Tjahjono Widarmanto*
http://www.jawapos.com/
Mempresentasikan citra Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar bisa melalui berbagai pintu, di antaranya melalui medan sosial budaya. Memperkenalkan dan mengangkat citra dan martabat Indonesia bisa dilakukan melalui upaya kerja sama di bidang`sosial budaya, termasuk di dalamnya seni sastra. Melalui sastra Indonesia, masyarakat dunia dapat mengenal lebih dekat dan lebih utuh citra Indonesia.
Indonesia adalah narasi besar. Narasi besar yang membutuhkan ikon-ikon tertentu. Salah satu ikon itu adalah ibu kota negara, yaitu Jakarta. Dan, Jakarta mampu mempresentasikan citra Indonesia itu. Jakarta memiliki arti yang penting karena merupakan miniatur Indonesia yang dapat digunakan sebagai pintu masuk bagi masyarakat internasional, masyarakat dunia, untuk lebih dekat mengenal ke-Indonesiaan dengan berbagai kekayaan etniknya.
Sastra dan sastrawan merupakan sebuah alat yang ampuh dan efektif untuk memperkenalkan dan mempublikasikan Jakarta (sekaligus Indonesia) ke masyarakat dunia. Hal inilah yang melandasi diadakannya sebuah festival bertajuk Jakarta International Literary Festival (JILFest) yang dilaksanakan 11-14 Desember 2008 di Hotel Batavia, Jakarta.
Selain itu, sebagai ibu kota negara, Jakarta sudah memiliki berbagai iven kesenian yang berskala internasional, di bidang musik, film, dan seni pertunjukan. Namun, sejauh ini belum memiliki festival sastra yang berskala internasional. Beberapa kota di negara lain, seperti Berlin, Kuala Lumpur, Sidney, dan Rotterdam, telah mempunyai festival sastra yang sangat bergengsi yang bisa berfungsi ganda. Yaitu mendorong kreativitas para sastrawan melalui pertukaran informasi sekaligus menjadi ajang pencitraan sebuah bangsa. Untuk mengisi ruang yang kosong itulah, JILFest digagas.
Bentuk kegiatan JILFest adalah lomba penulisan cerpen berlatar Jakarta, pertemuan sastrawan internasional, seminar sastra internasional, pertunjukkan sastra, bazar buku, workshop penulisan cerpen dan puisi, serta wisata budaya. Lomba menulis cerpen berlatar Jakarta diikuti 380 peserta dari pelosok tanah air. Kali ini dimenangi cerpen berjudul Selendang Cokek untuk Ayuni karya Floreance Sahertian (Sidoarja). Kemudian disusul Pieter Akan Mati Hari Ini karya Deny Prabowo (Depok, Jabar), Pelangi Nusantara karya Sigid W. (Palembang), Klinik Putih di Ujung Rel Kota Tua karya Thowaf Zuharon (Jakarta), V Lelaki Tua Di Bangku Taman karya Irene Rahmawati (Kebumen), dan Kereta Nyanyian karya Akidah Gauzillah (Jakarta).
Pertemuan sastrawan internasional dan seminar sastra internasional diproyeksikan untuk membuka wacana-wacana baru tentang perkembangan sastra dunia, sekaligus melihat gambaran wajah sastra Indonesia dalam konstelasi sastra dunia. Untuk meneropong dua hal tersebut, seminar mengambil tema Sastra Indonesia dalam Konstelasi Sastra Dunia; dengan tema kecil Sastra Indonesia di Mata Dunia, Prospek Penerbitan Sastra Indonesia di Mancanegara, dan Politik Nobel Sastra. Seminar tersebut menghadirkan pembicara Prof Dr Koh Yung Hun (Korea), Prof Dr Mikihiro Moriyama (Jepang), Prof Dr Budi Darma, Prof Dr Abdul Hadi W.M., Putu Wijaya (Indonesia), Prof Dr Henry Chambert-Louir (Prancis), Dr Steven Danarek (Swedia), Dr Katrin Bandel (Jerman), Dr Maria Emilia Irmler (Portugal), dan Jamal Tukimin MA (Singapura). Adapun 100 peserta aktif (undangan) dari dalam dan luar negeri mewakili berbagai kawasan yang representatif dalam melihat perkembangan wacana sastra dunia sekarang dan mengamati perkembangan sastra Indonesia.
Prof Dr Koh Yung Hun mempresentasikan beberapa karya sastra Indonesia yang diterjemahkan dalam bahasa Korea serta upaya-upaya yang ditempuh di masa mendatang. Bagi Prof Koh, upaya penerjemahan sastra sebuah bangsa amat penting untuk melihat pemikiran dan latar belakang budayanya. Peranan sastrawan tidak dapat diabaikan karena merekalah yang merefleksikan kembali berbagai pergulatan, ide, fenomena sosial budayanya melalui karya sastra. Sastrawan memiliki peran penting karena merefleksikan kembali keseluruhan hidup yang dihayati, emosi, budi, baik individual maupun sosial.
Sementara Dr Maria Emillia Irmler mengatakan, posisi sastrawan penting bagi kelangsungan sebuah bangsa karena sastrawan pada hakikatnya hidup pada dua dunia, yaitu dunia realitas dan bukan realitas sehingga menciptakan sebuah realitas baru. Sastrawan memiliki kemampuan untuk meneropong masa depan lebih dari politikus, wartawan atau apa pun.
Sedangkan, menurut Prof Budi Darma, sastrawan harus mengikuti tuntutan zaman. Sastrawan harus membangun kekuatan diri sendiri agar dapat menghasilkan karya yang berkarakteristik. Dalam menuju percaturan sastra dunia, sastra Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari kondisi ekonomi, sosial, budaya, teknologi, kekuatan militer yang juga turut memberi peran mengangkat citra sastra Indonesia di mata dunia. Budi Darma mencontohkan, artis Bunga Citra Lestari andaikan dilahirkan di Amerika, dengan kondisi dan kemampuan seperti saat ini, tentu keadaannya akan berbeda.
Budi Darma menjelaskan, kondisi sastra dunia, termasuk yang memperoleh Nobel Sastra, saat ini sedang menurun mutunya. Karya para penerima Nobel sastra akhir-akhir juga banyak mendapat kritik karena karya mereka sebenarnya tidak layak mendapatkan hadiah sebesar itu. Kondisi seperti ini sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh para sastrawan dari dunia ketiga, termasuk Indonesia.
Untuk memosisikan sastra Indonesia dalam konstelasi sastra dunia, Katrin Bandel menunjukkan pentingnya politik sastra, namun tidak boleh mengorbankan komunitas lain dalam sastra Indoneisa, apalagi mengorbankan citra bangsa Indonesia. di mata dunia. Agaknya, Katrin melihat ada komunitas yang melaksanakan politik sastra yang tidak sehat.
Berkait soal politik sastra, Abdul Hadi W.M. menunjukkan pentingnya politik pengajaran sastra Indonesia di sekolah. Pada konteks seperti yang diutarakan Abdul Hadi inilah JILfest juga mengadakanan workshop penulisan dan pertunjukan sastra bagi dosen, guru, mahasiswa, dan siswa dengan menghadirkan narasumber Suminto A. Sayuti, Agus R. Sarjono, M. Shoim Anwar, Helvy Tiana Rosa, Tan Liu Ie, dan Ane B. Neh.
Di bagian lain, Putu Wijaya mengatakan, untuk menuju kancah sastra dunia, sastra Indonesia harus memanfaatkan berbagai cara dan fasilitas dari sisi positif sehingga menimbulkan dampak positif bagi semua pihak. Penerjemahan sastra Indonesia ke berbagai bahasa tampaknya sesuatu yang mendesak untuk dilakukan.
Sedangkan Henry Chambert (Prancis) dan Stefan danarek (Swedia) membeberkan, diperlukan upaya yang sangat keras bagi masyarakat sastra Indonesia untuk menuju ke Nobel Sastra dan bukan semata-mata mengandalkan karya sastra saja namun diperlukan berbagai strategi lain seperti penerjemahan dan diplomasi budaya. Hal itu tampak pada kasus Pramoedya Ananta Tour yang meski sudah masuk nominator Nobel selama dua puluh enam kali, namun karena tidak disertai dengan upaya-upaya lain, Pramoedya akhirnya tetap terpental.
Sejak diberikan pada 1901, sudah 103 sastrawan yang memperoleh Nobel. Meski begitu, penerima Nobel masih didominasi sastrawan dari Eropa. Sastrawan yang berbahasa non-Eropa yang memperoleh baru enam orang, yakni dari Bengali, Jepang, Ibrahi, Arab, Tiongha, dan Turki. Kentara sekali bahwa bukan Indonesia saja yang tidak ada di peta itu, melainkan seluruh Asia Tenggara dan kebanyakan Asia. Sebuah kenyataan dapat pula ditunjukkan bahwa dari sekian banyak penerima hadiah Nobel Sastra, hanya ada dua orang muslim, yaitu Naguib Mahfouz (Mesir) dan Orham Pamuk (Turki).
Memang diperlukan usaha sangat keras bagi sastrawan Indonesia menuju pentas sastra dunia. Politik kebudayaan yang dicanangkan pemerintah hingga saat ini masih belum menunjukkan arah yang jelas. Pemerintah baru menyentuh pada seni tradisi untuk mengangkat citra negara. Itu pun baru sebatas promosi wisata. Seni budaya Indonesia secara menyeluruhlah yang mampu dijadikan ikon negara ini. Dan, itu bukan tugas yang ringan. Sastra, meski awalnya merupakan ekspresi pribadi, pada akhirnya juga bersentuhan dengan citra negara. (*)
*) Penulis adalah peserta JILFest 2008, tinggal di Ngawi.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar