tabah. Kalau tidak begitu, kita semua akan kalah,”bisik Bu Amat menjawab pertanyaannya sendiri.

Tiba-tiba terdengar Amat mengumpat di depan televisi.

“Kurang ajar! Bangsat!!”

Sebuah pikiran mendadak menukik ke dalam kepala Bu Amat. Ia terkejut dan jadi gemetar. Benarkah ia menjadi lebih baik? Apa betul dengan menjadi lebih keras orang bertambah kuat? Apakah air mata, tangis dan haru itu tanda kelemahan? Benarkah berhenti menangis. membutakan mata kepada apa yang ada di sekeliling adalah kiat untuk hidup selamat.

Bu Amat terpesona. Ia cepat-cepat menilai kembali dirinya. Melihat di mana ia sedang berdiri. Lalu ia melihat dirinya di atas sebuah bukit. Di puncak bukit yang bergetar. Sebentar lagi ia akan melayang turun dan terhempas ke lembah yang hgelap di sana.

“Kurang ajar! Bangsat!” terdegar umpat Amat lebih keras.

Bu Amat tersentak.

“Aduh, jangan -jangan aku sendiri yang sudah kena cuci otak, karena menganggap semua bom-bom itu sudah biasa,”bisik Bu Amat dengan terkejut.”Jangan-jangan aku yang sudah dimatikan rasa oleh cuci otak itu!”

Perlahan-lahan Bu Amat mendekati suaminya yang masih terus melotot di depan televisi. Ia lupakan dulu curhat La Toya, kakak perempuan Michael Jackson yang merasa yakin adiknya mati dibunuh. Ia lupakan dulu Bom Bali 1 dan 2 yang menelan ratusan korban. Ia lupakan tsunami yang sudah melalap lebih dari seratus ribu manusia. Ia hanya memandang ke satu titik. Layar kaca. Bom Marriott 2.

Bu Amat melihat darah. Anggota badan manusia berserakan. Kepala, tangan, kaki, semua terpisah dari tubuhnya. Isi perut terburai. Memang bukan 200 atau seratus ribu, tapi hanya sembilan. Tapi itu darah dan isi perut yang sesungguhnya.

Ia merasa darah dan isi perutnya sendiri yang terburai. Kepala, tangan dan kakinya yang terputus dari badan. Begitu saja rasa ngeri, takut dan putus asa setrentak menggebrak dan mematahkan seluruh benteng pertahanan yang sudah membuatnya beku.

Tak kuasa lagi menahan diri, Bu Amat menjerit.

“Tolooooongggggggggggg!”

Jakarta 17 Juli 09

Menjelang jam 08, bom meledak di Hotel Marriott dan Ritz Carlton Hotel.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar