Senin, 31 Agustus 2020

Bersaing dengan Robot


Doddi Ahmad Fauji *

Imajinasi seniman mengingatkan, pada suatu hari nanti manusia harus bersaing dengan robot. Teater sastra dari Universitas indonesia, memperkirakan persaingan itu makin ketat setelah tahun 2020.

Bagaimana jadinya bila suatu hari, Universitas Indonesia (UI) yang makin mentereng itu, berganti nama jadi Universitas Robot Indonesia (URI)?sepanjang jargon ini masih berlaku: “tidak ada yang tidak mungkin di bumi ini,” maka sangat mungkin pada suatu hari nanti, UI benar-benar menjadi Universitas Robot Indonesia, dalam artian, UI menjadi kampus yang hanya memproduksi sarjana, master, dan doktor yang berprilaku seperti robot. Bukankah kini semakin banyak perusa-haan yang memperlakukan karyawannya seperti robot, yakni menguras tenaganya tapi tidak memperhatikan perasaannya, kesejahteraannya, dan sisi terdalam dari rasa kemanusiaanya?

Perusahaan lebih senang karyawannya berlaku seperti robot, tidak rewel apalagi banyak protes. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan akan menerima sarjana yang telah berhasil “dirobotkan” oleh perguruan tinggi. efek domino berikutnya, supaya per-guruan tinggi itu laku di masyarakat, maka mereka ber-lomba menjadi universitas yang merobotkan manusia.

sentilan-sentilan di atas, terlintas setelah saya menon-ton pertunjukan teater berjuluk sketsa Robot ver2.0 karya/sutradara I Yudhi sunarto dari Teater Sastra UI. Pertunjukan berlangsung di Graha Bhakti Budaya, TIM, pada 20-21 November 2010.

Pertunjukan itu bernada komediti satire, yang hendak mencemooh sistem pendidikan di Indonesia, terutama mungkin di UI, yang semakin kapitalistik. UI kini menjadi perguruan tinggi negeri termahal setelah era Badan Hukum Pendidikan diberlakukan. Tentu orang miskin sekalipun ia “jenius”, jangan bermimpi bisa berkampus di sana.

Nampak sekali, topik yang dibicarakan dalam pertun-jukan ini, ditulis oleh orang yang terlibat dalam dunia pendidikan, yang membuatnya paham benar seluk-beluk kerancuan di institusi pendidikan. Yudhi memang salah satu dosen di Fakultas Ilmu Budaya, UI. Ia alumni UI, dan pendiri Teater sastra UI. kritikan yang dilontar-kan, bukan asal njeplak tanpa konfirmasi pada realitas. Yudhi berhasil mengapungkan tema yang selaras den-gan realitas, dan pemilihan tema robot untuk mengertik institusi pendidikan, terasa sangat kontekstual.

Sinopsis cerita bisa dirinci seperti ini: Suatu hari, orang-orang Indonesia mulai terjangkit virus mandul. Adapun perempuan yang masih bisa hamil, sudah banyak yang enggan men-gandung karena akan merusak karier. Alhasil, robot-robot yang diberinama humanoid, yang diproduksi oleh luar negeri, mulai dibeli oleh masyarakat Indonesia. Humanoid ternyata menjadi anak yang lebih penurut dan cerdas.

Di sisi lain, karena manusia semakin langka, membuat sekolah jadi bangkrut, perguruan tinggi jadi mengkerut, akibat kehabisan calon murid. Nah lalu, robor-robot yang dibeli dari luar itu, prilakunya ternyata berbeda dengan karakteristik orang Indonesia. Lalui UI pada tahun 2030, mulai melakukan terobosan dengan menciptakan sistem pendidikan untuk robot-robot humanoid supaya karakteristiknya menjadi hipokrit, yaitu karakteristik yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia di tahun 2030. Maka UI pun berubah nama menjadi URI dengan jargon “Merobotkan Manusia dan Memanusiakan Robot.”

Naskah realis yang kontekstual ini, tentu akan kering maknanya bila tidak berhasil direpre-sentasikan dalam panggung. Tapi karena sang sutrdara sekaligus penulis naskah, terasa benar bahwa sutrdara berhasil membina aktornya un-tuk menyajikan pertunjukan yang komunikatif.

Disebut menarik, karena pertunjukan ini ber-langsung sekira empat jam. Sangat melelahkan tentunya menonton selama empat jam. Tetapi respons penonton, dari awal hingga akhir, tidak berubah. Gelak tawa atau malah aplaus, berkali-kali menggemuruh di gedung pertunjukan.

Jam terbang memperlihatkan, Yudhi semakin matang selaku sutra-dara. Dengan mengusung konsep Brechtian, ia berhasil menyajikan komedi satire itu menjadi tontonan yang menghibur. Terlihat, bahwa Yudhi tidak memiliki kendala dalam menge-drill para pemain, terutama dalam melapalkan dialog. Seringkali sebuah pertunjukan jadi tidak menarik, karena pemainnya tidak paham kalimat yang dimaksud oleh penulis naskah. Mung-kin paham, tapi gagal dalam melapal-kannya.

Secara keseluruhan, pertunjukan realis ini bisa disebut berhasil. Jika pun nampak ada yang terasa mengganjal, itu terlihat pada beberapa aktor yang belum benar-benar realis. Memang su-sah, aktor di bawah usia 30 misalnya, bila harus memerankan tokoh berusaia 50. Warna suara harus benar-benar di-ubah. Nah kemarin itu, sebut misalnya tokoh Budi Hartawan yang dimainkan oleh Maftuh Ihsan, terlihat intonansi dan gesture-nya belum memancarkan karakteristik seorang Direktur Kema-hasiswaan. Lengannya yang terlalu banyak bergerak, lebih pantas bila itu ia peragakan saat membaca puisi atau sedang berdeklamasi, ketimbang sedang berperan sebagai aktor teater.

Saya sering melihat, aktor yang jam terbangnya masih rendah, sering bermain dengan gerakan tangan yang berlebih, serta berjinjit saat harus melapalkan dialog marah, dan marahnya itu sering pula disampaikan dengan kata-kata yang berteriak. Dengan kata lain, dalam pertunjukan ini, yang terasa masih kurang, adalah bagaimana memainkan irama dan intonansi, supaya benar-benar nikmat saat disimak.

Barangkali bisa disebut contoh ideal yang memerankan tokoh tua usia, tapi aktornya masih muda, adalah Fadli Zon yang memerankan tokoh Rektor URI. Cara Fadli bicara (mela-palkan dialog), terlihat sudah seperti seorang Rektor dari perguruan tinggi ternama.

Tapi permakluman memang harus sering banyak diberikan pada dunia teater saat ini. Apalagi kepada teater kampus yang sifatnya teater belajar, mereka pasti kekurangan aktor yang matang secara usia, kecuali memang-gil para alumninya, atau menyewa “aktor bayaran” untuk memerankan tokoh-tokoh tertentu.

Terlepas dari semua kekurangan-nya, saya ingin memberi apresiasi pada pertunjukan itu, bahwa mulai langka teater-teater yang terus belajar, mendalami hakikat realisme dan menulis naskah. Dan itu, terus digeluti secara konsisten oleh Teater Sastra UI bersama I Yudhi Sunarto sebagai patronnya. 
*** 

*) Doddi Ahmad Fauji, penulis buku Menghidupkan Ruh Puisi, Sastrawan Angkatan 2000 versi Korrie Layun Rampan, dan mantan redaktur sastra Koran Media Indonesia (1999 – 2001). doddi@jurnas.com

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar