Jumat, 26 Oktober 2018

Jalan Lain dari Kenyataan Genre Dramatik Gerak-Gerik

Catatan dari sebuah novel karya AH J Khuzaini
Rodli TL

Pada dasarnya novel  itu menghibur, bahasanya mengimplisit persuasip. Ia hadir untuk merayu pembaca berempati, merasakan apa yang dirasakan para tokoh, bahkan menawarkan ruang-ruang imajinasi yang kemudian memporak-porandakan emosi para pembacanya. Sungguh tidak realis, membaca novel saja menangis, kata si hidung mancung sambil mentertawakan pembaca novel yang sesenggukan.

Teori sastra dan apologetics (pembelaan terhadap sastra) menekankan sifat tipikal sastra atau kekhususannya. Sastra dianggap lebih umum dari sejarah dan biografi, tapi lebih khusus dari psikologi dan sosiologi. Artinya karya sastra diantaranya novel tak sekedar menyanjikan hiburan yang menwararkan kesenangan secara fisik saja, namun juga kesenangan yang lebih tinggi, kesenangan kontemplatif. Maka novel seringkali hadir dengan atmosphere peristiwa-peristiwa sejarah yang masih hidup atau juga menawrkan keterlibatanya pada dialektika kejiwaan dan masyarakat sosialnya sebagaimana yang dibahas dalam ilmu psikologi dan sosiologi.

Secara dramatik akan kita temukan berbagai genre novel yang membuat kita kasmaran, takut, penasaran, menangis, bahkan tertawa berguling-guling. Masuk akal? Kenyataannya semacam itu yang kemudian para kritikus menamainya dengan genre komedi, romantic, horror, tragedy, detektif dan lain sebagainya. Hal inilah yang sering dikatakan bahwa novel itu mampu masuk alam bawah sadar pembaca yang akhirnya membentuk karakter pembaca. Namun AH J Khuzaini memilih jalan lain dari kenyataan dramatik.

Kesustraan secara teoritis Rene Wellek dan Austin Werren membaginya menjadi dua kajian pendekatan yaitu instrinsik dan ekstrinsik. Dalam kajian instrinsik mencakup Modus Keberadan Karya Sastra, Efoni, Gaya, Citra, Sifat dan Ragam Fiksi Naratif, Genre Sastra, Penilaian Dan Sejarah Sastra. Sedangkan Studi Pendekatan Ekstrinsik Meliputi Sastra Biografi, Sastra Dan Psikologi, Sastra Dan Masyarakat, Sastra Dan Pemikiran Dan Yang Terakhir Sastra Dan Seni.

Sebelum melakukan kajian anaysis content atau analisa isi novel yang menjadi bagian dari perkembangan penulis novel Lamongan, perlu diutarakan sedikit keberadaan penulis novel Lamongan lainnya, diantaranya adalah Viddy A.D. yang terkenal dengan novel kependekaran, diantaranya yang berjudul  Pendekar Sendhang Dhuwur. Ahmad Syauqy Sumbawi dengan novel  Dunia Kecil Panggung dan Omong Kosong, Maulana Alfarisi, Rodhi Murtadho, Ahmad Zaeni, Imamudin SA, Zehan Zarees, dan masih ada penulis lainya. Walau sebenarnya kering dengan diskusi sastra. Lamongan sebenarnya punya puluhan penulis novel dan ratusan karya sastra. Dan kali ini kita kedatangan penulis novel asal Gresik yang kini tinggal di Lamongan, yaitu Ah J Khuzaeni yang telah menulis novel dengan judul Gerak Gerik.

Novel Gerak-Gerik yang setebal 360 halaman ini disajikan layaknya obrolan di warung kopi.  Topiknya perlompatan kesana kemari. Mulai dari persoalan power syndrome, perubahan, restorasi, rekonsiliasi yang dilatari persoalan kaderisasi organisasi ekstra kampus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, bahkan pernyatan filsafat dan tasawufpun menjadi bagian dari rasa nikmatnya paitnya kopi. Bukan hanya lompatan topik, juga kehadiran tokoh-tokoh pun tipis identitasnya, sebagaimana warga warung kopi, hadir mengalir yang tidak akan mempersoalkan status sosialnya, tidak ada istilah pelanggan lama dan baru.

Pilihan-pilihan unsur dramatik dan karakteristik tokoh-tokoh sebuah novel yang begitu tipis tersebut memancing keterbukaan para kritikus menemukan banyak kemungkinan-kemungkinan studi pendekatan dalam kajian teori sastra walau sebenarnya penulis sudah mengklaim dirinya dalam novelnya adalah komedi realis yang memberikan penekanan obrolan dialektis beralur maju dengan sedikit kilas balik.(Pengantar:xi)

Percayalah, bahwa seringkali kehendak karya sastra itu tak sejalan dengan apa yang jadi kemauan penulis. Ia semacam makhluk yang diluar kendali penciptanya. Ia lebih memilih nasibnya sendiri, maka klaim penulis tidak akan pernah bisa menutup rapat kemungkinan-kemungkinan genre lain dalam pikiran pembaca. Sebab resepsi pembaca hadir secara bersama-sama antara hayal dan pengalamannya.

Ya, warung kopi, tanpa ada dramatik  yang berlebihan, tanpa ada alur yang direkayasa, mengalir seperti usia manusia yang pasrah akan takdirnya.  Dalam novel ini tiada tokoh siapa yang sebenarnya sungguh-sungguh antagonis dan sungguh-sungguh protagonis. Sang tokoh orang pertama AKUpun lebih banyak sebagai penyimak obrolan para kakek di warung kopi. Peran lebihnya sebagai penyambung cerita pertemuan para kakek dengan neneknya. Sang tokoh orang pertama AKU identitasnya begitu terbuka pada bagian akhir novel ini. Ia putus dari sekolah bukan lantaran kemiskinan atau keterbatasan intelektual  mengikuti mata pelajaran, bukan, tapi persoalan lain yang dalam dunia pergerakan disebut idealis. Tersesatlah ia pada situasi horror dalam gudang sekolah yang secara misterius bertemu dengan yang sebenarnya bukan seorang tukang kebun dan perempuan cantik penjaga perpustakaan.

AH J Khuzaini dalam novel gerak-geriknya memilih tidak setiap karya sastra itu harus imaji indrawi sebagaimana yang diunggkap Renne Wellek dan Austin Warrren dalam bukunya The Theory of Literature yang diindonesiakan oleh Melani Budianta.

“Banyak karya sastra tidak membagkitkan imaji indrawi, kalaupun ada imaji itu muncul secara kebetulan dan kadang-kadang. Bahkan dalam menampilkan tokoh, seorang pengarang tidak selalu perlu memakai citra klasik. Tokoh-tokoh yang diciptakan pengarang Rusia, Dotoevsky, dan vovelis besar inggris, Henry James misalnya, sukar dibayangkan sosok fisiknya, tetapi kita mengenal segala sesuatu tentang pikiran, motivasi, penilaian dan keinginan-keinginan mereka. Juga penulis membuat suatu gambaran umum yang skematis yang dibangun atas satu kecendrungan fisik tertentu. hal ini sering dilakukan oleh Tolstoy pengarang Rusia dan Thomas Mann pengarang Jerman (2016:19)

Sebagaimana catatan di atas, kebanyakan pengarang bertipologi tersebut menganggap terlalu banyaknya ilustrasi menjelaskan karakteristik tokoh-tokoh justru sangat mengganggu. Pengarang cukup memberikan gambaran umum dan tidak diceritakan secara detail.

Novel ini dibuka dengan perjalanan panjang dengan naik kereta api menuju arah barat dengan diceritakan tokoh gadis yang duduk di bangku depanya, namun sayang, hanyalah satu senyum lalu gadis tersebut mengilang bersama tidurnya. Andai tokoh itu hadir dalam novel popular ia akan menjadi tokoh utama yang dijelaskan secara detail fisik dan sifatnya, ia akan hadir dari bagian satu ke bagian yang lain, bahkan mungkin sekali menjadi pengakhir dari cerita. Namun tidak, sebab penulis memilih jalan lain.

Sebagaimana tokoh-tokoh Gerak Gerik Pak Setu, Duki, Tirto, Endang, Panca,  nenek dari AKU adalah tokoh-tokoh yang mempertebal halaman novel ini dengan dialog-dialognya yang nyocos layaknya para mantan aktifis yang mengalami power syndrome sedang diskusi di warung kopi. Secara fisik tidak diceritakan secara detail, hanyalah gambaran umum usianya yang tua dengan pilihan diksi kakek dan nenek yang pernah aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.

Dianalisa dari dialog-dilaog yang diungkapkan bertubi-tubi itu akhirnya pembaca akan bisa mengenal tentang pikiran, motivasi dan keinginan-keinginan tokoh-tokoh dalam novel tersebut, pikiran dan keinginan tentang perubahan, restorasi, rekonsiliasi terkait persoalan-persoalan kaderisasi dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.

Walau ada pandangan yang meragukan kandungan filsafat pada karya sastra sebagaimana yang pernah diungkapkan Goerge Boas dalam ceramahnya. Namun secara umum ada berbagai cara untuk menjabarkan hubungan sastra dan pemikiran. Sastra sering dilihat sebagai suatu bentu filsafat atau sebagai bentuk pemikiran yang terbungkus dalam bentuk khusus. Dalam perkembangannya banyak karya-karya sastra yang seringkali dihubungkan dengan kajian filsafat, terutama yang ada kaitannya dengan Eksistensialime. Diantaranya Leo Tolstoy, Albert Camus dengan Caligulanya, Samuel Becket dengan menunggu Godotnya.

Sebagaimana setiap dalam membuka bagian-bagian cerita, AH J Khuzaeni selalu menghadirkan filosofi kalimat dari beberapa filsuf. Diantaranya adalah Dengan humor kita dapat sejenak melupakan kesulitan hidup Gus Dur. Keadilan yang terlalu mendalam dapat membuat seseorang menjadi gila Aokiji. Dulu aku ada di sini, dan kata-kata ini telah membimbingku sampai akhir Gol D. Roger.

Nampaklah kesadaran penulis bahwa novel Gerak Gerik ini berusaha menggandeng perkembangan pemikiran filsuf. Ada jalan lain dalam sebuah novel selain menghibur, ia menawarkan pemikiran-pemikiran yang kontemplatif yang sesungguhnya lebih asyik didiskusikan sebagaimana pada peristiwa yang terjadi pada sebuah novel, pada sebuah cangkrukan warung kopi.

Pada simpulan akhir, AH J Khuzaeni dengan novel pertama Gerak-Geriknya ini ingin menyampaikan pemikiran-pemikiran yang seringkali tereksplorasi dalam dunia pergerakan, bahwa sesungguhnya aktifis itu adalah kaum akademik, layaknya para filsuf Yunani yang seringkali bertemu pada sebua taman acadomus, mendiskusikan pemikiran-pemikiran yang akhirnya menjadi teori baru tentang hakekat manusia dan kesemestaan alam. Gerak Gerik menghadirkan ruang diskusi pemikiran warung kopi yang sering diabaikan para akademisi. Diakui atau tidak, dari sanahlah dunia pemikiran, pergerakan dan kekaryaan seringkali hadir. AH J Khuzaeni telah merefleksikannya dalam novel pertamanya.

Selamat mendiskusikannya.

UNS Solo, 26 Oktober 2018
*) Untuk didiskusikan di Aula kampus STITAF, tanggal 27 Oktober 2018, Jam 13.00 Wib sampai selesai.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar