Rabu, 17 Desember 2008

JILfest, Upaya Membuat Jejak Peta Sastra Dunia

Tjahjono Widarmanto*
http://www.jawapos.com/

Mempresentasikan citra Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar bisa melalui berbagai pintu, di antaranya melalui medan sosial budaya. Memperkenalkan dan mengangkat citra dan martabat Indonesia bisa dilakukan melalui upaya kerja sama di bidang`sosial budaya, termasuk di dalamnya seni sastra. Melalui sastra Indonesia, masyarakat dunia dapat mengenal lebih dekat dan lebih utuh citra Indonesia.

Indonesia adalah narasi besar. Narasi besar yang membutuhkan ikon-ikon tertentu. Salah satu ikon itu adalah ibu kota negara, yaitu Jakarta. Dan, Jakarta mampu mempresentasikan citra Indonesia itu. Jakarta memiliki arti yang penting karena merupakan miniatur Indonesia yang dapat digunakan sebagai pintu masuk bagi masyarakat internasional, masyarakat dunia, untuk lebih dekat mengenal ke-Indonesiaan dengan berbagai kekayaan etniknya.

Sastra dan sastrawan merupakan sebuah alat yang ampuh dan efektif untuk memperkenalkan dan mempublikasikan Jakarta (sekaligus Indonesia) ke masyarakat dunia. Hal inilah yang melandasi diadakannya sebuah festival bertajuk Jakarta International Literary Festival (JILFest) yang dilaksanakan 11-14 Desember 2008 di Hotel Batavia, Jakarta.

Selain itu, sebagai ibu kota negara, Jakarta sudah memiliki berbagai iven kesenian yang berskala internasional, di bidang musik, film, dan seni pertunjukan. Namun, sejauh ini belum memiliki festival sastra yang berskala internasional. Beberapa kota di negara lain, seperti Berlin, Kuala Lumpur, Sidney, dan Rotterdam, telah mempunyai festival sastra yang sangat bergengsi yang bisa berfungsi ganda. Yaitu mendorong kreativitas para sastrawan melalui pertukaran informasi sekaligus menjadi ajang pencitraan sebuah bangsa. Untuk mengisi ruang yang kosong itulah, JILFest digagas.

Bentuk kegiatan JILFest adalah lomba penulisan cerpen berlatar Jakarta, pertemuan sastrawan internasional, seminar sastra internasional, pertunjukkan sastra, bazar buku, workshop penulisan cerpen dan puisi, serta wisata budaya. Lomba menulis cerpen berlatar Jakarta diikuti 380 peserta dari pelosok tanah air. Kali ini dimenangi cerpen berjudul Selendang Cokek untuk Ayuni karya Floreance Sahertian (Sidoarja). Kemudian disusul Pieter Akan Mati Hari Ini karya Deny Prabowo (Depok, Jabar), Pelangi Nusantara karya Sigid W. (Palembang), Klinik Putih di Ujung Rel Kota Tua karya Thowaf Zuharon (Jakarta), V Lelaki Tua Di Bangku Taman karya Irene Rahmawati (Kebumen), dan Kereta Nyanyian karya Akidah Gauzillah (Jakarta).

Pertemuan sastrawan internasional dan seminar sastra internasional diproyeksikan untuk membuka wacana-wacana baru tentang perkembangan sastra dunia, sekaligus melihat gambaran wajah sastra Indonesia dalam konstelasi sastra dunia. Untuk meneropong dua hal tersebut, seminar mengambil tema Sastra Indonesia dalam Konstelasi Sastra Dunia; dengan tema kecil Sastra Indonesia di Mata Dunia, Prospek Penerbitan Sastra Indonesia di Mancanegara, dan Politik Nobel Sastra. Seminar tersebut menghadirkan pembicara Prof Dr Koh Yung Hun (Korea), Prof Dr Mikihiro Moriyama (Jepang), Prof Dr Budi Darma, Prof Dr Abdul Hadi W.M., Putu Wijaya (Indonesia), Prof Dr Henry Chambert-Louir (Prancis), Dr Steven Danarek (Swedia), Dr Katrin Bandel (Jerman), Dr Maria Emilia Irmler (Portugal), dan Jamal Tukimin MA (Singapura). Adapun 100 peserta aktif (undangan) dari dalam dan luar negeri mewakili berbagai kawasan yang representatif dalam melihat perkembangan wacana sastra dunia sekarang dan mengamati perkembangan sastra Indonesia.

Prof Dr Koh Yung Hun mempresentasikan beberapa karya sastra Indonesia yang diterjemahkan dalam bahasa Korea serta upaya-upaya yang ditempuh di masa mendatang. Bagi Prof Koh, upaya penerjemahan sastra sebuah bangsa amat penting untuk melihat pemikiran dan latar belakang budayanya. Peranan sastrawan tidak dapat diabaikan karena merekalah yang merefleksikan kembali berbagai pergulatan, ide, fenomena sosial budayanya melalui karya sastra. Sastrawan memiliki peran penting karena merefleksikan kembali keseluruhan hidup yang dihayati, emosi, budi, baik individual maupun sosial.

Sementara Dr Maria Emillia Irmler mengatakan, posisi sastrawan penting bagi kelangsungan sebuah bangsa karena sastrawan pada hakikatnya hidup pada dua dunia, yaitu dunia realitas dan bukan realitas sehingga menciptakan sebuah realitas baru. Sastrawan memiliki kemampuan untuk meneropong masa depan lebih dari politikus, wartawan atau apa pun.

Sedangkan, menurut Prof Budi Darma, sastrawan harus mengikuti tuntutan zaman. Sastrawan harus membangun kekuatan diri sendiri agar dapat menghasilkan karya yang berkarakteristik. Dalam menuju percaturan sastra dunia, sastra Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari kondisi ekonomi, sosial, budaya, teknologi, kekuatan militer yang juga turut memberi peran mengangkat citra sastra Indonesia di mata dunia. Budi Darma mencontohkan, artis Bunga Citra Lestari andaikan dilahirkan di Amerika, dengan kondisi dan kemampuan seperti saat ini, tentu keadaannya akan berbeda.

Budi Darma menjelaskan, kondisi sastra dunia, termasuk yang memperoleh Nobel Sastra, saat ini sedang menurun mutunya. Karya para penerima Nobel sastra akhir-akhir juga banyak mendapat kritik karena karya mereka sebenarnya tidak layak mendapatkan hadiah sebesar itu. Kondisi seperti ini sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh para sastrawan dari dunia ketiga, termasuk Indonesia.

Untuk memosisikan sastra Indonesia dalam konstelasi sastra dunia, Katrin Bandel menunjukkan pentingnya politik sastra, namun tidak boleh mengorbankan komunitas lain dalam sastra Indoneisa, apalagi mengorbankan citra bangsa Indonesia. di mata dunia. Agaknya, Katrin melihat ada komunitas yang melaksanakan politik sastra yang tidak sehat.

Berkait soal politik sastra, Abdul Hadi W.M. menunjukkan pentingnya politik pengajaran sastra Indonesia di sekolah. Pada konteks seperti yang diutarakan Abdul Hadi inilah JILfest juga mengadakanan workshop penulisan dan pertunjukan sastra bagi dosen, guru, mahasiswa, dan siswa dengan menghadirkan narasumber Suminto A. Sayuti, Agus R. Sarjono, M. Shoim Anwar, Helvy Tiana Rosa, Tan Liu Ie, dan Ane B. Neh.

Di bagian lain, Putu Wijaya mengatakan, untuk menuju kancah sastra dunia, sastra Indonesia harus memanfaatkan berbagai cara dan fasilitas dari sisi positif sehingga menimbulkan dampak positif bagi semua pihak. Penerjemahan sastra Indonesia ke berbagai bahasa tampaknya sesuatu yang mendesak untuk dilakukan.

Sedangkan Henry Chambert (Prancis) dan Stefan danarek (Swedia) membeberkan, diperlukan upaya yang sangat keras bagi masyarakat sastra Indonesia untuk menuju ke Nobel Sastra dan bukan semata-mata mengandalkan karya sastra saja namun diperlukan berbagai strategi lain seperti penerjemahan dan diplomasi budaya. Hal itu tampak pada kasus Pramoedya Ananta Tour yang meski sudah masuk nominator Nobel selama dua puluh enam kali, namun karena tidak disertai dengan upaya-upaya lain, Pramoedya akhirnya tetap terpental.

Sejak diberikan pada 1901, sudah 103 sastrawan yang memperoleh Nobel. Meski begitu, penerima Nobel masih didominasi sastrawan dari Eropa. Sastrawan yang berbahasa non-Eropa yang memperoleh baru enam orang, yakni dari Bengali, Jepang, Ibrahi, Arab, Tiongha, dan Turki. Kentara sekali bahwa bukan Indonesia saja yang tidak ada di peta itu, melainkan seluruh Asia Tenggara dan kebanyakan Asia. Sebuah kenyataan dapat pula ditunjukkan bahwa dari sekian banyak penerima hadiah Nobel Sastra, hanya ada dua orang muslim, yaitu Naguib Mahfouz (Mesir) dan Orham Pamuk (Turki).

Memang diperlukan usaha sangat keras bagi sastrawan Indonesia menuju pentas sastra dunia. Politik kebudayaan yang dicanangkan pemerintah hingga saat ini masih belum menunjukkan arah yang jelas. Pemerintah baru menyentuh pada seni tradisi untuk mengangkat citra negara. Itu pun baru sebatas promosi wisata. Seni budaya Indonesia secara menyeluruhlah yang mampu dijadikan ikon negara ini. Dan, itu bukan tugas yang ringan. Sastra, meski awalnya merupakan ekspresi pribadi, pada akhirnya juga bersentuhan dengan citra negara. (*)

*) Penulis adalah peserta JILFest 2008, tinggal di Ngawi.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar