Senin, 04 Agustus 2008

Pengarang dan Proses Kreatif

Fahrudin Nasrulloh

Suatu hari di pertengahan April 2006, ketika saya bertandang ke sebuah toko buku di Yogyakarta, secara kebetulan saya mendapati sebuah buku karya A.S. Laksana berjudul Creative Writing: Tips dan Strategi untuk Menulis Cerpen dan Novel. Satu hal yang menarik dari buku ini adalah si penulis menawarkan strategi baru (baca: tips dan kiat) dalam dunia karang-mengarang. Memang, sebelumnya, telah menjamur buku tentang kiat mengarang mulai dari Yuk Menulis Cerpen Yuk (Muhammad Diponegoro), Mengarang Itu Gampang (Arswendo Atmowiloto), Menulis Nggak Perlu Bakat (Ebo) dan lain-lain.

Secara umum, buku-buku serupa itu, jika kita baca tuntas, cukuplah membakar adrenalin kita untuk menulis, dengan tips-tips ringan dan menyehatkan, tanpa membayangkan alangkah dalam proses itu banyak hal yang patut diperhitungkan dengan matang dan sadar diri: suatu proses kreatif yang dilematis dan tak segampang yang dibayangkan. Namun, bagi A.S. Laksana, dalam pengantar buku tersebut, menyuguhkan semacam greget yang sederhana tapi penting bahwa menulis itu perlu demi menjaga kesadaran ingatan dan kesehatan tubuh jika kita ingin menjadi pengarang yang baik.

Pertanyaan yang muncul kemudian: apa makna dan mengapa proses kreatif jadi begitu sulit diwujudkan? Mengapa pula ia membutuhkan keberanian yang besar? Bukankah itu semata soal menjernihkan cerapan mata dan pikiran atas sekerumun ingatan, simbol dan mitos yang tak bernyawa? Betapa kita dihadapkan dengan gelimang teka-teki yang mustahil dapat dipecahkan.

Proses kreatif, bagi pengarang, seolah-olah lahir dari kuburan mimpi, semacam perjumpaan secara intensif antara manusia yang sadar dengan dunianya: antara yang nyata dan yang maya. Jika boleh dibilang bahwa hakikat proses kreatif berada dalam bebayang absurditas diri yang demikian personal dan nyaris tak tersadari, yang memantik kecemasan yang gulana, semacam kemuskilan sekaligus tertawan dalam ikhtiar mengenal dunia yang kita diami. Maka, dengan sendirinya, proses kreatif juga merupakan sebentuk upaya penanggulangan eksistensi diri.

Tampaknya inilah yang tiada henti menghantui sebagian pengarang, bahkan menjadi kutukan, untuk menulis hingga berdarah-darah sampai mati. Mencambuknya demi melahirkan karya yang tak lekang oleh waktu dan ruang. Jika demikian, kenikmatan apa yang menggerakkan pengarang untuk berkarya? Lanskap indrawi macam apa yang menyusup ke dalam jiwanya saat ia menikmati teks yang dihasilkannya? Sekadar jouissance (kenikmatan) atau ocehan yang tak rampung diomelkan? Memang, dalam ranah sastra, mengutip Foucault, teks tak lebih sekadar a point of rest, a halt, a blazon, a flat. Sehubungan dengan itu, novelis Karel Capek pernah ditanya tentang apa yang membuatnya ingin jadi penulis, ia menjawab, “Karena saya benci membicarakan tentang diri saya sendiri.” Barangkali Camus, Goethe, Chateaubriand, Proust, Calvino, Faulkner, Kafka, dan Joyce tak memberondongkan gagasan besar. Mereka sekadar melahirkan makna keberadaan yang asing. Mereka tak memekikkan sabda, tapi semata mencari bentuk dari bayangan mimpi-mimpi mereka. Mungkin menulis adalah tindakan gaib atas nama kata dengan segenap penghancuran dan kepalsuan, dan berakhir dengan karya.

Lantas bagaimana dengan bakat itu sendiri yang kerap dikaitkan dengan pengarang? Desiderius berdalih, “Bakat itu tidak ada. Yang ada hanyalah keinginan yang kuat untuk mewujudkan setiap impian. Tak seorang pun menghormati bakat, sejauh itu masih tersembunyi.” Mungkin bakat secara neurologis dapat dikatakan sebagai “berkah”. Tetapi justru kreatifitas yang terus dinyalakan harus menjadi tindakan yang nyata.

Apabila menilik proses kreatif para pujangga Jawa kuno, sebagaimana ungkapan Kuntara Wiryamartana bahwa, panca indra merupakan dimensi raga untuk memasuki jiwa. Pengendapan dimulai dengan semadi untuk menyesap pengalaman ragawi ke kedalaman jiwa. Di sinilah tahap penjinakan berbagai aktivitas untuk bisa masuk ke dunia sukma, dunia niskala: dunia tanpa ukuran, tanpa rasa, tanpa warna, semua serba kosong. Dalam dimensi inilah terjadi hubungan dengan Yang Maha Tunggal.

Pada titik pertemuan itu, imbuhnya, ilham tidak dapat digambarkan sebelum masuk ke dimensi jiwa. Jadi, ada penjernihan ilham dari ruang sukma ke ruang jiwa, yang kemudian diwujudkan dalam ruang raga. Proses itu, tuturnya, terus berlangsung dalam diri para kawi (pujangga) yang berkreasi untuk menempuh kesempurnaan. Pengalaman yang luas tentang kehidupan di dunia nyata menjadi syarat mutlak para kawi untuk memunculkan kreatifitas. Pengalaman yang bersifat naratif maupun dramatik dikumpulkan sebanyak mungkin untuk diwujudkan dalam kakawin (karya sastra). Kakawin keluar dari puncak budi, kemudian menyurup ke diri pengarang, dan akhirnya, ia kuasa mewujudkan karyanya.

Proses kreatif, intinya, adalah pengenalan diri hingga bisa mengendalikan proses tersebut. Sebagaimana dalam cerita wayang Dewa Ruci. Pertemuan dua kesejatian antara Bima dengan Dewa Ruci yang melebur menjadi satu. Dewa Ruci adalah perwujudan jiwa Bima. Gambaran ini digambarkan dengan petuah Carilah kayu besar yang menjadi sarang angin. Makna kayu besar adalah wadag manusia yang hidup karena ada siklus udara saat bernapas. (baca Agung Setyahadi Merefleksi Proses Kreatif Leluhur, Kompas, Sabtu 25 Maret 2006).

Menurut W.S. Rendra, proses kreatif adalah manjing ing kahanan nggayuh ngarsaning Hyang Widi (melebur dalam dunia nyata dan merengkuh dunia keilahian). Pengarang harus memahami sekaligus menghayati proses kreatifnya sebagai bentuk yogabasa: sujud karya. Bahwa setiap karya harus menjadi roh ibadah; bahwa prinsip berkarya adalah untuk mewujudkan kebebasan, kejujuran dan keindahan.
Lantaran menulis merupakan peristiwa magis demi menghadirkan dunia baru, maka proses kreatif, menurut Archibald MacLeish dalam Poetry and Experience, tak lain setakik usaha guna mempertemukan dua kutub: antara yang Ada dan yang Maya. Terus berjuang mengetuk keheningan atas ke-Tidak Ada-an untuk menghasilkan Ada.

Sebab itu, segala hal yang bersentuhan dengan proses kreatif memang menjadi suatu keniscayaan yang musti dijalani oleh setiap pengarang. Melenyapkan bayangan kegagalan dan tak bersekutu dengan manusia berjiwa malang dan yang gentar menghadapi penderitaan. Di sinilah pengarang mempertaruhkan segenap hidupnya: hidup terkutuk sebagai pengarang atawa hidup dalam omong kosong yang menyedihkan. Sejalan dengan itu, Isaac Asimov juga bersemboyan, “Hidup adalah menulis sebagaimana hidup adalah bernapas.”

Stephen King dalam bukunya On Writing memancangkan anjuran senada dalam proses kreatif, “Ada dua hal yang harus kau lakukan: banyak membaca dan banyak menulis. Setahuku, tidak ada jalan lain selain dua hal ini, dan tidak ada jalan pintas.”

Andaikata pengarang adalah sosok pencecap rahasia tabir semesta demi menggetarkan jiwa pembacanya, seperti angin yang mendesir pada permukaan air, maka benarkah anggapan bahwa pengarang mengarang karena tersiksa menanggung misteri keberadaannya? Lalu apa yang diburu pengarang sepanjang hayat? Mengukir nama di atas tinta emas dalam buku sejarah dan berharap dikenang sepanjang jaman? Ihwal ini, Lord Byron menyindir, “Apa arti ketenaran? Kecuali mengisi bagian kertas yang tak pasti, selain sesuatu yang bakal hilang dalam uap. Sekadar untuk itu: manusia menulis, bicara, berkhotbah, membunuh, dan membakar mimpi buruk mereka. Untuk merengkuh yang pada akhirnya hanyalah debu.”

Lantas bagaimana dengan pengarang yang gagal, setelah bernanah-nanah menguras daya kreatifnya namun hanya menghasilkan karya sampah (atau plagiat)? Mungkin, bagi pengarang yang berhasil ataupun yang gagal: itu adalah urusan batin mereka masing-masing. Setidaknya, mereka telah berusaha sekuat tenaga -- dengan segenap kesia-siaan dan kepedihan -- untuk memaknai hidup mereka.

Akhirnya, bagi siapa pun, yang menekuni dunia kepengarangan; menulis itu perlu, sebagaimana yang diimbau oleh A.S. Laksana di atas, dengan segala keluhuran hingga keremeh-temehannya. Maka dari itu saya hanya mengucapkan kepada semua pengarang: selamat berkarya dan teruslah berkarya!

Jawa Pos, 6 Agustus 2006.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar