Minggu, 29 Agustus 2021

Pentas Teater Tiga Kota Riau Beraksi

: Bengak di Atas Kebohongan Bengak
 
Taufik Ikram Jamil *
Riau Pos, 1 Jan 2012
 
TAK cukup dengan kata-kata, mungkin juga kesan untung-untung sebagai perenungan tentang bagaimana bengak alias bohong begitu mewabah dalam kehidupan berbangsa akhir-akhir ini, kelompok teater Riau Beraksi, memberikan masker kepada penonton dalam lakon yang mereka tampilkan Sabtu dan Ahad (17-18/12). Di bawah tajuk Bengak, penutup mulut dan hidung itu, justeru dibagikan begitu memasuki tempat pertunjukan, Anjung Seni Idrus Tintin, Pekanbaru.
 
Kesedihan akibat berada dalam kondisi buruk itu, seperti dipadankan dengan khabar meninggalnya seorang tokoh besar dalam teater, Vaclav Havel (1937-2012), yang juga dikenal sebagai Presiden Republik Czech, Ahad (18/12). Berkali-kali dicalonkan sebagai penerima Nobel Perdamaian atas usahanya menciptakan perdamaian, dunia selalu mengingat ucapannya tentang wabah bengak, “Kebenaran dan cinta harus menang di atas kebohongan dan kebencian”.
 
Lakon Bengak berangkat dari penulis yang memiliki tanah pijak yang sama dengan Havel, Arkady Timofeevich Averchenko (1881-1926), yang hijrah ke Eropa Tengah setelah komunis menguasai tanah kelahirannya dan melahirkan Uni Soviet. Tapi Willy Fwiandri mengadoptasi lakon ini dari apa yang sudah diadaptasi oleh Achdiat K Mihardja tahun 1956. Tak pelak lagi, suasana lokal dan kekinian begitu terasa dalam lakon yang juga disutradarai Willy itu, bahkan judulnya yang semula Pakaian dan Kepalsuan dalam adaptasi Indonesia, menjadi khas Riau di tangan Willy, Bengak.
 
Akhir cerita dari lakon ini, mungkin membuat orang bertanya-tanya juga. Pasalnya, tokoh yang membongkar kepalsuan kemudian mengaku sebagai seorang badut bernama Sob (Herlambang). Dibantu Bro (Akbar), Sob melakukannya dengan todongan pistol. Ini disibak melalui Ratna (Dwi Alvianna), padahal perempuan ini juga seorang petualang —rela “menggadaikan” diri. Sebaliknya, bisa jadi hasil pembongkaran kepalsuan itu juga adalah sebuah kebohongan karena pengakuan di sebaliknya dibuat di bawah todongan senjata api yang kemudian diketahui tanpa peluru.
 
Berdiri tahun 2008, Riau Beraksi dikucahi seniman siap uji. Willy sendiri misalnya, sempat menempuh pendidikan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Jurusan Teater, terlibat berbagai pementasan di Jakarta sebelum pulang ke Riau. Sebut juga Aamesa Aryana yang sejak lama dikenal sebagai seniman dan pekerja seni tangguh dalam kondisi bagaimanapun juga. Nama-nama lain pula, ikut menjanjikan dan karenanya bisa menjadi perantara harapan bagi perteateran di Riau beriringan dengan kelompok lain yang lebih dahulu semacam Selembayung.
 
Keterlibatan Penonton
 
Sejak berdiri, hampir setiap tahun mereka tampil di pentas. Diawali lakon “Cinta dan Presiden”, Bengak merupkan produksi kelima kelompok teater Riau Beraksi. Dengan durasi sekitar 75 menit, Bengak juga tampil di Padangpanjang dan Padang, Sumatera Barat (24-28/12). Sedang dirancang pula pementasan yang produksinya dipimpin Ayu Fwi ini ke beberapa kampus di Riau.
 
Penggarapan realis, tampaknya menjadi pilihan Riau Beraksi. Dengan demikian, mereka berupaya agar bisa langsung berbicara dengan penonton yang menuntut keaktoran pemain. Syukurlah, hampir semua pemain dapat dipertaruhkan dengan satu catatan pada pelakon Ratna yang pasti punya kesempatan untuk ditingkatkan. Ini didukung kehadiran panggung yang ditata Saho Riau dengan warna bersahaja. Kehadiran kelompok musik di café sebagaimana umumnya pula (Lastri, Syahbani, Edi), mampu membangun suasana santai seperti saat mereka menyuguhkan lagu Juwita Malam.
 
Ada upaya Willy melibatkan penonton secara langsung, bukan hanya terbawa oleh arus cerita. Ini jelas terasa sewaktu penonton diminta memakai masker. Sayangnya, alat tersebut diminta untuk dilepaskan lagi dengan alasan agar penonton merasa nyaman. Coba saja kalau benda itu dilepaskan sendiri oleh penonton tanpa permintaan, sehingga akan lebih terasa lagi penyatuannya dengan lakon. Mana tahu dengan melepaskan masker tanpa permintaan, bisa menjadi simbol bahwa sebenarnya kita tidak bisa mengunci mulut dari perilaku berdusta. Begitu pula kalau terjadi sebaliknya.
 
Alkisah, cerita bermula di sebuah café dengan lampu temaram dan musik hidup yang menyenangkan. Sob dan Bro terdengar berbicara ihwal politik yang terasa menekan karena laku oknum-oknumnya. Sikut-menyikut dengan cara apa pun dilakukan tanpa malu-malu. Lalu datanglah empat tokoh yakni Ucok (Willy), Yong Sungut (Aamesa Aryana), Boy (Husin), dan Ratna yang langsung menguasai tempat hiburan itu.
 
Sambil ketawa terbahak-bahak dan minum-minum, masing-masing menceritakan “kehebatan” mereka di tengah masyarakat. Agar lebih jelas, Ucok malah mengambil pengeras suara dari tangan penyanyi untuk menceritakan perjuangannya sebagai aktivis mahasiswa 1998 di Jakarta, sampai kini menjadi ketua partai dan duduk di parlemen. Yong Sungut amat gembira karena ia kini sebagai kepala dinas, sedangkan Boy tak kurang senangnya sebagai pengusaha. Ujung-ujungnya mereka merancang suatu proyek besar.
 
Menertawakan
 
Dengan logat Melayu, Minang, Jawa, dan Batak, dialog dalam lakon ini acapkali mengundang tawa penonton. Bukan saja karena celetukan dan tingkah-polah pemain, tetapi lebih disebabkan bagaimana mereka menertawakan perilaku politik sekarang; hamparan satire yang lebar membentang. Sebutlah misalnya, bagaimana ketika Ucok dan kawan-kawan merancang proyek untuk kepentingan mereka sendiri, mengingatkan orang pada kasus wisma atlet SEA Games 2011. Padahal semua yang mereka peroleh dari awal dilakukan secara tidak sah, bahkan terus-menerus membohongi masyarakat.
 
Atas desakan Sob, Boy mengaku bahwa ia seorang datuk yang merampas banyak tanah rakyat dan memiliki sejumlah selir berkaitan dengan statusnya itu. Yong Sungut disebut sebagai rentenir yang sibuk menjaja proyek yang diambil dari dana rakyat dengan arahan dan pengaturan Ucok. Tak seperti Boy dan Yong Sungut, Ucok tak banyak berkelit ketika kepadanya disebutkan sebagai tukang obat —menabur janji-janji besar kepada masyarakat tanpa menunaikannya— sebagaimana halnya perilaku seorang oportunis.
 
Ucok malah tak sedikit pun peduli ketika Sob meminta isterinya yang kedua yakni Ratna, membuka pakaian demi apa yang disebutnya keselamatan. Meski semula enggan, Ratna melakukan hal itu, bahkan meminta Sob “menikmati” tubuhnya—semacam pasrah yang menjengkelkan. Pada adegan ini tampak Sob agak “terguncang”, sehingga sempat juga membayangkan bagaimana Sob mendedahkan kepalsuannya sendiri. Tetapi kemudian Sob hanya berpura-pura melakukan perbuatan mesum dengan Ratna, sebelum pada gilirannya ia memuji Ratna sebagai perempuan perkasa.
 
Meskipun dialog-dialog dibangun dari kenyataan dan kegeraman terhadap situasi politik, senantiasa pula muncul berbagai harapan perbaikan ke depan. Baik Sob dan Bro memiliki keyakinan terhadap hal ini meskipun selalu dibaluti rasa skeptisme yang tebal. Ucok dan kawan-kawan tak kurang yakinnya, tetapi mereka sudah terbelit oleh keadaan.
 
Upaya mereka atas permintaan Ratna untuk mengejar Sob dan Bro yang kabur setelah puas mendengar pengakuan masing-masing tokoh, barangkali berujung pada dua kemungkinan; mengejar asbab kesadaran sebagai momen pencerahan atau justeru hendak lari dari kenyataan sesungguhnya sambil menguburkan setiap pemalsuan sebagai kebiasaan. Ditutup dengan yel-yel semangat beriringan dengan pemadaman lampu pentas dengan satu sentakan, seperti menegaskan bagaimana bengak harus diakhiri.
 
Tak salah lagi sebagaimana dikatakan Beni sebagai pengantar pementasan ini bahwa barisan bengak atau kebohongan memang sedang mengepung kita, bengak di atas kebohongan bengak. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita mengatasinya. Allah SWT sangat memurkai kebohongan dan sebagaimana dikatakan Boy atas permintaan Sob maupun Bro, setidak-tidaknya pada tahap awal, untuk ini, kita harus melafazkan, “Astaghfirullah, nauzubillah…”
***

*) Taufik Ikram Jamil, sastrawan terkemuka di Riau. Tinggal di Pekanbaru. http://sastra-indonesia.com/2021/06/pentas-teater-tiga-kota-riau-beraksi/

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar