Teguh Winarsho AS 
DIA melukaiku lagi. Dengan belati. Dia hunjamkan ke dadaku berkali-kali. Aku meradang. Merintih kesakitan. Aku sekarat, hampir mati. Lalu, aku pergi meninggalkan dia. Meninggalkan senyum manisnya yang menipu. Meninggalkan kerling matanya yang tajam ingin membunuhku. Tapi dia terus membuntutiku dengan belati. Aku bingung. Ke mana aku harus sembunyi? Aku sering merasa putus asa dan ingin bunuh diri. Memotong urat nadi. Atau menjerat leher dengan tali.
Bukankah lebih terhormat mati bunuh diri dari pada mati sia-sia ditikam belati? Maka, suatu hari aku membeli seutas tali. Aku berharap seutas tali itu akan mengantarku ke surga. Lalu kutulis surat pendek untuk orang tua dan saudara-saudaraku. Kukatakan pada mereka bahwa aku akan bunuh diri. Maaf, ayah, ibu, kakak, jika selama ini aku pernah berbuat salah pada kalian. Maaf. Maaf. Ini sudah menjadi keputusanku. Jangan pernah menangisi kepergianku. Sebab aku laki-laki terhormat sudah sepantasnya mati dengan cara terhormat pula. Bukan mati di tangan dia.
Seutas tali itu telah kuikat di atas pintu kamar. Pada ujung tali di bawah kubuat simpul lubang sebesar kepalaku. Lubang itu nanti yang akan menjerat leherku. Membuat batang leherku mengisut dan nafasku berhenti. Aku akan terbang jauh. Melayang tinggi. Menembus langit. Awan. Udara. Menuju tempat paling sunyi. Paling tersembunyi. Kini aku tinggal mencari kursi. Kursi yang akan menjadi pijakan terakhir kakiku saat aku memasukkan kepalaku pada simpul lubang tali. Meletakkan simpul tali itu persis di batang leherku. Kursi itu sendiri nanti akan kutendang secepat mungkin, agar hentakkan tubuhku lebih cepat jatuh ke bawah.
Aku mencari-cari kursi. Tapi ternyata tidak mudah menemukan kursi yang cocok untuk bunuh diri. Kuobrak-abrik seluruh rumah. Aku sudah tidak sabar melakukannya. Seperti ada kekuatan gaib yang tiba-tiba merasuk ke dalam tubuhku membuatku begitu terburu-buru. Membuatku seperti orang diluapi birahi. Ah, apakah bunuh diri sama nikmat dengan senggama? Apakah saat nafas meregang satu-satu, rasanya nikmat seperti saat orgasme? Bukankah saat bunuh diri penis kita juga mengeluarkan sperma?
Akhirnya kutemukan kursi di depan meja komputer. Kursi yang selama ini sering kugunakan untuk sembunyi dari kejaran dia. Kursi yang begitu setia menemaniku saat menulis cerita. Kursi butut, jelek, usang, ah, kenapa nasibmu begini tragis? Kenapa nasibmu tak sepadan dengan pengorbananmu? Terima kasih atas pengabdianmu selama ini. Bertahun-tahun lamanya kamu menemaniku. Maaf, nanti kamu akan campak sia-sia. Aku akan menendangmu sekuat tenaga agar kematianku lebih sempurna.
Aku telah bersiap bunuh diri. Aku berdiri di atas kursi. Sedikit pun kakiku tidak gemetar. Wajahku tidak pucat. Tubuhku tidak berkeringat. Aku tinggal mengalungkan simpul tali di leherku. Menendang kursi. Lalu, wuuss... Segala kesengsaraan itu akan lesap. Segala perih luka itu akan musnah. Inilah saat paling indah di mana aku terbebas dari kejaran dia. Tak akan pernah kulihat lagi belati dia menari-nari di wajahku. Aku sudah lebih dulu mati bunuh diri. Mati sebagai laki-laki sejati.
Simpul tali itu telah kukalungkan di leher. Kuat. Aku memejamkan mata rapat-rapat. Kutarik nafas panjang. Sangat panjang. Inilah tarikan nafasku yang terakhir. Aku berusaha menikmati tarikan nafas ini seperti bayi yang baru lahir. Pada udara yang masuk hidungku, kurasakan geletar hebat di pori-pori kulitku. Lalu, geletar itu merasuk ke dalam tubuhku, berpusar dan bergulung di dalam perut, lalu naik ke atas menghunjam ubun-ubunku.
Aku tinggal menendang kursi tempat kedua kakiku berpijak ketika tiba-tiba dia muncul di depanku dengan belati menari-nari di tangan. ‘“Kenapa kamu mesti bunuh diri, Sayang. Bukankah lebih asyik jika kubunuh perlahan-lahan dengan belati ini. Belati ini masih cukup tajam untuk kulitmu yang jarang tersentuh matahari. Ayo, kita nikmati saja permainan ini berdua. Kupotong tubuhmu sekerat demi sekerat..." Dia bersuara dengan lembut. Tapi aku begitu gugup, melepaskan jerat tali di leherku. Lari ke luar. Menerobos gelap malam. 
Aku terus lari. Menerobos semak berduri. Menahan dingin dan rasa nyeri. Tapi malam terlampau gelap. Kabut tiba-tiba turun menghalang pandanganku. Aku tak bisa lari. Aku lelah. Tubuhku terhuyung roboh ke tanah. *** 
PAGI. Terhuyung aku pulang ke rumah dengan satu cita-cita untuk bunuh diri. Kali ini aku tak boleh gagal. Ya, ya, aku harus berhasil. Aku akan melakukannya dengan cepat sebelum dia datang menghunjamkan belatinya ke dadaku. Tapi saat masuk ke dalam rumah, kulihat tali yang semalam ingin kugunakan untuk bunuh diri sudah raib. Tentu dia yang mengambil tali itu. Dia tak suka aku bunuh diri. Dia ingin menikmati kematianku dengan belati. 
Tak ada tali. Maka kuambil pisau dapur di lemari. Aku ingin bunuh diri dengan cara memotong urat nadi. Ini pekerjaan mudah. Aku sudah sering mengiris roti. Kali ini mengiris urat nadi. Darah segar tentu akan muncrat saat nadiku putus. Aku tidak tahu apakah aku akan langsung mati atau menggelepar-gelepar seperti ikan koki? Aku lebih senang jika langsung mati. Tapi seandainya aku harus menahan sakit, akan kunikmati rasa sakit itu sepenuh hati. Rasa sakit ini tentu hanya sementara sebab aku akan mati. Aku akan kehilangan segala rasa. 
Kusandarkan tubuhku di dinding rumah. Dinding rumah itu terasa dingin seperti ujung pisau di tanganku. Aku memejamkan mata sembari berdoa agar kelak aku masuk surga. Usai berdoa, mata kembali kubuka dan kali ini aku benar-benar sudah siap bunuh diri. Perlahan kuangkat pisau itu. Kucium ujungnya, kurasakan ketajamannya lalu kuayun sekuat tenaga: cress! Cress! Darah segar muncrat dari nadiku. Membasahi lantai dan wajahku. Kulihat darah terus mengalir dari nadiku. Warnanya merah. Aku merintih dan menggelepar kesakitan. Aku meronta dan meregang. Lalu, segala yang tampak di mataku perlahan-lahan berubah gelap. Senyap. *** 
TEMPAT apa ini namanya? Semua serba putih. Serba wangi. Kulihat puluhan orang mengelilingiku. Menatap iba. Aku lupa siapa mereka. Tapi rasa-rasanya aku pernah akrab. Kuperhatikan wajah-wajah sedih itu satu persatu. Aku menghimpun segala ingatan untuk mengingat nama mereka. Tapi aku benar-benar lupa. Apakah aku sudah mati? Samar telingaku mendengar suara orang membaca kitab suci. 
Sejurus kemudian seseorang menghampiriku. Berbisik. "Aku Joni Ariadinata. Ini Satmoko Budi Santoso, Itu Amien Wangsitalaja, Abdul Wachid BS. Nach, yang kurus berdiri di pojok itu, Sri Wintala Achmad. Sebelahnya, Raudal Tanjung Banua, Achmad Muhaimin Azzet, Indra Tranggono, Otto Sukatno CR, Zainal Arifin Thoha, Iman Budhi Santoso, Joko Budhiarto, Jayadi Kastari, Hadjid Hamzah, Handoko Adi Nugroho, Arwan Turi Artha, Mustofa W Hasyim, Arief Fauzi Marzuki, Edi AH Iyubenu, Nurel Javissyarqi, Soegiyono MS, Afrizal Noor Hakim Asrori, Tahta Tanual, Andi Irmawan, Imam Samudra, Amrozi..." 
Aku mengangguk-angguk mulai mengenali orang-orang itu. Mereka kawan-kawan terbaikku. Aku kemudian mengalihkan pandangku di sudut lain. Pada sekerumun perempuan berkerudung hitam. Beberapa orang kulihat matanya sembab. Sebagian menitikkan air mata. Lagi-lagi aku seperti pernah mengenal orang-orang itu. Entah di mana. Mungkin dalam sebuah diskusi sastra atau pertunjukan teater. Tapi, ah, kenapa aku lupa nama mereka? Apakah aku sudah mati? Samar telingaku mendengar suara orang membaca kitab suci. 
"Kami datang untuk mengantarmu..." Kudengar seorang perempuan bersuara. Lembut. "Aku Evi Idawati. Sebelahku, Aning Ayu Kusuma, Ulfatin Ch, Abidah El Khalieqi, Endang Susanti Rustamadji, Ita Dian Novita, Maya Wulan, Niken Wresniati, Eltsaqofa Najuba Azzahra, Dwi Ifidiati, Inul Daratista, Tamara Blesynski..." Perempuan itu berhenti sejenak. Pandangan matanya menyimpan kesedihan mendalam. Lalu, "Kami semua sangat sedih dan turut berduka cita..." 
Ya, ya, kini aku mulai bisa mengenali orang-orang berkerudung hitam itu. Aku ingin bangkit menghampiri mereka. Menyalami mereka. Tapi tidak bisa. Tubuhku benar-benar tidak bertenaga.... 
Kulonprogo-Depok.
Sumber: Kedaulatan Rakyat.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar