Jumat, 14 Oktober 2011

Berburu Rongsokan: Sebagai Langkah Menyelamatkan Artefak

Agus Sulton
http://sastra-indonesia.com/

Membicarakan barang rongsokan, yaitu manuskrip atau orang pedesaan menyebutnya sebagai buku kuno pastinya setiap orang mempunyai statemen, setidaknya argumen tekstual tersendiri dalam memperlakukannya. Pihak lain ada substansi otoritas koheren dengan menjadikan manuskrip layaknya benda keramat, seolah-olah terselip teks mantra—yang bahkan bisa juga menjadikan orang impulsifitas; mempraktekkan dan memenuhi sebuah struktur ideal. Discourse masyarakat mengais ide sebagai perpanjangan pertahanan keimanan yang baru dalam kepentingan-kepentingan transendental dan keuniversalan Tuhan, mungkin juga (tentatif).

Masyarakat ada kehendak lain atau inpresif lain pihak bahwa, manuskrip/artefak itu terdapat makhluk Tuhan yang menghuninya, ada ritual (jalinan komunikasi) eksperimentasi dalam membongkar simbolisme terselubung. Ini saya beranggapan sebagai kegelisahan ruang kedap tersendiri untuk membongkar program tindakan yang berada atas eksploitasi sistem-sistem kepercayaan. Kalau menyoal makhluk Tuhan yang secara kasat mata terselip pada kekuatan iman kita. Bagaimana kita memperlakukan-nya atau mungkin mengganggapnya teman sama-sama makhluk Tuhan yang lemah, dan Tuhan adalah maha segala-galanya. Sekejam Iblis-pun yang lincah bertaktik komunikasi untuk mendustai manusia, baik sebagai objek referensi sejarah beradaban manusia sampai menyoal penggusuran akan hunian yang—sepatutnya mencelakai keberadaan manusia yang secara keimanan itu lemah. Lagi-lagi tergantung bagaimana manusianya itu dalam mendekatkan dirinya kepeda Tuhan. Dan beranggapan makhluk Tuhan selain manusia, yang sebagian orang tidak ada kekuatan untuk mengaksesnya, toh itu juga sahabat kita yang memiliki ruang dan waktu tersendiri. Tuhan sendiri bersabda ”Bahwa aku (Allah) tidak akan menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah,” itu benar adanya, tergantung manusia dan jin untuk menyikapi itu semua. Manusia keblinger isi perut, entah sampai tidak terlintas apa yang terjadi setelah roh tidak mau bersetubuh dengan jasad kita. Hunian dunia tak ubahnya hunian kontrak’an, dengan hasil akhir adalah kekuatan ibadah. Beda lagi pada kontruksi sosial jin, yang tiap-tiap individunya bisa mencapai ribuan tahun. Kelompok lain, dosa seperti sebuah keharusan membunuh, pemabuk, menggoda manusia yang tidak berdosa. Bahkan sebagian jin beranggapan, mereka melakukan itu semua karena nenek dan buyut mereka sudah mengklaim anak turunnya tidak akan bisa masuk surga, kebimbangan ini berdampak pada anak cucunya yang selalu pasrah akan sebuah kondisi, dan perbuatan merugikan sesama atau manusia menjadikan sajian utama untuk mengekspresikan kekesalan. Pendapat lain mengakatan, kalau manusia ramai menyoal isi perut sebagai kekuatan sebuah strata sosial, beda persoalan pada jin eks Islam yang rame terkait sebuah kekuatan ilmu hitam dan taktik strategi sebagai strata sosial. Kekuatannya sebagai tolak ukur kekuatan kerajaan atau suku yang dikuasainya dengan prajurit yang dimiliki. Kita punya satu kekuatan agama ”Manusia adalah makhluk sempurna.”

Sedikit deskripsi tersebut membukakan pemikiran tersendiri, bahwa manuskrip adalah benda mati sebuah kekuatan manuskrip diselip di dalam teks. Tergantung bagaimana manusia itu mengolah kekuatan teks tersebut. Teks itu akan meloncat-loncat kesadaran, dan kehilangan talinya pada masalah tunggal, terletak pada pribadi setiap pihak. Hanafi (2005) menyebutnya sebuah keajaiban adalah bisa jadi sebuah kekacauan hukum alam, namun kehendak mengesampingkan keindependenan akal dan kebebasan berkehendak manusia maka hukum alam itu susah untuk dirusak.

Pembicaraan sisi eksternal manuskrip memang tak ada habisnya. Terkadang masyarakat membakarnya, beranggapan tidak ada guna dan manfaat yang dapat diambil untuk memperlakukan benda tersebut. Dan selama saya mengais rongsokan itulah yang sering ditemukan, pembakaran manuskrip, pembiaran manuskrip tanpa perawatan sampai akhirnya menjadikan menu favorit dari pihak rayap, bahkan manuskrip itu rusak karena virus telah menyublin di peredaran darah mendekati ambang kematian yang sebelumnya tidak pernah diperlakukan kontrol ke unit gawat darurat saat terjangkit inveksi sampai akhirnya meninggal dunia menjilma menjadi bongkahan abu.

Penyebab lain, perdagangan yang tidak jelas mau diperlakukan seperti apa. Yang pasti sejak tahun 70-an sampai sekitar 2007 perdagangan manuskrip dilakukan besar-besaran melalui kolektor jalur pulau Bali, surga para anjing untuk membawa manuskrip ke negara asal masing-masing kolektor. Bukan hanya manuskrip yang ekspor, tetapi semua barang antik lain yang memiliki nilai jual dan unsur sejarah bisa dirupiahkan. Satu sisi masyarakat tidak peduli, selanjutnya dijual pada para kolektor barang antik atau bahkan tidak ada perlakuan sama sekali. Lain pihak, manuskrip dijadikan sesuatu yang sakral. Menurut saya, dikotomi tersebut tidak bisa dijadikan suatu pondasi gelisah, yang kita butuhkan hanya bagaimana untuk menyelamatkan sisa-sisa manuskrip yang tersimpan di masyarakat dengan diperlakukan lebih ekstra, selanjutnya memanfaatkan teks itu sendiri untuk dunia kekinian.

Menyoal kerakusan dan keserakahan manusia yang tidak bertanggung jawab pada manuskrip memang tidak ada habisnya, malah berakibat sebuah butiran air mata yang didapat. Tidak bisa saling menyalahkan kesana-kemari, yang patut disalahkan kita yang sadar dan tahu akan manfaat manuskrip itu sendiri tetapi tidak pernah memperhatikannya. Pemerintah lebih berdosa akan hal ini, tapi labih berdosa lagi orang yang punya letar belakang dibidang sastra lama atau didikan filologi—yang tidak ada perhatian sama sekali pada masnuskrip-manuskrip yang masih tersimpan di masyarakat (memburunya), bahkan mereka duduk asyik, keenakan, bisa jadi terlalu manja menjadikan proyek tersendiri pada koleksi di museum. Kita tidak usah banyak bacot, bahasa orang Jombang ”kakean cangkem” atau berlagak sedih pada kondisi sumber kebudayaan (manuskrip) bangsa Indonesia yang dicomot dan dibeli oleh negara lain, yang kita harapkan bersama adalah bagaimana tanggung jawab kalian selama studi filologi agar bisa dan mampu untuk memberikan sumbangan menyelamatkan naskah-naskah kita di masyarakat yang jumlahnya masih ribuan. Apalah gunanya memperbanyak dan mengenyam pendidikan megister dan doktor departemen filologi kalau sebatas sebuah eksistensi, bagi saya merupakan beban moral dan penderitaan.

Marilah kita sama-sama saling menyadari akan kondisi pernaskahan di Nusantara, jangan sampai naskah-naskah kita di masyarakat diperlakukan ala kadarnya berakibat musnah, diperjualbelikan, dan tidak ada semangat inventarisasi atau menyelamatkannya. Bagi mereka yang belum tersadar, hanya sibuk soal proyek akhirnya berujung pada perut mari saat ini kita memulai kesadaran untuk menyelamatkan naskah-naskah di lingkungan sekitar, yang tidak disadari menyimpan jumlah manuskrip yang luar biasa.

27 September 2011
Salam Filologi’ers.

Tidak ada komentar:

A Khoirul Anam A Qorib Hidayatullah A Rodhi Murtadho A. Yusrianto Elga A. Zakky Zulhazmi A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Aba Mardjani Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Ruskhan Abdul Hadi W. M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Muis Abdul Wachid BS Abdullah Khusairi Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abroorza A. Yusra Abu Salman Acep Iwan Saidi Achmad Farid Tuasikal Adek Alwi Adi Marsiela Adian Husaini Adib Muttaqin Asfar Adji Subela Afandi Sido Afriza Hanifa Afrizal Malna Ageng Wuri R. A. Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Bing Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Agus Wirawan Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahda Imran Ahid Hidayat Ahm Soleh Ahmad Asyhar Ahmad Farid Yahya Ahmad Fuadi Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Rofiq Ahmad Suhendra Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Aini Aviena Violeta Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Al Azhar Riau Al-Fairish Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alfian Zainal Aliansyah Alimuddin Almania Rohmah Alunk Estohank Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anata Siregar Andi Sutisno Andy Riza Hidayat Anies Baswedan Anindita S Thayf Anis Ceha Anis Faridatur Rofiah Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Anton Kurnia Ari Hidayat Ari Kristianawati Arie MP Tamba Arief Junianto Aris Kurniawan Arti Bumi Intaran Arul Arista AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Ayu Purwaningsih Babe Derwan Bakdi Soemanto Balada Bale Aksara Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Dwi Mardana Bellanissa Zoditama Beni Setia Benny Arnas Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bokor Hutasuhut Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiawan Dwi Santoso Bur Rasuanto Burhanuddin Bella Bustan Basir Maras Catatan Catullus CB. Ismulyadi Cerbung Cerita Rakyat Cerpen Chavchay Syaifullah Cikie Wahab Cunong Nunuk Suraja D Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Dahlia Rasyad Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darman Djamaluddin Darman Moenir Dasman Djamaluddin David Krisna Alka Dea Anugrah Dedy Tri Riyadi Denny JA Denny Mizhar Desi Sommalia Gustina Dewi Anggraeni Dharma Setyawan Dian Hartati Didi Arsandi Dina Oktaviani Dipo Handoko Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Dodi Chandra Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Klik Santosa Dwi Pranoto Dwicipta Edy A Effendi Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Ellyzan Katan Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Endah Imawati Eni Suryanti Eny Rose Eriyandi Budiman Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Erwin Setia Esai Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fadly Rahman Fahrudin Nasrulloh Faizah Sirajuddin Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fakhrunnas M.A. Jabbar Fanny Chotimah Fariz al-Nizar Fariz Alneizar Faruk HT Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fatimah Wahyu Sundari Fauzan Santa Fazabinal Alim Festival Sastra Gresik Fikri MS Fiksi Mini Fransisca Dewi Ria Utari Franz Kafka Fuad Anshori Furqon Abdi Fuska Sani Evani Gendhotwukir Gendut Riyanto Gerson Poyk Gita Pratama Goenawan Mohamad Gola Gong Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gus Noy H.H. Tokoro Hadi Napster Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hang Kafrawi Hani Pudjiarti Hanna Fransisca Hardi Hamzah Hardjono WS Haris del Hakim Haris Priyatna Harris Maulana Hary B. Kori'un Hasan Al Banna Hasan Junus Hasbullah Said Hasnan Bachtiar HE. Benyamine Heidi Arbuckle Helmi Y Haska Helvy Tiana Rosa Hendra Junaedi Hendri Nova Herdoni Syafriansyah Heri Kurniawan Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermawan Aksan Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Holy Adib Humaidiy AS Husni Anshori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Tingkat I Wayan Artika Ibnu Wahyudi Ida Farida Ignas Kleden Ilham Khoiri Imam Cahyono Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Tohari Indra Tranggono Indrian Koto Irwan Kelana Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Isma Swastiningrum Ismi Wahid Iwan Gardono Sujatmiko Iwan Gunadi Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iwank J.S. Badudu Janoary M Wibowo Javed Paul Syatha JILFest 2008 JJ. Kusni Jodhi Yudono Joko Novianto Bp Joko Pinurbo Jones Gultom Jual Buku Paket Hemat Jusuf AN Kadek Suartaya Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Kedung Darma Romansha Kenedi Nurhan Khaerudin Kurniawan Khaerul Anwar Ki Sugito Ha Es Kirana Kejora Komunitas Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswinarto La Ode Rabbani Lathifa Akmaliyah Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Leon Agusta Lily Siti Multatuliana Lily Yulianti Farid Lina Kelana Liza Wahyuninto Lona Olavia Lugiena Dé M Fadjroel Rachman M Farid W Makkulau M Syakir M. Dawam Rahardjo M. Faizi M. Mustafied M. Raudah Jambak M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja M.Th. Krishdiana Putri Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mangun Kuncoro Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria D. Andriana Maria Magdalena Bhoernomo Mariana Amiruddin Maryati Marzuzak SY Mashuri Maulana Syamsuri Media: Crayon on Paper Mega Vristian MG. Sungatno Misbahus Surur Mofik el-abrar Moh. Amir Sutaarga Moh. Ghufron Cholid Mohammad Hatta Mohammad Kh. Azad Mohammad Takdir Ilahi Much. Khoiri Muhamad Taslim Dalma Muhammad Rain Muhammad Subhan Muhammad Yasir Muhammadun A.S Muhidin M Dahlan Mujtahid Mulyawan Karim Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N Teguh Prasetyo N. Mursidi Nadhi Kiara Zifen Nana Riskhi Susanti Nanang Suryadi Naskah Teater Nasrulloh Habibi Neva Tuhella Nietzsche Nirwan Dewanto Nizar Qabbani Noor H. Dee Nova Christina Novelet Nunung Nurdiah Nur Wachid Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nurman Hartono Nuryana Asmaudi Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Oky Sanjaya Oyos Saroso HN P Ari Subagyo Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Panji Satrio PDS H.B. Jassin Penerbit dan Toko Buku PUstaka puJAngga Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pringadi AS Pringgo HR Prosa Puisi Puji Santosa Purnawan Andra PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Satria Kusuma Putu Wijaya R Masri Sareb Putra R. Adhi Kusumaputra R. Timur Budi Raja R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rahmi Hattani Raja Ali Haji Raju Febrian Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rama Dira J Rama Prabu Ramadhan KH Ramon Magsaysay Ramses Ohee Ratih Kumala Raudal Tanjung Banua Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Ressa Novita Ressa Sagitariana Putri Ria Ristiana Dewi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Rida K Liamsi Rifka Sibarani Rilda A. Oe. Taneko Rilda A.Oe. Taneko Rimbun Natamarga Rinto Andriono Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Budijanto Rukardi S Yoga S. Jai S. Takdir Alisyahbana S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sajak Sajak Sebatang Lisong Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salman S. Yoga Salyaputra Samson Rambah Pasir Samsudin Adlawi Sanie B. Kuncoro Santy Novaria Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Nusantara Satmoko Budi Santoso Satriani Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) Selasih Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shadiqin Sudirman Shiny.ane el’poesya Shourisha Arashi Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siska Afriani Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Slamet Samsoerizal Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Solihin Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad Sri Wulan Rujiati Mulyadi Stevani Elisabeth Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudarmoko Sudirman HN Suhadi Mukhan Suharsono Sukar Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suriani Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syahruddin El-Fikri Syaripudin Zuhri Syifa Aulia Syu’bah Asa T.A. Sakti Tammalele Tan Lioe Ie Tasyriq Hifzhillah Taufik Abdullah Taufik Effendi Aria Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Winarsho AS Tenas Effendy Tengsoe Tjahjono Thayeb Loh Angen Theresia Purbandini Tia Setiadi Tias Tatanka Tito Sianipar Tjahjono EP Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjut Zakiyah Anshari Topik Mulyana Tosa Poetra Tri Harun Syafii TS Pinang Tu-ngang Iskandar Udo Z. Karzi Uly Giznawati Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Uniawati Universitas Indonesia Usman Arrumy Usman D.Ganggang Utada Kamaru UU Hamidy Viddy AD Daery W.S. Rendra Wa Ode Wulan Ratna Wahib Muthalib Wahyudi Akmaliah Muhammad Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weli Meinindartato Wicaksono Widodo DS Wina Karnie Wisran Hadi Wong Wing King Yan Maniani Yanti Mulatsih Yanuar Arifin Yasser Arafat Yaumu Roikha Yetti A. KA Yohanes Padmo Adi Nugroho Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yudhi Ms Yudhistira ANM Massardi Yulianna Yurnaldi Yusi A. Pareanom Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusrizal KW Yuyun Ifa Naliah Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zakki Amali Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zuarman Ahmad Zulfikar Akbar