Sabtu, 09 Agustus 2008

Dia Ingin Membunuhku

Teguh Winarsho AS

DIA melukaiku lagi. Dengan belati. Dia hunjamkan ke dadaku berkali-kali. Aku meradang. Merintih kesakitan. Aku sekarat, hampir mati. Lalu, aku pergi meninggalkan dia. Meninggalkan senyum manisnya yang menipu. Meninggalkan kerling matanya yang tajam ingin membunuhku. Tapi dia terus membuntutiku dengan belati. Aku bingung. Ke mana aku harus sembunyi? Aku sering merasa putus asa dan ingin bunuh diri. Memotong urat nadi. Atau menjerat leher dengan tali.

Bukankah lebih terhormat mati bunuh diri dari pada mati sia-sia ditikam belati? Maka, suatu hari aku membeli seutas tali. Aku berharap seutas tali itu akan mengantarku ke surga. Lalu kutulis surat pendek untuk orang tua dan saudara-saudaraku. Kukatakan pada mereka bahwa aku akan bunuh diri. Maaf, ayah, ibu, kakak, jika selama ini aku pernah berbuat salah pada kalian. Maaf. Maaf. Ini sudah menjadi keputusanku. Jangan pernah menangisi kepergianku. Sebab aku laki-laki terhormat sudah sepantasnya mati dengan cara terhormat pula. Bukan mati di tangan dia.

Seutas tali itu telah kuikat di atas pintu kamar. Pada ujung tali di bawah kubuat simpul lubang sebesar kepalaku. Lubang itu nanti yang akan menjerat leherku. Membuat batang leherku mengisut dan nafasku berhenti. Aku akan terbang jauh. Melayang tinggi. Menembus langit. Awan. Udara. Menuju tempat paling sunyi. Paling tersembunyi. Kini aku tinggal mencari kursi. Kursi yang akan menjadi pijakan terakhir kakiku saat aku memasukkan kepalaku pada simpul lubang tali. Meletakkan simpul tali itu persis di batang leherku. Kursi itu sendiri nanti akan kutendang secepat mungkin, agar hentakkan tubuhku lebih cepat jatuh ke bawah.

Aku mencari-cari kursi. Tapi ternyata tidak mudah menemukan kursi yang cocok untuk bunuh diri. Kuobrak-abrik seluruh rumah. Aku sudah tidak sabar melakukannya. Seperti ada kekuatan gaib yang tiba-tiba merasuk ke dalam tubuhku membuatku begitu terburu-buru. Membuatku seperti orang diluapi birahi. Ah, apakah bunuh diri sama nikmat dengan senggama? Apakah saat nafas meregang satu-satu, rasanya nikmat seperti saat orgasme? Bukankah saat bunuh diri penis kita juga mengeluarkan sperma?

Akhirnya kutemukan kursi di depan meja komputer. Kursi yang selama ini sering kugunakan untuk sembunyi dari kejaran dia. Kursi yang begitu setia menemaniku saat menulis cerita. Kursi butut, jelek, usang, ah, kenapa nasibmu begini tragis? Kenapa nasibmu tak sepadan dengan pengorbananmu? Terima kasih atas pengabdianmu selama ini. Bertahun-tahun lamanya kamu menemaniku. Maaf, nanti kamu akan campak sia-sia. Aku akan menendangmu sekuat tenaga agar kematianku lebih sempurna.

Aku telah bersiap bunuh diri. Aku berdiri di atas kursi. Sedikit pun kakiku tidak gemetar. Wajahku tidak pucat. Tubuhku tidak berkeringat. Aku tinggal mengalungkan simpul tali di leherku. Menendang kursi. Lalu, wuuss... Segala kesengsaraan itu akan lesap. Segala perih luka itu akan musnah. Inilah saat paling indah di mana aku terbebas dari kejaran dia. Tak akan pernah kulihat lagi belati dia menari-nari di wajahku. Aku sudah lebih dulu mati bunuh diri. Mati sebagai laki-laki sejati.

Simpul tali itu telah kukalungkan di leher. Kuat. Aku memejamkan mata rapat-rapat. Kutarik nafas panjang. Sangat panjang. Inilah tarikan nafasku yang terakhir. Aku berusaha menikmati tarikan nafas ini seperti bayi yang baru lahir. Pada udara yang masuk hidungku, kurasakan geletar hebat di pori-pori kulitku. Lalu, geletar itu merasuk ke dalam tubuhku, berpusar dan bergulung di dalam perut, lalu naik ke atas menghunjam ubun-ubunku.

Aku tinggal menendang kursi tempat kedua kakiku berpijak ketika tiba-tiba dia muncul di depanku dengan belati menari-nari di tangan. ‘“Kenapa kamu mesti bunuh diri, Sayang. Bukankah lebih asyik jika kubunuh perlahan-lahan dengan belati ini. Belati ini masih cukup tajam untuk kulitmu yang jarang tersentuh matahari. Ayo, kita nikmati saja permainan ini berdua. Kupotong tubuhmu sekerat demi sekerat..." Dia bersuara dengan lembut. Tapi aku begitu gugup, melepaskan jerat tali di leherku. Lari ke luar. Menerobos gelap malam.

Aku terus lari. Menerobos semak berduri. Menahan dingin dan rasa nyeri. Tapi malam terlampau gelap. Kabut tiba-tiba turun menghalang pandanganku. Aku tak bisa lari. Aku lelah. Tubuhku terhuyung roboh ke tanah. ***

PAGI. Terhuyung aku pulang ke rumah dengan satu cita-cita untuk bunuh diri. Kali ini aku tak boleh gagal. Ya, ya, aku harus berhasil. Aku akan melakukannya dengan cepat sebelum dia datang menghunjamkan belatinya ke dadaku. Tapi saat masuk ke dalam rumah, kulihat tali yang semalam ingin kugunakan untuk bunuh diri sudah raib. Tentu dia yang mengambil tali itu. Dia tak suka aku bunuh diri. Dia ingin menikmati kematianku dengan belati.

Tak ada tali. Maka kuambil pisau dapur di lemari. Aku ingin bunuh diri dengan cara memotong urat nadi. Ini pekerjaan mudah. Aku sudah sering mengiris roti. Kali ini mengiris urat nadi. Darah segar tentu akan muncrat saat nadiku putus. Aku tidak tahu apakah aku akan langsung mati atau menggelepar-gelepar seperti ikan koki? Aku lebih senang jika langsung mati. Tapi seandainya aku harus menahan sakit, akan kunikmati rasa sakit itu sepenuh hati. Rasa sakit ini tentu hanya sementara sebab aku akan mati. Aku akan kehilangan segala rasa.

Kusandarkan tubuhku di dinding rumah. Dinding rumah itu terasa dingin seperti ujung pisau di tanganku. Aku memejamkan mata sembari berdoa agar kelak aku masuk surga. Usai berdoa, mata kembali kubuka dan kali ini aku benar-benar sudah siap bunuh diri. Perlahan kuangkat pisau itu. Kucium ujungnya, kurasakan ketajamannya lalu kuayun sekuat tenaga: cress! Cress! Darah segar muncrat dari nadiku. Membasahi lantai dan wajahku. Kulihat darah terus mengalir dari nadiku. Warnanya merah. Aku merintih dan menggelepar kesakitan. Aku meronta dan meregang. Lalu, segala yang tampak di mataku perlahan-lahan berubah gelap. Senyap. ***

TEMPAT apa ini namanya? Semua serba putih. Serba wangi. Kulihat puluhan orang mengelilingiku. Menatap iba. Aku lupa siapa mereka. Tapi rasa-rasanya aku pernah akrab. Kuperhatikan wajah-wajah sedih itu satu persatu. Aku menghimpun segala ingatan untuk mengingat nama mereka. Tapi aku benar-benar lupa. Apakah aku sudah mati? Samar telingaku mendengar suara orang membaca kitab suci.

Sejurus kemudian seseorang menghampiriku. Berbisik. "Aku Joni Ariadinata. Ini Satmoko Budi Santoso, Itu Amien Wangsitalaja, Abdul Wachid BS. Nach, yang kurus berdiri di pojok itu, Sri Wintala Achmad. Sebelahnya, Raudal Tanjung Banua, Achmad Muhaimin Azzet, Indra Tranggono, Otto Sukatno CR, Zainal Arifin Thoha, Iman Budhi Santoso, Joko Budhiarto, Jayadi Kastari, Hadjid Hamzah, Handoko Adi Nugroho, Arwan Turi Artha, Mustofa W Hasyim, Arief Fauzi Marzuki, Edi AH Iyubenu, Nurel Javissyarqi, Soegiyono MS, Afrizal Noor Hakim Asrori, Tahta Tanual, Andi Irmawan, Imam Samudra, Amrozi..."

Aku mengangguk-angguk mulai mengenali orang-orang itu. Mereka kawan-kawan terbaikku. Aku kemudian mengalihkan pandangku di sudut lain. Pada sekerumun perempuan berkerudung hitam. Beberapa orang kulihat matanya sembab. Sebagian menitikkan air mata. Lagi-lagi aku seperti pernah mengenal orang-orang itu. Entah di mana. Mungkin dalam sebuah diskusi sastra atau pertunjukan teater. Tapi, ah, kenapa aku lupa nama mereka? Apakah aku sudah mati? Samar telingaku mendengar suara orang membaca kitab suci.

"Kami datang untuk mengantarmu..." Kudengar seorang perempuan bersuara. Lembut. "Aku Evi Idawati. Sebelahku, Aning Ayu Kusuma, Ulfatin Ch, Abidah El Khalieqi, Endang Susanti Rustamadji, Ita Dian Novita, Maya Wulan, Niken Wresniati, Eltsaqofa Najuba Azzahra, Dwi Ifidiati, Inul Daratista, Tamara Blesynski..." Perempuan itu berhenti sejenak. Pandangan matanya menyimpan kesedihan mendalam. Lalu, "Kami semua sangat sedih dan turut berduka cita..."
Ya, ya, kini aku mulai bisa mengenali orang-orang berkerudung hitam itu. Aku ingin bangkit menghampiri mereka. Menyalami mereka. Tapi tidak bisa. Tubuhku benar-benar tidak bertenaga....

Kulonprogo-Depok.
Sumber: Kedaulatan Rakyat.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar