Jumat, 18 Juli 2008

Catatan Perjalanan "DIA-WALI" dari Balam

Pernah dimuat di majalah Gerbang Massa

Cerita ini bermula saat saya habis ngelayap dari Bandar Lampung, kotanya penyair Opera Kebun Lada (judul antologi puisi Y. Wibowo). Sebelum berkisah jauh mengenai judul, sebaiknya saya mencuplik beberapa perolehan dari pelayaran Bakauheni menuju Merak.

Di tengah selat, dalam kantong kapal laut kelas ekonomi, saya melihat burung elang Jawa menyebrani ubun-ubun gulungan ombak samudera, kelepakan sayapnya seimbang perkasa, perutnya terisi tiada lebih, dan tak kurang di tengah lawatan.

Saya jadi berfikir, kenapa saat diri ini sudah berada dalam perut kapal menuju Merak, elang Jawa itu malah hendak menyebrang ke tlatah Sumatra. Jangan-jangan ada yang tertinggal dari perjalanan saya? Telapak kaki, kabut yang kan menjelma awan rindu. Atau ada sesuatu perjanjian dengan pulau sebrang itu?

Diri merasakan, burung itu kan hinggap di badan kapal yang sedang saya tumpangi sebab kelelahan, namun tak. Ia memilih mengapung di atas ketinggian gelombang sejarak sepuluh meter, sambil senantiasa mengimbangi hembusan angin yang membuatnya kesulitan mencapai tujuan bertempo cepat.

Sang burung telah ketahui bagaimana menguasai desakan bayu serta hasrat dirinya demi mencapai pantai, lawatannya kali itu seperti tak yang pertama. Dirinya tiada gentar keraguan meski menyimpan was-was di tengah tenaganya, yang suatu saat bisa habis ketika tiba-tiba angin kencang datang menghantam kelepakan sayapnya.

Atau mungkin sang elang coklat itu mengisyaratkan diri saya, untuk tandang kembali kepada kepulauan cantik di sana.
Baiklah, persoalan ini saya biarkan mengendap bagi referensi demi isyarat-isyarat lebih jelas ketika realitas dilalui bermata cerlang cemerlang.

Sebuah penerimaan kesadaraan akan pengalaman yang mampu menjadi penentu gerak selanjutnya bagi perhitungan. Saya biarkan segalanya mengalir dalam; apa itu keganjilan, misteri hayat serta realitas tampakan yang beredar di perjalanan.
Semuanya diri anggap harmoni, warna-warni kehidupan menyenangkan bagi sejati kembara.

Kapal saya tumpangi terus mendesak melaju ke Merak, sementara kepakan elang menjauhi kapal menuju Bakauheni. Ini riwayat tanda apa yang kan terjadi nanti?

Semuanya melangkah apa adanya, segalanya memuara pada tujuan masing-masing dengan resiko berbeda. Tubuh kapal menyibak kulit lautan, gelombang menari-nari dengan keindahan deru decak ombak.

Ibarat seluruh isi dunia tak perlu dimaknai, semua berjalan sederhana, nilai-nilai terbangun atas kepala anak-anak manusia. Seolah ocehan musim harus diterima, dan kita mengikuti perubahannya semacam wacana, menggelinding menghabisnya bola salju. Atau semakin membesar pada sebuah persoalan revolusi.

Batas dan puncak, besar dan kecil menuju titik-titik yang semuanya bermakna sama, ketika benar-benar mengiyakan kesadaran perjalanan hayat. Mungkin?

Ketika waktu terus berjalan, saya mengikuti keinginannya berkendaraan masa; dunia berjalan, semua melangkah berkeindahan. Carut-marut hanya milik orang-orang tergesa, berburu-memburu mangsa biasa, atau berlari dari kenyataan hutang berlimpah, sedang bias-bias hutang bangsa-negara dipikul anak-anaknya.

Lalu bathin ini berucap; bangsa maju itu seperti elang tak membawa bekal kecuali dalam perutnya saat hendak kembara, menembus cakrawala harapannya. Terpenting ialah tanggung jawab diri, keluarga serta tradisi, agar senantiasa lestari meski di kepulauan lain; inilah dunianya burung-burung elang.

Mata yang tajam, sanggup mengawasi kedalaman lautan, ada gerak ikan menjadi miliknya buat energi pacuan selanjutnya, demi waktu dan masa depan belulang.

Cerita pembuka saya hentikan di sini, saya turun di pelabuhan Merak. Hari itu dalam bulan suci ramadhan menginjak hari yang ke sepuluh.

Seperti biasa dalam tradisi kembara, tiada kewajiban menjalankan ibadah puasa. Apa yang seorang kembara sandang, bukan sebagai manusia dalam tempat yang sama. Dirinya tidak berada dalam satuan letak, ketika beredarnya matahari menunjukkan masa berbuka atau dimulainya puasa.

Atau ini sekadar alasan-alasan saja yang kurang tebal iman, sehingga gugurlah kewajiban untuk ngelayapkan segala persoalan diri yang diemban, demi lebih nikmat saat menyeruput segelas wedang.

Di pelabuhan Merak, saya berhenti di warung kaki lima yng pernah diri singgahi sewaktu akan ke Bakauheni. Saya terbiasa mengakrabi satu tempat, agar tampak rilek ketika akan menjalankan suatu lanjutan rencana.

Sebenarnya di semua tempat, ada wilayah-wilayah akrab ketika kita benar-benar merasa tak jauh dari rumah. Atau di mana pun tempat ialah bumi tuhan, wilayah kekuasaan kesadaran akan amahan, yang tengah dijalankan seorang kembara.

Dalam ruang-ruang terpencil dan asing, kita akan temukan diri yang tidak asing, ketika benar-benar dalam lingkaran kedekatan mata air nurani sebagai pandangan pejalan. Atau kita memang tidak berada di mana-mana, meski sedang ke mana saja dan jauh dari saudara.

Sebenarnya, saya dari Merak ingin mampir ke Tanara Banten. Namun, terkadang rencana juga perlu diubah, seperti cara elang meringankan tubuh agar tak terdesak hembusan angin kencang.

Teman saya sewaktu di Jombang, yang kini bermukim di Tanara, menyuruh mampir sepulang dari Balam (Bandar Lampung). Tetapi teman lain pernah bercerita, bahwa teman yang ada di Tanara itu, setengah bulan yang lalu pernah ke Jawa Timur, tepatnya Bojonegoro, namun ia tak mampir ke Lamongan.

Jadi seolah impaslah bila diri ini tak datang menuruti rencana ke bumi Tanara. Di Merak, saya memilih bus jurusan Bekasi Timur. Sebuah pilihan tak mampir ke Tanara, tetapi langsung ke teman satunya di Bekasi.

Ketika saya berada atau sampai di terminal Serang. Adzan magrib berkumandang atau waktunya berbuka. Seperti biasa di terminal, para penjual keluar-masuk ke bus yang berhenti, untuk menjajakan makanan ringan.

Para penumpang pada beli untuk melepaskan ikatan puasa, sesua-suap berbuka bagi kewajiban pengganjal perut dari seharian tak termasuki bahan kehidupan.

Saat penjual-penjual itu tawarkan dagangannya pada saya, saya hanya geleng-gelengkan kepala. Semua penjual yang menawarkan pada saya, berkata ke teman-temannya; Diawali (Bermakna saya sudah mengawali berbuka, alis tak berpuasa di hari itu. Atau saya awali buka sebelum waktunya, maka mereka menyebut saya “diawali” atau mendahului).

Karena saya sering main-main dengan kata-kata, kata “diawali” itu saya pisah menjadi “dia” dan “wali” atau para penjual itu menyebut saya Wali, he...

Kata yang saya putus itu mampu menghibur diri ini, yang sudah sakit gigi berhari-hari di Bandar Lampung, juga saat berada di senjakala Serang itu. Inilah salah satu kenang-kenangan sewaktu di terminal Serang dalam bulan suci.

Ketika sopir telah selesai menunaikan sholat magrib, lantas bus di jalankan kembali menuju Bekasi. Kala itu saya menulis sms buat kawan-kawan Balam, begini; “Saya menaiki Merak menuju Bekasi (bekas kekasih), & terimakasih perjamuannya saudara-saudaraku, yang bikin aku lupa rumah, ...ala maak.

Saya teringat selalu di Lampung; sakit gigi, sumur putri, pantai pasir putih, senyum mungil dan wajah-wajah pulau Sumatra yang aduhai…., kawan-kawan di Lada (Lembaga Advokasi Anak Jalanan), di SPL (Serikat Petani Lampung) serta SKL (Sekolah Kebudayaan Lampung).

Ya syukurlah, semua kawan-kawan di sana sudah bikin suara jaringan lembaga-lembaga yang mapan, tetapi saya masih suka keluyuran. Banyak orang berusaha ingin mapan, namun saya malah takut kemapanan, he...

Tidakkah kemapanan itu bisa pula bikin sakit udun, alis terkumpulnya darah kotor dibagian tubuh tertentu yang menyakitkan. Kalau resiko jalan-jalan tentu paling-paling masuk angin, sakit gigi juga pegal-pegal. Itulah hayat, semuanya mendapati resiko serta kenikmatan tersendiri.

Salam bagi kenikmatan dan derita. Saya yang kini menjadi burung elang, terbang di antara dua pulau Dwipa.

*) Nurel Javissyarqi, pengelana. November 2005, Lamongan.
Keterangan: perjalanan kali itu adalah awal penyebaran buku-buku stensilan PUstaka puJAngga ke luar Jawa. Selepas dari Balam, saya membentuk Forum Sastra Lamongan bersama kawan-kawan; Rodli TL, Haris del Hakim, A. Syauqi Sumbawi, Imamuddin SA, dan Javed Paul Syatha.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar