Membaca Surat di Bawah Gerimis
: Lukman al Hakim
1
kubaca suratmu di bawah gerimis
di bawah menara tinggi, di bawah angka-angka
yang tertera di lingkar jamnya
kubaca suratmu dengan sudut mata yang luka
serupa peziarah di padang tandus
yang dihunus asa sendiri untuk menyembah beribu
dewa; sebab cakrawala seakan mati
dan zenit mengapung di ufuk tak teraih
kubaca suratmu dengan kekosongan kalbu
seperti pembaca yang letih pada batu, pada jalan
pada sorga yang diangankan khayalan
kubaca suratmu lewat kerapuhan hati
bak ritus yang terus dilesakkan matahari
menyinari bumi tanpa keinginan memiliki
kubaca suratmu…
di ujung suratmu, kutemu kiblat yang sepi
mungkin hanya arah mati atau darah yang mendidih
tak tergali: segalanya berubah magma
dapur raksasa yang siap meledakkan dunia
segalanya berubah amarah karena yang disembah
terus dentingkan irama-irama luka
aku telah membaca suratmu dengan tanpa membacanya
aku pun terantuk pada kutukan-kutukan yang terwarta
dari matamu yang membius doa: agar langit terbuka
dan bumi disapih segala goda
termasuk juga godaan perempuan
kini, di bawah menara, di bawah gerimis,
angka-angka telah merangkum tangis waktu
kini, dengan mataku luka, kupapah arah berdarah
kini, kalbuku batu dalam kekosongan
kini, aku kehilangan segalanya
kini…
aku anakmu yang terasing seakan bising dengan ucapmu
gelap kugambar di retina; gegap kupahat dijejak-jejak kata
bening pun terbanting ke lubuk tak terduga
sebab kupuja kesementaraan, kupuja apa yang tidak kaupuja
lewat suratmu, lewat kelebat-kelebat gaibmu
aku ingin menjadi putera yang kau peram
dalam malam; ketika beribu galaksi dijadikan api
membuhul beribu mimpi
aku ingin kau tuang hujan di kepalaku
lalu kau rajah dadaku dengan pipih batu
batu yang diungsikan kemarau
batu yang menjadi saksi alir sungai
sungaimu yang membeningkan kening
batu yang ingin kukenang dalam riuh bandangku
yang berangin
kututup kembali suratmu, aku kembali mengigau
seperti anjing yang dikurung dan dipaksa tak bertaring
lalu mati dalam keterasingan ingin
berharap: segala godaan hilang
juga goda tuhan yang bernama perempuan
2
asa yang kau pahat di mata
telah kutemukan dalam kata
kusapa ia dengan perempuan: kesatuan tuhan
yang merimbun ke tulang
igaku yang patah, di penciptaan pertama
3
tapi kini nama serupamu laksana duri
yang tak henti menghujani
diamku; meski aku dikandung sunyi
Surabaya, 2007
Laut yang Cedera
: somebody
akhirnya kau cederai juga lautku
: “biru yang terhampar, angin yang terhantar
juga geletar-geletar yang menguap bersama angkasa
mencipta hujan terus berlambang…”
kini lautku sesunyi mimpi, kau tak henti mengalirkan
limbah-limbah, sampah api, sepi yang ternoda
juga kebusukan cinta ---aku pun sembunyi ke bilik rahasia
mungkin palung asa yang retak di dasar jejakku
mungkin juga ke ruang-ruang rinduku
yang diratapi segala batu
bahkan karang yang terjal dan tegak
pun tak lagi bernyanyi, ketika gelombang menghantarkan bunyi
: “ombak yang menabuh, lenguh camar yang menubuh
juga pantai-pantai yang menjadi…”
segalanya seakan hilang diri, ambruk ke relung tak terpahami
jiwaku pun tak cukup meratap, aku pun kembali gelap
pada malam, ketika bintang menghias angkasa,
aku temukan jiwa ---aku tulis rasi-rasi yang menari
mencarikan jejak-jejak mimpi baru
mimpi yang bisa kujadikan mimpi
dari lautku yang ternoda, cedera, terberai
mimpi yang bisa membuatku tetap menatap api
sebagai api
kukayuh sampan dalam keterpurukan
bak nelayan yang hilang ingatan
melayari puing-puing laut
melayari kesunyianku yang kau renggut
melayari bunyi maut
aku pun mengapung dan terasing
dan dalam keterasinganku, kusebut kembali ibu,
di pangkuannya, aku gambar kembali mula biru
bak kanak-kanak yang belajar mewarna
lalu menciptakan laut baru di seberang sana
laut dengan irama-irama yang tak jauh dari riak rumah
rumah muasalku; air tanahku
“nyiur melambai…”
Surabaya, 2007
Perempuan Sunyi
aku ingin mengutip sunyi dari rambutmu yang terurai
agar aku mampu berperahu tanpa laut
aku ingin merangkum bintang yang memancar dari netramu
agar aku bisa membaca arah yang tergambar di tiap mata
tapi kini sunyi kurasakan lebih mati dari mati
lahat seakan mengikatku dengan bau tanah baru
dengan anyir belatung yang merubung jasadku
tapi kini kiblatku seakan tersesat dan piatu
setiap mata seakan merajamkan batu ke hulu kalbu
dan dadaku darah yang menyepikan segala arah
sebermula dari imajinasi, aku pun kembali
aku susun ratap-ratap panjang seperti ratib
agar gelap yang kusulang tak lagi menyalib
aku pun samadi seperti sunyimu
sunyi yang lesakkan ke batu
batu yang tumbuh dari riuh
gemuruh renjana
aku pun menukar api dengan mimpi;
menyulap sepi menjadi perigi
memberkati keinginan mati
bagi yang sudah sampai
aih, alangkah lacur jiwaku
seperti perawan yang tak punya pegangan waktu
aih, alangkah hancur ingatanku
seperti jasad yang dicabik-cabik jasad renik
aku pun tak bisa berdiam diri dalam keterasingan birahi
aku lihat wujudmu dengan mata seorang pejantan
dari timur, yang telah disapih bebukit kapur
dan kini sedang membongkar segala kubur
lalu kukutip sunyi dari rambutmu nan wangi
lalu kukecup bintang dari matamu yang menawan
aku pun berbagi sebagai laki-laki
Surabaya, 2007
Sembahyang Dedaunan
kupuja kau melampaui keraguanku
seperti daun-daun yang gugur
karena aku tahu, ragu selalu membuat lagu
sebagai nyanyian di jalan-jalan
membuhul siul-siul suara, lalu memberi ruang
ruang renjana
pepohonan bergoyang
melantunkan puji-pujian, meski kekeringan
telah menjanjikan sebuah perempatan
bernama: maut!
kupuja kau melampaui harapanku
seperti daun-daun yang tumbuh
ketika tubuh tak lagi bangkit dari riuh
dan segala ruh terjungkal ke penggal akal
bernama: kekal
kupuja kau dengan doa daun-daun
sebagaimana kuhikmati gurat yang terpatri
lalu larut bersama kerumun burung-burung
yang terbang tanpa sayap, tanpa kaki
menujumu,
menujuku
Surabaya, 2007
Cintaku Mengapung
cintaku mengapung bersama hujan
ketika di rongga matamu, kutemukan gelombang
demi gelombang
aku pun susut senyawa laut: pasang pun merenggut
aku tatap rintik-rintik gelap, menuju bilik dan pengap
membaca guyur asin yang kau dentingkan dari pandang
yang melumuri sisa luka yang membercak darah
di cakrawalaku yang goyah
o gadis bermata malam, mungkinkah pertemuan kita
hanyalah kata
kata yang ringkih mewujudkan dunia, kata yang disapih
dari getih peziarah, kata yang terluka dan musnah oleh dirinya
mungkinkah kita sama asing di ujung pantai ini
lalu kita bertiarap di bawah atap: sambil berguman tentang rumah
rumah jauh, ingatan-ingatan kita yang melangkah
sendiri, membelukar ke dalam sepi masing-masing
dan kita sungguh saling asing
cintaku demikian sunyi; mengambang di antara langit-bumi
berpijak udara; memberi ruang pada sisa-sisa hampa
memberkati luka agar terus berdiwana sebagai arah
kelana;
karena di korneamu, kutemukan sepi membatu
kusaksikan lipatan-lipatan kenang ke lalu
kenang yang selalu menculikmu untuk terus berlabuh
ke hamparan-hamparan tak kukenal
sebuah wilayah, yang membuatmu terjarah dan merasa kekal
di buaian waktu
waktu lalu
---aku pun tak tergali untuk mencari
denah-denah rahasia yang kau pendam di hati
aku seakan terpatri di tapal batas: mencatat nafas
yang lewat: agar segala yang mengalir tidak sia-sia
menuju akhir;
agar aku masih bisa mengenal takdir
sebagai kelir yang terus bergoyang diterpa angin
agar aku masih bisa menghirup degung gasing
yang bergaung di pusar tak berangin: nir ingin
hujan kurasakan semakin deras, cinta kurasakan semakin tumpas
kau pun bergegas menuju dermaga: mengecup beranda
lalu berperahu menuju ke balik hulu
kau lambaikan tangan seiring dengan suara rintik
yang semakin seru menderu di bilik
dadaku: memerahkan luka yang masih kucurkan darah
dari gagang anak panah
Surabaya, 2007
Surga yang Diperdebatkan
di bawah kubah, kita berdebat soal surga
kau mengacungkan parang, sambil berteriak lantang
“surga menanti bagi mereka yang mati berkubang darah
di atas panji-panji” katamu, “surga adalah
mutu manikam, sungai madu dan bidadari”
aku lihat matamu merah
aku rasakah nafasmu tak henti mendesah
aku mendengar gemuruh dari lingkar dadamu
seperti magma; siap meledak dan membuat tungku
aku pun diam tepekur, seperti seseorang yang sedang
mengukur langkah dan jarak: antara kubur dan jejak
“surga harus dibangun di sini,” kataku, “ia terekam di mata
dan nafasmu, juga di telapak kaki ibu”.
kau menatapku, aku masih menatap tanah berpijakku
sungguh kita masih di bawah kubah, belum melangkah
kita pun tak kuasa membayangkan rupa pasti di atasnya
juga jika ia runtuh menimpa kita bersama
Surabaya, 2007
Lubang Hitam Hati
kau membuat lubang di hatiku untuk selalu mengingatmu
meski hitam, aku akan merawatnya
sebagaimana aku merawat bunga
yang kini berada di beranda
yang selalu menerima angin menerpanya,
sehingga wangi, putik dan benangsarinya terbawa
ke seberang sana: ke sebuah perjamuan yang aku tak ada
lubang hitam yang kau lesakkan di dada ini
sungguh begitu indah, apalagi kini
aku sedang dilanda keraguan untuk berbagi
aku sedang dirundung sepi bertubi-tubi
Surabaya, 2007
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar