Rabu, 30 Juli 2008

Perjalanan Panjang nan Sejenak

Judul Buku: Kitab Para Malaikat
Pengarang : Nurel Javissyarqi
Pengantar : Maman S. Mahayana
Epilog : Herry Lamongan
Jenis Buku: Antologi Puisi Tunggal
Penerbit : PUstaka puJAngga
Tebal Buku: x+130hlm;15,5x23,5cm
Peresensi : Imamuddin SA.

Hidup di dunia ini merupakan sebuah rangkaian perjalanan panjang namun sejenak. Dikatakan panjang sebab kehidupan manusia di dalamnya harus melalui beberapa fase. Secara fisikal, dimulai dari fase pembentukan jasad. Kelahiran dalam wujud balita. Kanak-kanak. Dewasa. Tua. Lanjut usia. Lantas tiada. Belum lagi perjalanan secara ruhaniah. Yaitu yang dimulai dari tataran syariat, hakikat, ma’rifat, serta fase penyatuan. Kesemuanya itu merupakan sebuah proses pencarian kesempurnaan dan jati diri kemanusiaanya. Dan rentang waktu antara fase satu ke fase yang lain itu cukuplah lama. Berpuluh-puluh tahun.

Dikatakan sejenak sebab dunia ini fana yang bersifat tidak kekal. Begitu juga dengan manusianya. Secara jasadiah, manusia pasti mengalami kematian di dalam dunia ini. Ia tidak kekal. Suatu saat ia pasti lenyap dari keberadaan kehidupan materi ini. Yang demikian itulah fenomena hidup di dunia yang merupakan sebuah rangkaian perjalanan panjang yang sejenak.

Dalam rangkaian perjalanan panjang yang sejenak ini, seorang manusia pastilah menemukan sesuatu yang lebih dalam hidup dan kehidupanya. Ia sudah barang tentu menemukan hikmah-hikmah tersendiri yang tidak sama dengan penemuan manusia yang lain. Yang lebih dulu hidup daripadanya. Namun jika ada satu kemiripan, itu merupakan suatu kewajaran. Sebab realitas kehidupan manusia sekarang tidak lain adalah hasil pengulangan realitas kehidupan yang silam. Yang menjadi pembedanya adalah cara pengungkapan dan penuangannya dalam realitas sosial. Tentunya dipengaruhi oleh setting suasana dan tempat yang berbeda. Jadi yang sama adalah akar konsep pemahaman idenya. Bukan sama secara realitas fisiknya. Hanya saja konsep ide yang lalu dalam realitas sekarang mungkin terdapat satu pengembangan sesuai dengan prifasi dan lingkungan fisiknya.

Penemuan sesuatu yang lebih dan hikmah-himah oleh seorang manusia itu berpangkal pada tindak pemaknahan terhadap simbol-simbol realitas yang ada. Simbol-simbol yang terdapat di sisi sayap kanan dan kirinya. Dengan adanya pemaknahan itu, maka beroleh manfaatlah dalam pribadi orang tersebut. Tidak menutup kemungkinan, orang lain pun turut merasakannya.

Hal itu tampaknya telah dicapai oleh seorang Nurel dengan menghadirkan karyanya Kitab Para Malaikat. Rangkaian hikmah yang dicakup dalam hidup dan kehidupanya berpangkal dari pemaknahan akan realitas yang melingkupi pribadinya. Perjalanan yang relatif panjang. Kurang lebih hampir sepuluh tahun ia mengumpulkan hikmah-hikmah tersebut hingga kini hadirlah sebuah buku yang berjudul Kitab Para Malaikat. Tempaanya tidak pada satu tempat melainkan di berbagai tempat. Seperti di pesantren Waticongol, Muntilan (Magelang), Tegal Sari, Jetis, (Ponorogo), Yogyakarta, Selat Sunda, Gersik, Lamongan, dan lain-lain. Ia laksana memungut satu demi satu kerikil makna kehidupan yang berserakan sebagai amunisi menelanjangi peradaban zaman.

Falsafah hidup sangat kental dalam Kitab Para Malaikat. Dalam tiap bagianya tersebar luas nilai-nilai falsafahnya. Falsafah tentang wanita misalnya. Siapa yang dapat menghormati dan menjujung martabat rumah tangga, masyarakat, bangsa, dan bahkan leluhur seseorang? Semuanya itu yang berperan adalah seorang wanita. Dialah panutannya. Dialah tulang punggungnya. Jika pribadi seorang wanita itu rusak, maka rusaklah semuanya. Martabat pun akan mengalami degradasi dengan indahnya.

Mengapa wanita sebagai penentu dan tulang punggug semuanya? Ini bukan merujuk pada tindak emansipasi wanita secara mutlak. Tidak mengunggulkan wanita harus memimpin segalanya. Memimpin rumah tangga, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Ini melainkan berorientasi pada hakekat dasar wanita. Obsesi wanita sebagai seorang ibu dari anak-anaknya. Cinta kasih harus ditanamkan oleh seorang ibu kepada anaknya secara mendalam. Pendidikan dasar seorang anak tercermin lewat karakter ibunya. Sebab seorang ibu pada dasarnya lebih dekat secara psikologi dengan anak-anaknya. Seorang anak akan mempelajari secara alamiah kebiasaan-kebiasaan ibunya. Jika ibunya sering bersikap kasar, apatis, nakal, kurang sopan, dan sering keluar rumah, sudah barang tentu kelak karakter anak tidak jauh berbeda dari semua itu. Bahkan bisa berbuat lebih. Tidak ingatkah ketika seorang ibu mengalami sakit, maka bayinya pun turut merasakanya jua. Seorang ibu yang sedang guncang jiwa dan perasaanya, maka bayinya pun merengek tak henti-hentinya. Ini sebagai bukti bahwa kedekatan psikologi seorang anak cenderung mengarah pada kepribadian ibunya..

Jadi peranan wanita sebagai penentu kepribadian generasi berikutnya yang menjadi sorotan utamanya. Wanita harus bisa memberdayakan eksistensi pribadinya. Yaitu sebagai seorang ibu yang mencurahkan segenap kasih sayang, cinta, dan pendidikan dasar kepada anak-anaknya. Bukan memberi contoh buruk. Biar kelak tercipta generasi penerus yang lebih unggul. Generasi yang mampu menyemikan harkat dan martabat neneng moyangnya. Wanitalah panutanya. Tampaknya hal itu yang menjadi titik tolak ungkapan seorang Nurel; “Bagi bangsa-bangsa menghormati moyangnya, wanita // menjadi panutan, selendang panjangnya menyeret lelangkah // dan dunia setuju walau berkali-kali terhempas prahara” (Membuka Raga Padmi, I; XI, hal:5).

Pengajaran akan nilai-nilai keikhlasan juga semerbak dalam karya ini. Dalam perjalanan hidupnya, manusia harus senantiasa melangkah dengan penuh keikhlasan. Mengabdi dengan bekal keikhlasan lewat ketetapan hati, perkataan, maupun perilaku. Keikhlasan itu diwujudkan dalam bentuk ikhlas kala memperoleh kenikmatan. Dan ikhlas kala mendapatkan musibah. Hal itu memang terjadi secara bergantian. Ini sebuah kewajaran. Orang tidak akan merasakan kenikmatan sebelum ia pernah merasakan musibah atau sengsara. Begitu juga dengan sebaliknya. Ini merupakan sesuatu yang berkala. “Sakit serta nikmat ia terima sejauh tidak mengurangi kekhusyukan, // kesungguhan hayatmu mengabdi berbekal puja keikhlasan” (Anak Sungai Filsafat, IX; XXI, hal:52).

Nilai vitalitas juga terdapat dalam Kitab Para Malaikat. Ini seolah cermin dari pribadi pengarangnya. “Bara revolusi berasal dari rindu terkumpul gagasan sebelum bertemu, // dan akhirnya bentuklah yang menciptakan melodi ruangan takdirmu” (Musik-Tarian Keabadian, V; XI, Hal:31). Ungkapan ini bermaksud memberi dorongan dan semangat hidup. Bahwa sesungguhnya perubahan besar yang terjadi dalam pribadi seseorang itu bermula dari kerinduan untuk menggapai suatu hal. Di mana pencapaian terhadap suatu tujuan itu belum terwujud. Oleh sebab itu dorongan batin harus segera dituangkan dalam bentuk tindakan dan kesungguhan usaha. Adapun takdir di esok hari akan mengikuti kekuatan tindakan dan kesungguhan usaha dalam proses penggapaian suatu hal yang telah dirindu-impikan. Intinya, seseorang tidak boleh berhenti di tengah jalan saat hendak merengkuh sebuah impian dan cita-cita. Kuatkan tekad sampai muara.

Karya ini merupakan karya yang dituangkan dalam bentuk romantisme perjalanan hidup. Adapun yang menjadi selimutnya adalah romantisme filosofis. Disusun ke dalam beberapa bagian. Lebih tepatnya dua puluh bagian ditambah satu bagian muqaddimah sebagai pembuka awalnya. Bagian-bagianya adalah; Muqaddimah (Waktu Di Sayap Jibril), Membuka Raga Padmi; I, Hukum-Hukum Pecinta; II, Bait-Bait Persembahan; III, Ruang-Ruang Mengabadikan; IV, Musik-Tarian Keabadian; V, Diruapi Malam Harum; VI, Keinginan-Keinginan Mulia; VII, Di Atas Tandu Langitan; VIII, Anak Sungai Filsafat; IX, Sekuntum Bunga Revolusi; X, Penampakan Do’a Semalam; XI, Duka Tangis Busa, XII, Gelombang Merawat Pantai; XIII, Mengembalikan Niat Suci; XIV, Pembangunan Dunia Ganjil; XV, Siang Tubuh Malam Jiwanya; XVI, Secercah Cahaya Kurnia; XVII, Tanah Kelahiran Masa; XVIII, Ruang Waktu Padat; XIX, Muakhir (Kesaksian-Kesaksian); XX.
Dalam setiap bagianya tersusun secara panjang. Namun dibatasi dengan angka-angka romawi sebagai bentuk pemisahan baitnya. Hal itu tampaknya sebagai wujud ekspresi yang menyimbolkan bahwa karya ini digurat dalam rentang waktu yang relatif lama. Dan dalam ruang-waktu yang berbeda-beda.

Tampilan fisik Kitab Para Malaikat cenderung mengelabuhi penikmatnya. Penikmat akan terpancing untuk memaknai dan memahami dalam tiap baitnya secara terpisah. Tiap bait yang dicipta seolah mengusung topik yang baru. Padahal tidak. Itu sebenarnya merupakan satu kesatuan yang utuh dalam tiap sub bagiannya. Walaupun juga ada sedikit yang meloncat. Namun pada akhir bagianya bisa kembali pada topik pembahasan semula. Jika pola pemahaman penikmat dilakukan secara terpisah-pisah, maka benar apabila karya ini disebutnya sebagai karya yang pengguratanya menggunakan ritme Jurus Dewa Mabuk. Ritme yang tidak beraturan dan tak berarah. Namun mengandung kekuatan yang dahsyat dan mematikan lawan-lawanya.

Bahasa yang dipaki tidak sederhana dan terlalu sublim. Jadi butuh pemahaman ekstra untuk menguak intinya. Dan tiap bagianya pun terlalu panjang. Ini bagi penikmat yang kurang sabar, sering mengalami kejenuhan dan bosan. Serta sedikit mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya. Yang paling sering akan menganggap ungkapan dalam karya ini minim makna dan pesan. Sekedar keromantisan bahasa yang disajikan. Namun bagi beberapa kalangan penikmat, ini sangat menyenangkan. Sebab ada tantangan yang lebih untuk menguak kesublimannya.
Selanjutnya, selamat menikmati. Selamat menerjemahkan inti. Semoga kesahajaan akan melingkupi jiwa-jiwa sang pencari.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar