Yaumu Roikha
Tepat 6 Nopember, aku pergi ke rumah kakak perempuanku yang letaknya di Surabaya. Aku pergi ke sana bersama kakak sepupuku. Aku berangkat pagi hari. Entah mengapa di tengah-tengah perjalanan, motor yang aku naiki tiba-tiba berhenti. Aku gak tahu harus gimana??? Kini aku terpaksa harus jalan kaki sambil membawa motorku yang mogok. Kuayunkan kakiku berlahan-lahan. Dan kutengak-tengokkan mataku ke kanan-kiri. Siapa tau ada bengkel!!!
Kakiku masih terus melangkah. Walaupun terik surya menyengat rasa. Mengarang lelah dalam seribu pesona. Kira-kira 2 km, aku telah menyisir jalan itu. Tapi belum juga menjumpai bengkel. Namun gak lama kemudian, kedua sorot mata kakakku melihat sebuah bengkel kecil di tepian ruas jalan. Kali ini pikiranku sedikit lega. Kami pun akhirnya bergegas menuju bengkel itu. Dengan penuh damba berharap semoga motor lekas menyala.
Sungguh naas hari ini. Ternyata motorku juga belum selesai-selesai di perbaiki. Ah, sekarang aku baru sadar, jika menunggu merupakan suatu pekerjaan yang paling membosankan. Saat itu aku pun merasa lapar. Dan kepanasan. Tapi mulutku terkunci. Gak berani bilang pada kakak sepupuku kalau aku lapar dan kepanasan.
Perutku yang lapar dan tubuhku yang kepanasan membuat aku gemeteran. Tapi gak apalah, aku masih kuat menahannya. Meski sedikit tersiksa. Saat itu aku duduk di atas kursi sambil membawa tas ranselku yang berisi baju. Di situ aku melihat ada pemuda datang ke bengkel ini juga. Dia memakai helm berwarna merah. Dan memakai motor mewah. Aku sedikit tercengang. Sungguh, dia begitu gagah di mataku. Apalagi waktu helmnya di buka. Uch…! wajanya sangat manis dan tampan. Perutku yang terasa lapar, sekarang mendadak jadi kenyang. Aku gak tahu. Mungkin pengaruh dari pemuda tadi, sampai-sampai perutku yang terasa lapar sekarang berubah menjadi kenyang. Dia menaruh helm di atas kaca sepion motornya. Lalu dia jalan kaki menuju ke arahku. Aku pikir dia mau ngapain??? Ternyata dia mau duduk di sebelah kursiku. Dan dia mengulurkan tangannya ke depan mukaku. Aku kira dia mau nampar aku. Ternyata dia mau berkenalan sama aku.
“Siapa nama kamu?” kata pemuda tampan.
“Namaku Tika!!!” mulutku menjawab.
“Nama kamu sendiri siapa???” aku balik bertanya.
“Panggil aja Dika,” jawab pemuda tampan.
“Kamu anak mana, terus kelas berapa???” tanya Dika menambahi.
“Aku anak Lamongan. Dan aku baru kls 1 SMA.”
“Kamu sendirian di sini???”
“Tidak, aku sama kakak sepupuku yang lagi benerin motor.”
***
Waktu terus berputar. Matahari terlihat tinggal sehasta di ufuk barat. Hari pun semakin gelap. Motor juga sudah dibenahi. Aku dan kakakku akhirnya melanjutkan perjalanan lagi. Adzan magrib telah menyapa pendengaran. Rayu-merayu di batas keimanan. Aku dan kakakku baru saja tiba di ruma kakaku yang perempuan. Kita semua melakukan sholat magrib berjamaah. Setelah itu kita melakukan makan malam di meja makan.
Hari semakin malam. Aku tertidur di atas ranjang yang hangat. Tidak terasa, ternyata hari sudah pagi. Dan aku tidak sadar kenapa aku ingin berjalan keruang tengah. Di situ aku melihat ada seorang lelaki tidur di ruang tengah. Aku mau nyamperin. Tapi aku takut dan gemetaran. Lalu aku nekad untuk melihat lelaki itu. Dari dekat aku lihat ternyata dia pemuda tampan siang kemarin yang bernama Dika. Aku sangat kaget. Dan gak menyangka kenapa dia bisa berada di sini??? Sedikit gumam hatiku yang sangat terkejut saat melihat keberadaannya.
Matahari mulai muncul. Semua orang di sini pada bangun dengan ceria. Tapi aku masih bingung, “kenapa pemuda tadi bisa satu rumah sama aku???” tiba-tiba kakak perempuanku nyamperin aku di halaman belakang rumah. Dan dia cerita tentang pemuda tampan tadi.
Walhasil, ternyata dia temen satu kos dan satu kampus sama kakak perempuanku. Dan dia dikenal sebagai pangeran di kampus. Lima menit kemudian Dika ikut ngumpul bersama kami di halamanan belakang rumah. Aku lihat, di tangan kanannya, Dika membawa 2 novel tentang cinta. Setelah kuperhatikan sedikit lama, aku pun tertarik untuk mengetahui isi novel itu. Aku mau bilang pada Dika kalau aku mau pinjam novelnya. Ternyata dia suda ngomong duluan padaku, “Tika…… ni aku pinjamin novel tentang cinta untuk kamu.” Dika bilang sambil tersenyum. Aku ambil buku novel dari tangan Dika. Terus aku baca sampek selesai. Dan malam harinya aku berniat untuk megembalikan novel Dika.
“Dika, ini novelnya yang tadi siang kamu pinjamin ke aku. Thanks ya!” aku bilang ke Dika sambil tersenyum. Dan Dika menjawab “Sudah la Tika. Ambil aja. Anggap aja itu hadiah buat kamu, karna kamu sudah mau berteman sama aku”.
Usai makan malam, Dika memberi 3 novel cinta lagi. Aku bertanya “Kenapa kamu sering ngasi novel cinta ke aku???”
“Suda…… kamu baca aja. Suatu saat kamu akan ngarti.” jawab Dika sambil merunduk.
“Oh ya Dik, aku besok mau pulang ke rumah. Boleh gak ke 5 novel yang kamu kasih kemaren aku bawah pulang?” aku bertanya sambil bercanda.
“Boleh aja. Tapi ada 1 syarat!!!”
“Apa????” tanyaku penasaran.
“Aku boleh kan minta nomor hand phone kamu?”
“Boleh aja. Ni nomorku 0856546206xxx.”
***
Pagi harinya.
Tidak terasa pagi ini aku jalani. Aku dan kakak sepupuku siap-siap mau berangkat pulang ke rumah asalku. Di situ aku berpisah sama Dika dan sama kakak perempuanku. Di perjalanan, aku berbicara sama kakak sepupuku tentang Dika. Kakakku bilang kalau Dika itu baik dan tampan.
Perjalanan suda kita lalui. Aku sekarang sudah sampek rumah. Dan aku baru saja menaruh tas di atas meja. Hand phoneku berbunyi. Kring……kring……kring. Ada satu pesan di trima. Aku kira dapat sms dari temenku. Ternyata ada nomor baru yang masuk. Di situ bertuliskan pesan singkat untukku.
“Ciank…… gimana da nyampek rumah belum ??? trus di perjalanan gak ada halanggan apa-apa kan??? DIKA”
Aku baca sms sambil tertawa sendiri. Tidak kusangka kalau Dika bisa sms seperti ini sama aku. Sms Dika lalu aku balas.
“Ciank juga,,,!!! Aku sekarang sudah sampek rumah. Alhamdulilla, aku di perjalanan tadi gak ada halangan apa-apa. Oh ya Dika…… makasih ya atas pemberian novelnya”. Kata-kata itu lalu aku kirim ke nomor Dika.
Hari-hari kian berlalu. Bulan-bulan terus berganti. Aku sama Dika masih berhubungan lewat hand phone. Di saat aku sendirian di dalam kamar dan lagi sedih, hand phoneku berbunyi. Ternyata Dika yang lagi telepon aku. Dan aku mengangkatnya.
“Hallo……!!!”
“Hallo…… gimana kabarmu Tika???”
“Kabarku baik-baik aja. Kabar kamu sendiri gimana???”
“Kabarku juga baik-baik aja!!!”
Ah, aku baru sedikit berbasa-basi sama Dika ternyata teleponnya sudah putus. TUT……TUT……TUT……! Aku gak tau apa yang terjadi. Tiba-tiba teleponnya Dika putus.
***
Keesokan harinya.
“Dika sama sekali tidak memberi kabar apa-apa ke aku. Apa dia sudah lupa sama aku? Kenapa aku mikirin pemuda itu terus ya?” begitu hatiku bertanya-bertanya. Pada sa’at itu aku berusaha melupakan Dika dan aku akan lebih fokus pada belajarku.
Dua bulan kemudian. Di hari Selasa, aku ulang tahun. Di situ aku merasa sedih karena di sekolahku gak ada satu orang pun yang ngasi ucapan ke aku. Padahal saat itu kan hari kebahagiaanku.
Bel sokolah sudah menunjukkan waktunya pulang. Aku pulang berjalan kaki sembari hati kecilku bertanya-tanya, “Kenapa di hari ulang tahunku ini tidak dapat ucapan dari teman-temanku?”
Aku telah sampek di rumah. Dan aku melihat kakak perempuanku sudah ada di sana. Ia datang dari Surabaya beberapa saat yang lalu. Kakiku langsung menuju ke dalam kamar. Dan mataku melihat ada satu bungkus kado yang terletak di atas ranjang tidurku. Aku coba membuka kado itu perlahan-lahan. Gak taunya di dalam bungkusan itu ada BUKU DIAREY. Di dalam buku itu berisi beberapa patah kata yang terkhusus untukku.
Kepada Tika.
Assalamuallaikum
Tika… semakin kita jauh semakin aku sadari bahwa aku memang membutahkan kamu. Dan semakin kita jauh semakin aku bisa merasakan bahwa cinta telah tumbuh dalam hidupku…. Saat kamu kemarin datang di hadapanku, aku merasa bahwa aku sayang sama kamu. ”Kamu mau kan jadi pacarku?”
Sebelumnya mungkin aku terlalu lancang mengungkapkan perasaan ini kepadamu. Tapi bagaimana lagi……? Ini kejujuran hatiku yang terdalam, Tika. Oh ya, aku juga mau ngucapin;
Happy Birthday to You
I convery my congratulations to you!
Please accept my congratulations,,,,!
Wassalamualaikum
Dika……
Aku terharu saat membaca coretan itu. Hatiku menghilirkan tangis. Dan aku gak mengetahuinya, bahwa selama ini Dika suka sama aku.
Dalam suasana seperti itu, tiba-tiba aku terdengar ada orang yang memanggilku dari belakang. Ternyata setelah kubalikkan tubuhku, aku lihat gak taunya Dika. Dan aku gak menyangka Dika ikut ke rumahku juga. Di situ aku sangat terharu dan sangat senang. Sungguh perasaanku bercampur-baur gak karuan. Antara keharuan dan kebahagiaan.
“Selamat ulang tahun ya……” ujar Dika sambil mengulurkan tangan kanannya.
“Terima kasih atas ucapannya.” jawabku sedikit terbata.
“Apa yang kamu ucapin dalam buku tadi itu benar???” tanyaku lebih lanjut.
“Bener Tik…… Kamu mau kan jadi pacarku??”
“Ma’af, aku tidak bisa jawab sekarang. Kapan-kapan aku pasti akan menjawabnya, Dik.”
Setelah aku menerima kado, kita semua melakukan makan-makan.
“Apa aku sekarang ini bermimpi??” kataku lirih sambil meneteskan air mat. “Baru pertama kali ini, aku merasa bahagia seperti ini. Terima kasih Ya Allah!” puji syukurku dalam hati. Hari pun semakin larut. Pesona malam singgah menjemput. Dan aku siap-siap tidur.
Pagi harinya, Dika dan kakak perempuanku balik ke Surabaya. Di situ aku merasa kehilangan Dika. Gara-gara Dika main ke rumahku, aku sekarang jadi malas sekolah. Tapi aku kembali berfikir, “Kenapa aku mempedulikan cowok itu?” begitu ujarku sambil siap-siap sekolah.
Suda satu mingu berjalan, aku belum juga menjawab pertanyaan Dika yang kemarin. Tapi aku juga merasa kalau hatiku mau menerima Dika. Sa’at itu aku berniat sms Dika kalau aku mau jadi pacarnya. Tapi sms aku ter-pending terus. Padahal aku sudah sms 3 kali pada Dika. Di situ aku berfikir kenapa hand phone Dika mati???
***
Aku kembali berfikir, kenapa hand phone Dika belum juga dinyalakan? Padahal di situkan ada sms aku tentang jawaban pernyataan dia kemarin. Dan aku gak sabar untuk ketemu sama Dika di hari ulang tahunnya besok. “Sa’at hari Minggu kan ulang tahunnya Dika. Aku akan pergi ke Surabaya. Dan aku akan bilang sama dia kalau aku mau jadi pacarnya.” pikirku saat itu. Aku gak sabar untuk ketemu.
Pagi harinya aku pergi ke Surabaya sambil mengajak tiga orang teman sekelasku. Dan aku juga bawa novel yang dikasi sama Dika beberapa waktu yang lalu.
”Kamu ngapain bawa novel segala? Emangnya kamu mau ke toko buku?” kata 3 orang temenku.
”Novel ini yang bikin semangat aku.” jawabku sambil tersenyum manis.
Gak terasa kita berempat sudah lama bercanda di dalam mobil. Kita sekarang sudah sampai di kos kakak perempuanku. Aku coba panggil kakakku dengan suara keras. Tapi tidak ada jawaban. Dan aku sejenak berfikir. “Ini kan hari Minggu. Kakakku gak mungkin masuk kuliah. Di mana-mana kan hari Minggu itu libur kuliahnya.”
Aku sama 3 temanku berusaha lewat belakang rumah. Dan temanku tidak sengaja melihat kakakku mesra-mesraan di belakang rumah. Ternyata aku lihat laki-laki itu adalah Dika. Aku langsung nyamperin Dika.
“O……… karena ini hand phone kamu mati. Untunglah Tuhan ngirim aku ke sini untuk melihat kamu sekarang yang lagi mesra-mesraan sama kakakku sendiri. Dan aku sekarang sudah tahu maksud kamu.” ungkapku marah. Dan berlinangkan air mata.
Setelah itu aku kembali ke mobil. Dan ke 3 temanku pun ikut ke mobil. Di situ aku menulis surat untuk Dika.
Terimakasih Dika
Kamu telah menemaniku walaupun cuma sesaat. Tapi bagiku sangat berarti. Maafkan jika kebahagiaan yang kuminta adalah teman sepanjang hidupku. Seharusnya aku mengerti bahwa keberadaanku bukanlah di sisimu. Kau hanyalah lamunan dalam sesalku. Bagiku, kau kekasi yang tak bisa kumiliki. Dan aku mau ngucapin “happy birthday and congratulations.” Don’t forget me Tika…
Setelah aku selesai menulis surat itu, aku manyuruh satu temanku untuk ngasihkan bingkisan kado dan selembar surat kepada Dika. Gak lama kemudian, temanku pun kembali lagi ke mobil. Lantas kami meneruskan perjalanan pulang.
Malam ini adalah malam yang sangat bersejarah bagi ku. Di situ aku merasa bahwa ke 5 novel ini ada hikmahnya juga. Dan aku ngerasa di balik buku ini ternyata ada cinta. Aku telah belajar banyak tentang buku ini. Dan aku berdo’a, semoga yang ngasi buku ini diberi kebahagiaan. Amin.**
Lamongan, 2008
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar