T.A. Sakti **
Serambi Indonesia, 21 Agu 2008
Bahasa Melayu merupakan akar utama dari bahasa Indonesia. Sepanjang sejarah perkembangannya, bahasa diperkaya sehingga ia semakin mantap berperan di seluruh Nusantara, Bahasa Melayu masih dapat dilacak jejaknya mulai abad ke-7 masa kerajaan Sriwijaya berupa prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa Melayu kuno, seperti prasasti Kedukan Bukit (tahun 683 M), Talang Tuo (tahun 684), dan lain-lain.
Seiring dengan timbul-tenggelamnya kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara dan datangnya penjajahan asing; bahasa Melayu pun mendapat predikat yang berbeda-beda dalam perkembangannya; seperti bahasa Melayu Pasai, bahasa Melayu Melaka, bahasa Melayu Johor, bahasa Melayu Riau, bahasa Melayu Balai Pustaka, dan bahasa Nasional Indonesia.
Bahasa Melayu Pasai berkembang pada masa Kerajaan Samudera Pasai (1250-1524M). Kerajaan ini amat berperan dalam penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah di Asia Tenggara seperti Melaka dan Jawa. Bersamaan dengan berkembangnya agama Islam itu tersebar pula bahasa Melayu Pasai di daerah wilayah tersebut melalui kitab-kitab pelajaran agama Islam yang menggunakan bahasa Melayu Pasai sebagai pengantarnya.
Kerajaan Samudera Pasai berhubungan akrab dengan Kerajaan Melaka. Perkawinan antara Sultan Melaka Iskandar Syah dengan putri Sultan Zainal Abidin dari Samudera Pasai semakin mempererat hubungan kedua Negara itu. Sultan Samudera juga telah mengutus dua orang ulama ke pulau Jawa untuk mengembangkan agama Islam. Berkat dakwah Islam yang dilakukan oleh Maulana Ishak-lah, maka agama Islam berkembang di Gresik, dan seterusnya menyebar ke seluruh pulau Jawa. Karena berperan sebagai pendakwah pertama itulah sehingga Maulana Ishak bergelar Syekh Awwalul Islam.
Sebutan istilah “bahasa Melayu” merupakan kebiasaan baru di abad ke-18. Pada abad keenam belas dan tujuh belas penyebutan bahasa Melayu dengan menggunakan istilah “bahasa Jawi”, karena bahasa itu ditulis dalam huruf jawi, yakni huruf yang telah disesuaikan dengan ucapan lidah masyarakat Nusantara. Sementara “Jawi” ialah sebutan orang-orang Arab di masa itu untuk negeri-negeri di wilayah Nusantara – Asia Tenggara.
Hikayat Raja-raja Pasai yang ditulis dengan bahasa Jawi atau bahasa Melayu Pasai merupakan bukti amat kuat untuk mengenal bentuk asli bahasa Jawi Pasai itu. Namun, naskah satu-satunya dari Hikayat Raja-raja Pasai yang terwariskan kepada kita hari ini bukanlah dijumpai di Aceh, melainkan di pulau Jawa. Naskah itu kepunyaan Kiai Suradimenggala, Bupati Sepuh di Demak, daerah Bogor yang selesai disalin tahun 1235 H atau 1819 M.
Keberadaan naskah satu-satunya Hikayat Raja-raja Pasai di pulau Jawa merupakan salah satu bukti pula, bahwa masyarakat Jawa masa itu telah mengenal bahasa Melayu Pasai dengan baik, sehingga mereka dapat menikmati kisah-kisah dalam Hikayat Raja-raja Pasai itu.
Menurut Dr. Muhammad Gade Ismail dalam satu tulisannya mengatakan, adanya hubungan antara Kerajaan Samudera-Pasai dengan wilayah-wilayah lain di Nusantara seperti pulau Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Lombok dan Sumbawa dapat ditelusuri dengan adanya kesenian batu nisan yang terdapat di Pasai dengan daerah-daerah tersebut di atas. Melalui perhubungan antara berbagai wilayah itulah bahasa Melayu Pasai secara perlahan-lahan berkembang menjadi “bahasa lingua franca” atau bahasa ilmu dan perdagangan.
Bahasa Jawi atau bahasa Melayu Pasai juga menjadi salah satu bahasa resmi Kerajaan Aceh Darussalam. Hal ini antara lain dapat dibuktikan melalui pengantar Kitab Miraatut Thullab karya Syekh Abdurrauf Syiah Kuala. Tentang hal ini Syekh Abdurrauf berkata: “Maka bahwa sanya adalah hadlarat yang Mahamulia (Paduka Sri Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah) itu telah bersabda kepadaku daripada sangat lebai akan agama Rasulullah, bahwa kukarang baginya sebuah kitab dengan bahasa Jawi yang dibangsakan kepada bahasa Pasai yang muhtaj (diperlukan) kepadanya orang yang menjabat jabatan qadli pada pekerjaan hukum daripada segala hukum syarak Allah yang muktamad pada segala ulama yang dibangsakan kepada Imam Syafi’i radliallahu ‘anhu”.
Dalam masa kejayaan kerajaan Aceh Darussalam, wilayah ini banyak melahirkan ulama dan pengarang yang sebagian karya-karya mereka masih ditemui hingga hari ini. Namun, ada empat ulama-pujangga yang paling terkenal yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin Assumatrani, Nuruddin Ar-Raninry dan Abdurrauf As-Singkili. Diantara karangan Hamzah Fansuri ialah: Syair Burung Pingai, Syair Burung Pungguk, Syair Perahu, dan Syair Dagang. Sementara karya yang berbentuk prosa antara lain Asrarul Arifin.
Tokoh ulama dan ilmuan lainnya yang amat terkenal adalah Nurudin Ar-Raniry meski hanya menetap selama tujuh tahun (1047 H/1637 M – 1054 H/1644 M), peranan syekh Nuruddin Ar-Raniry di Aceh cukup besar, ia menulis 29 kitab dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Karya-karyanya antara lain Bustanus Salatin, Sirathal Mustaqim, Hidayatul Habib, Khaifiatus salat, Babul Nikah, yang terakhir ini, bersama kitab Sirathal Mustaqim dikirimkan sendiri oleh Ar-raniry ke Kedah (sekarang di Malaysia) pada akhir tahun 1050 H/1640 M. diantara murid Nuruddin Ar-Raniry yang kemudian paling menonjol di Nusantara adalah Syekh Yusuf Al-Maqassari, seorang ulama besar Sulawesi Selatan, yang juga berperan di Banten (Jawa) dan Afrika Selatan.
Tentang peranan Nuruddin Ar-Raniri dalam mengembangkan bahasa Melayu, Dr. Azyumardi Azra menulis sebagai berikut : “Tidak kalah penting adalah peranan Nuruddin Ar-Raniri dalam mendorong lebih jauh perkembangan bahasa Melayu sebagai Lingua Franca di wilayah melayu Indonesia. Dia bahkan diklaim sebagai salah seorang pujangga Melayu pertama. Meski bahasa ibu Ar-Raniri bukanlah Melayu, penguasaannya atas bahasa ini tidak perlu diperdebatkan lagi. Seorang ahli bahasa Melayu –Indonesia menyatakan, bahasa Melayu Klasik al-Raniri tidak menunjukkan kekakuan yang sering terlihat dalam bahasa Melayu praklasik. Dengan demikian karya-karya Ar-Raniri dalam bahasa Melayu juga dianggap sebagai karya-karya sastra dan, sebab itu, memberikan sumbangan besar terhadap perkembangan bahasa Melayu sebagai bahasa ilmu pengetahuan.
Perkembangan bahasa Melayu Jawi sejak Kerajaan Samudera Pasai sampai saat berdiri negara Nasional Republik Indonesia tentu telah melewati waktu yang berabad-abad lamanya. Dr. Teuku Iskandar mengatakan :”Kesusteraan Melayu yang dimulai di Kerajaan Pasai dan dilanjutkan di Kerajaan Aceh berkembang selama lebih dari enam ratus lima puluh tahun, dan berpengaruh sampai sekarang.
Dalam hal itu, Syed Muhammad Naquib al-Attas antara lain mengatakan, bahwa pengaruh jejak ke penyairan Hamzah Fansuri terus berlanjut hingga abad ke-20. Kesimpulan itu diakui oleh seorang ahli tentang Hamzah Fansuri (Hamzah Fansurilog), yakni Abdul Hadi W.M. ia berpendapat, pengaruh Hamzah Fansuri terlihat pada beberapa karya penyair “Pujangga Baru” seperti Sanusi Pane dan Amir Hamzah. Bagi Sanusi Pane pengaruh itu nampak pada sajaknya “Dibawa Gelombang”, sedangkan untuk Amir Hamzah terlihat dalam sajak yang berjudul “Sebab Dikau”.
Selain Sanusi Pane dan Amir Hamzah, masih banyak pula para penyair “Angkatan Pujangga Baru” yang terpengaruh dengan sastra sufi yang bersumber dari aliran Tasawul Hamzah Fansuri, diantara mereka adalah Hamka, Ali Hasjmy, Asmara Hadi, OE Mandank, Yoesoef Sou’yb dan Sutan Takdir Alisjahbana. Dalam kajian Abdul Hadi W.M lainnya pada periode 1970-an juga didapati, bahwa aliran tasawuf Hamzah Fansuri terus berpengaruh kepada beberapa penyair masa itu, bahkan hingga masa kini, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Danarto, Acep Zamzami Noor dan Ahmadun Y Herfanda.
**) Penulis adalah budayawan dan peminat Sastra Melayu dan Indonesia, tinggal di Banda Aceh.
*) Artikel ini saya tulis dalam rangka menyambut “Pekan Peradaban Melayu Raya, Banda Aceh, 20 – 25 Agustus 2008.
Dijumput dari: http://tambeh.wordpress.com/2012/04/14/sumbangan-aceh-bagi-bahasa-melayu-dan-bahasa-nasional-indonesia/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Khoirul Anam
A Qorib Hidayatullah
A Rodhi Murtadho
A. Yusrianto Elga
A. Zakky Zulhazmi
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Aba Mardjani
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar Ruskhan
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Muis
Abdul Wachid BS
Abdullah Khusairi
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abroorza A. Yusra
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Achmad Farid Tuasikal
Adek Alwi
Adi Marsiela
Adian Husaini
Adib Muttaqin Asfar
Adji Subela
Afandi Sido
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Ageng Wuri R. A.
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Bing
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahm Soleh
Ahmad Asyhar
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fuadi
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Rofiq
Ahmad Suhendra
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Aini Aviena Violeta
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Al Azhar Riau
Al-Fairish
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alfian Zainal
Aliansyah
Alimuddin
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anata Siregar
Andi Sutisno
Andy Riza Hidayat
Anies Baswedan
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anis Faridatur Rofiah
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Anton Kurnia
Ari Hidayat
Ari Kristianawati
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Aris Kurniawan
Arti Bumi Intaran
Arul Arista
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Ayu Purwaningsih
Babe Derwan
Bakdi Soemanto
Balada
Bale Aksara
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Dwi Mardana
Bellanissa Zoditama
Beni Setia
Benny Arnas
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bokor Hutasuhut
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiawan Dwi Santoso
Bur Rasuanto
Burhanuddin Bella
Bustan Basir Maras
Catatan
Catullus
CB. Ismulyadi
Cerbung
Cerita Rakyat
Cerpen
Chavchay Syaifullah
Cikie Wahab
Cunong Nunuk Suraja
D Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Dahlia Rasyad
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darman Djamaluddin
Darman Moenir
Dasman Djamaluddin
David Krisna Alka
Dea Anugrah
Dedy Tri Riyadi
Denny JA
Denny Mizhar
Desi Sommalia Gustina
Dewi Anggraeni
Dharma Setyawan
Dian Hartati
Didi Arsandi
Dina Oktaviani
Dipo Handoko
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Dodi Chandra
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Klik Santosa
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy A Effendi
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Ellyzan Katan
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Endah Imawati
Eni Suryanti
Eny Rose
Eriyandi Budiman
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Erwin Setia
Esai
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fadly Rahman
Fahrudin Nasrulloh
Faizah Sirajuddin
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fakhrunnas M.A. Jabbar
Fanny Chotimah
Fariz al-Nizar
Fariz Alneizar
Faruk HT
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzan Santa
Fazabinal Alim
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Fiksi Mini
Fransisca Dewi Ria Utari
Franz Kafka
Fuad Anshori
Furqon Abdi
Fuska Sani Evani
Gendhotwukir
Gendut Riyanto
Gerson Poyk
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gus Noy
H.H. Tokoro
Hadi Napster
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hang Kafrawi
Hani Pudjiarti
Hanna Fransisca
Hardi Hamzah
Hardjono WS
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Harris Maulana
Hary B. Kori'un
Hasan Al Banna
Hasan Junus
Hasbullah Said
Hasnan Bachtiar
HE. Benyamine
Heidi Arbuckle
Helmi Y Haska
Helvy Tiana Rosa
Hendra Junaedi
Hendri Nova
Herdoni Syafriansyah
Heri Kurniawan
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermawan Aksan
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Holy Adib
Humaidiy AS
Husni Anshori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Tingkat
I Wayan Artika
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Tohari
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irwan Kelana
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Isma Swastiningrum
Ismi Wahid
Iwan Gardono Sujatmiko
Iwan Gunadi
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iwank
J.S. Badudu
Janoary M Wibowo
Javed Paul Syatha
JILFest 2008
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Joko Novianto Bp
Joko Pinurbo
Jones Gultom
Jual Buku Paket Hemat
Jusuf AN
Kadek Suartaya
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Kedung Darma Romansha
Kenedi Nurhan
Khaerudin Kurniawan
Khaerul Anwar
Ki Sugito Ha Es
Kirana Kejora
Komunitas Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswinarto
La Ode Rabbani
Lathifa Akmaliyah
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Leon Agusta
Lily Siti Multatuliana
Lily Yulianti Farid
Lina Kelana
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lugiena Dé
M Fadjroel Rachman
M Farid W Makkulau
M Syakir
M. Dawam Rahardjo
M. Faizi
M. Mustafied
M. Raudah Jambak
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.Th. Krishdiana Putri
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mangun Kuncoro
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria D. Andriana
Maria Magdalena Bhoernomo
Mariana Amiruddin
Maryati
Marzuzak SY
Mashuri
Maulana Syamsuri
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Mofik el-abrar
Moh. Amir Sutaarga
Moh. Ghufron Cholid
Mohammad Hatta
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Takdir Ilahi
Much. Khoiri
Muhamad Taslim Dalma
Muhammad Rain
Muhammad Subhan
Muhammad Yasir
Muhammadun A.S
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mulyawan Karim
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N Teguh Prasetyo
N. Mursidi
Nadhi Kiara Zifen
Nana Riskhi Susanti
Nanang Suryadi
Naskah Teater
Nasrulloh Habibi
Neva Tuhella
Nietzsche
Nirwan Dewanto
Nizar Qabbani
Noor H. Dee
Nova Christina
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Wachid
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nurman Hartono
Nuryana Asmaudi
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Oky Sanjaya
Oyos Saroso HN
P Ari Subagyo
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Panji Satrio
PDS H.B. Jassin
Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi AS
Pringgo HR
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Purnawan Andra
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Satria Kusuma
Putu Wijaya
R Masri Sareb Putra
R. Adhi Kusumaputra
R. Timur Budi Raja
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rahmi Hattani
Raja Ali Haji
Raju Febrian
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rama Dira J
Rama Prabu
Ramadhan KH
Ramon Magsaysay
Ramses Ohee
Ratih Kumala
Raudal Tanjung Banua
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Ressa Novita
Ressa Sagitariana Putri
Ria Ristiana Dewi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Rida K Liamsi
Rifka Sibarani
Rilda A. Oe. Taneko
Rilda A.Oe. Taneko
Rimbun Natamarga
Rinto Andriono
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Budijanto
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Takdir Alisyahbana
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sajak
Sajak Sebatang Lisong
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salman S. Yoga
Salyaputra
Samson Rambah Pasir
Samsudin Adlawi
Sanie B. Kuncoro
Santy Novaria
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra Nusantara
Satmoko Budi Santoso
Satriani
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Selasih
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shadiqin Sudirman
Shiny.ane el’poesya
Shourisha Arashi
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siska Afriani
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Slamet Samsoerizal
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Solihin
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
Sri Wulan Rujiati Mulyadi
Stevani Elisabeth
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudarmoko
Sudirman HN
Suhadi Mukhan
Suharsono
Sukar
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suriani
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syahruddin El-Fikri
Syaripudin Zuhri
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T.A. Sakti
Tammalele
Tan Lioe Ie
Tasyriq Hifzhillah
Taufik Abdullah
Taufik Effendi Aria
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Winarsho AS
Tenas Effendy
Tengsoe Tjahjono
Thayeb Loh Angen
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tias Tatanka
Tito Sianipar
Tjahjono EP
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjut Zakiyah Anshari
Topik Mulyana
Tosa Poetra
Tri Harun Syafii
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Udo Z. Karzi
Uly Giznawati
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Uniawati
Universitas Indonesia
Usman Arrumy
Usman D.Ganggang
Utada Kamaru
UU Hamidy
Viddy AD Daery
W.S. Rendra
Wa Ode Wulan Ratna
Wahib Muthalib
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weli Meinindartato
Wicaksono
Widodo DS
Wina Karnie
Wisran Hadi
Wong Wing King
Yan Maniani
Yanti Mulatsih
Yanuar Arifin
Yasser Arafat
Yaumu Roikha
Yetti A. KA
Yohanes Padmo Adi Nugroho
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yudhi Ms
Yudhistira ANM Massardi
Yulianna
Yurnaldi
Yusi A. Pareanom
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusrizal KW
Yuyun Ifa Naliah
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zakki Amali
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zuarman Ahmad
Zulfikar Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar